Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 237. Wina, Kepala Tim



II 237. Wina, Kepala Tim

0"Beberapa hari yang lalu aku dan Darren liburan ke villa. Dan disana aku diculik oleh orang tak dikenal. Aku berhasil kabur tapi aku digigit ular. Ini bekasnya." Calista menunjukkan betis yang pernah mendapat balutan perban.     

"Ya ampun Calista, kenapa kamu tidak mengabariku?" Dian terkejut melihatnya. Betapa sahabatnya ini sering sekali terkena musibah yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.     

"Aku mana tahu nomer telpon kamu kalau bukan karena kamu yang menelponku." Jawab Calista.     

"Oh iya, aku lupa. Maafkan aku. Sekarang bagaimana keadaanmu? Apakah kamu masih merasakan sakit?" Dian menyeringai merasa bersalah. Dia tidak memiliki kesempatan untuk langung menelpon sahabatnya ini setelah mendapatkan nomer dari Dave.     

"Aku baik-baik saja. Tapi, kali ini otak dari penculikan ini belum ketangkap. Baru anak-anak buahnya saja yang ketangkap." Ujar Calista.     

Dua sahabat yang lama tidak bertemu itu, saling bercengkerama dan berbincang tentang apa saja yang biasa perempuan bahas bila bertemu. Calista dan Dian sama-sama senang bisa menghabiskan waktu berdua. Mereka makan dan membuat kue bersama yang tentu saja Calista mendapatkan bagian mengolah yang ringan karena cedera punggungnya masih membuat tangannya mudah lelah dan tidak bisa lama-lama berdiri. Ditambah lagi kehamilannya yang sudah menginjak usia tiga bulan tapi perutnya seperti wanita hamil usia 5-6 bulan.     

"Taraaa … brownies kukus coklat ala chef Calista dan chef Dian sudah jadi. This is it!" Ujar Dian menirukan ucapan seorang koki terkenal yang memiliki acara sendiri di salah satu stasiun televisi terkenal di negeri ini, dengan wajah cerah masih belepotan tepung di tubuhnya meski sudah memakai celemek.     

"Hahaha, kamu berbakat membuka toko kue, Dian." Tepuk tangan Calista membuat Dian terharu senang. Sudah lama dia tidak merasa sesenang ini sejak bertemu dengan Dave.     

"Boleh juga ide kamu itu. Aku kumpulkan uang dulu, baru nanti aku buka toko kue sendiri. Nyonya Calista, sudikah kiranya anda menjadi investor saya kelak?" Tanya Dian lagi sambil terkekeh.     

"Dengan senang hati, nyonya Dian. Hehehe." Mereka pun tertawa bersama untuk sekian kalinya.     

Tidak terasa dua jam sudah Dian bertamu dirumah Calista. Langit senja berwarna orange mulai nampak di ufuk barat.     

"Aku pulang dulu ya, Cal. Lekas sembuh jadi kita bisa jalan-jalan keluar rumah." Ujar Dian.     

"Aamiin, doakan aku yaa. Semoga kita semua dihindarkan dari marabahaya dan tipu muslihat, Aamiin." Ucap Calista.     

"Aamiin," Jawab Dian.     

Mereka membuat dua macam brownies dan masing-masing mendapatkan satu Loyang. Dian beranjak meninggalkan rumah Calista yang diantar sampai depan pintu keluar. Masing-masing perempuan yang sudahberkeluarga itu kembali menuju ke sibukan masing-masing sebagai seorang istri dan suami kontrak mereka.     

"Apakah kita langsung pulang, nyonya?" Supir yang khusus diberikan oleh Dave untuk Dian, mempertanyakan tujuan mereka selanjutnya setelah dari kediaman Anderson.     

"Pak, menurutmu suamiku masih di kantor atau sudah pulang?" Dian ingin mengejutkan Dave untuk kedatangannya yang tiba-tiba sambil membawa brownies kesukaanya.     

"Saya kurang tahu, nyonya. Tapi, kalau mengikuti jam kerja karyawan, saat ini sudah waktunya pulang kerja." Jawab pak supir tersebut.     

"Oh begitu ya. Kalau aku tidak bilang, nanti dia pulang aku tidak bisa bertemu. Tapi, kalau bilang, namanya bukan kejutan donk." Gumam Dian. Pak supir yang mendengar majikanya berbicara sendiri, ikut tersenyum sendiri.     

Akhirnya, Dian memutuskan untuk menelpon suaminya saja daripada nanti malah tidak berpapasan dan dia curiga macam-macam.     

"Halo …" Suara Dave yang berat dan dalam, sepertinya dia mengangkat telpon tapi tidak melihat nama penerima di layar ponselnya.     

"Dave …" Dian berkata ragu-ragu. Aura Dave masih sedikit menakutkan baginya, meskipun mereka hampir setiap hari memadu kasih.     

"Sayang, ada apa? Maaf, aku tidak tahu kamu yang telepon." Suara Dave yang memanggilnya 'sayang' membuat Dian sedikit berbunga-bunga.     

"Aku mengganggu ya?"     

"Tidak sama sekali. Ada apa, sayang?" Padahal, saat ini Dave sedang memimpin rapat bersama tim produksinya untuk meluncurkan produk terbaru mereka di semester kedua tahun ini. Semua peserta rapat saling melirik satu sama lain. Bos mereka yang terkenal dingin dan killer, ternyata hangat dan mesra hanya pada istrinya saja.     

"Aku sudah selesai dari rumah Calista dan sekarang sedang dalam perjalanan pulang. Tapi, aku mau mampir ke kantormu sekarang, boleh?" Tanya Dian ragu-ragu. Dian menggigit bibirnya dan mengernyitkan alis. Berani sekali dia mendatangi suami mesumnya yang sedang bekerja.     

"Tentu saja boleh, kenapa tidak? Tapi aku sedang rapat, kamu langsung masuk saja keruanganku. Okay?" Ucap Dave sambil menyandarkan punggungnya ke kursi kebesarannya dan memainkan pulpen dikepalanya seolah-olah sedang berpikir.     

"Baiklah, aku hampir sampai. Aku tunggu di ruangan saja ya. Bye." Dian mematikan telponnya buru-buru karena khawatir mengganggu rapat sang suami.     

"Kita ke kantor suamiku ya pak." Ujar Dian.     

"Siap nyonya." Mobil yang mengantar Dian pun berputar arah di perempatan lampu merah untuk menuju kantor Dave yang jaraknya satu jam kemudian.     

Satu jam sudah rapat yang dipimpin Dave berlangsung. Seharusnya Dian sudah ada diruangannya sekarang. Sehingga dave memutuskan untuk membubarkan rapat.     

"Sudah cukup sampai disini rapatnya. Kalian revisi lagi apa yang sudah aku minta untuk diperbaiki. Kembalikan hasilnya ke masing-masing kepala tim dan kepala tim yang akan melaporkannya ke saya. Rapat bubar." Tim khusus yang dipimpim Dave ini adalah tim inti bila akan mengeluarkan sebuah produk baru. Tidak semua anggota biasa bisa masuk ambil bagian. Dan, salah seorang diantaranya adalah Wina, perempuan cantik dan seksi yang punya banyak keahlian dan juga salah seorang kepala pimpinan di tim bentukan Dave.     

"Tuan Dave, mohon maaf tapi saya ada sesuatu yang harus saya bahas dengan tuan sekarang juga." Ujar Wina dengan tatapan memelas penuh arti. Wina sudah lama jatuh cinta dengan Dave. Apapun gossip buruk yang beredar, Wina tidak peduli dan masih tetap berharap Dave akan jatuh ke dalam pelukannya.     

"Lain kali saja." Ujar Dave sambil terus melangkahkan kakinya menuju ruangannya, yang mungkin saja sudah ada didalam.     

"Tapi tuan, ini sangat penting." Ujar Wina.     

"Besok pagi-pagi bawa keruanganku. Nanti kita akan mendiskusikan lagi dengan semua kepala tim." Ujar Dave menghentikan kembali langkahnya.     

Wina tidak berani untuk lebih memaksa bos yang dicintainya itu. Perempuan itu mengeratkan giginya menahan kesal.     

"Baiklah tuan." Wina menjauh menuju kembali ke ruangan rapat dengan membawa berjuta kekesalan didalam dada. Susah sekali untuk mendapatkan kesempatan berdua dengan Dave. sejak awal rapat dimulai, Wina sudah berencana untuk berdiskusi berdua saja dengan Dave diruangannya. Lalu dia akan menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menggoda Dave. Tapi sial, istri bosnya itu menelpon sehingga gagal sudah rencananya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.