Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 235. Hukuman Di Pagi Hari



II 235. Hukuman Di Pagi Hari

0"Kamu berhak untuk berharap lebih. Karena kamu adalah istriku dan aku adalah suamimu. Mulai sekarang tidak akan ada lagi yang memisahkan kita." Lewis menelan saliva menahan keinginannya yang mulai muncul lagi pagi ini.     

Selama beberapa detik, kedua bola mata sepasang suami istri pengantin baru itu saling menatap satu sama lain sampai akhirnya Likha yang kalah dan memalingkan wajah lebih dahulu.     

"Selesaikan makananmu segera. Nanti temui aku di ruang baca." Lewis yang sudah selesai makan lebih dahulu, langsung menuju ruang baca meninggalkan sang istri sendiri di meja makan. Lewis harus segera menjauh dari Likha saat ini atau dia akan memakan istrinya pagi-pagi.     

Likha yang masih belum mengerti apa yang terjadi, hanya memiringkan dagunya sambil berpikir, 'apa yang ingin dia tunjukkan disana?'. "Ah sudahlah, aku makan saja. Toh dia sudah makan dan nambah pula." Pikir Likha lagi.     

Tok tok tok …     

"Masuklah …" Likha yang telah selesai menuntaskan sarapannya, mengetuk pintu sang suami untuk menemuinya seperti yang diminta.     

"Apa yang ingin kamu tunjukkan padaku disini?" Tanya Likha dengan wajah polosnya. Daster batik tanpa lengan yang dipakainya dengan kerah potongan rendah dan rambut yang digulung keatas, cukup membuat kejantanan seorang Lewis bangkit kembali. Kulit putih mulus Likha bagai porselen terjaga berkat prinsipnya yang kuat untuk menutup aurat. Sungguh, saat ini Lewis merasa seperti iblis yang berhasil menarik salah satu bidadari di surga untuk turun ke bumi.     

"Kemarilah." Lewis mengulurkan tangannya yang minta disambut. Likha tersenyum malu-malu. Bahkan kepada suaminya sendiripun dia masih malu-malu, pikir Lewis. Dengan ragu, Likha menyambut tangan Lewis namun pria itu pun menarik tubuh istrinya dengan cepat untuk duduk diatas pangkuannya.     

"Kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?" Likha mencium sinyal bahaya dari pria yang tiba-tiba menarik tubuhnya.     

"Aku mau apa, tentu istriku paling tahu bukan?" Jawab Lewis. Jemarinya meraba lengan Likha yang terlihat dari luar. Sungguh halus seperti kulit bayi. Tidak sabar hanya mengusap, Lewis pun meremasnya lembut penuh perasaan. Likha menggigit bibirnya agar tidak ada desahan lolos dari bibirnya.     

"Lewis, aku tidak tahu apa yang kamu inginkan. Tidak bisakah kamu katakan saja langsung?" Likha tidak ingin malu salah menafsirkan keinginan Lewis, meski dalam hati kecilnya dia sudah menduga.     

Lewis menarik laci mejanya dan mengambil selembar kertas putih kecil didalamnya.     

"Buka dan bacalah pelan-pelan. Aku menunggumu sambil membacanya." Likha menerima kertas tersebut dengan wajah penuh tanda tanya. Huft, untung tadi dia tidak berkata macam-macam. Batinnya.     

Sambil menunggu sang istri membaca, tangan Lewis mulai aktif menyusuri paha mulus milik perempuan satu-satunya itu. Likha mencoba menahan tangan berotot milik pria itu namun tentu saja kalah kuat. Likha mengiggit bibirnya kuat-kuat. Sebuah foto pulau terpencil dengan air dan awan warna biru sangat indah terdapat di dalam kertas tersebut.     

"Itu adalah pantai paling indah yang ada di Maldives. Nama pantainya adalah Fulhadhoo. Kita akan berbulan madu disana selama dua minggu penuh tanpa ada yang mengganggu. Bagaimana, kamu suka? Hmm …" Tangan Lewis sudah mencapai bokong sang istri dan membuat Likha menggeliat geli karena tangan besar itu bermain disana sambil mengusap-usap dan dengan gerakan sangat pelan mulai melepaskan segitiga penutup milik Likha tanpa seijin yang punya.     

Likha memejamkan mata dan mengatupkan bibirnya berusaha menahan rangsangan yang diberikan sang suami.     

"Aku suka …" Jawab Likha tanpa sadar dengan kalimat ambigunya.     

"Suka yang mana? Hmm …" Tanya Lewis lagi dan akhirnya segitiga itu pun terlepas dari tempatnya semula.     

Likha melingkarkan satu tangannya ke belakang leher Lewis sementara satu tangannya yang lain berusaha menahan tangan kekar sang suami yang ingin menyusup masuk kedalam dasternya.     

"Lewis, ini sudah pagi. Tolong … hentikan. Eughh …" Satu jari Lewis yang berhasil masuk kedalam kewanitaan Likha mulai bermain disana dengan titik pusat rangsangan seorang wanita.     

"Aahhh … jangan …" Ya ampun, baru saja semalam sampai dini hari aku dikerjai sampai kelelahan, dan kini pria ini meminta lagi. Pikir Likha.     

"Aaahhh …"     

"Mendesahlah untukku sayang. Siapa suruh kamu berpakaian seperti ini pagi-pagi. Ini hukuman buatmu karena berani memperlihatkannya didepan orang-orang." Jawab Lewis sambil terus memainkan jarinya didalam kewanitaan Likha.     

"Ampun Lewis, hentikan. Lagipula … disini tidak ada laki-laki selain … kamu. Ahhh …" Likha memeluk leher Lewis dengan erat. Tubuhnya bergetar hebat mendapatkan rangsangan dari pria mesumnya.     

"Wanita sekalipun, aku tidak suka. Pakai pakaian seperti ini hanya didalam kamar. Mengerti sayang?" Titah Lewis dengan suara beratnya.     

"Iya … maafkan aku … sekarang … tolong hentikan. Ahhh …" Lewis pun menarik kembali jarinya yang bermain disana. Napas Likha tersengal-sengal dibuatnya. Dasar suami iblis! Bisa-bisanya masih berbuat mesum di pagi hari ini. pikirnya.     

Namun, bukan Lewis namanya kalau tidak menuntaskan permainan yang dia buat. Pria itu menarik jarinya untuk membuka kancing dan zipper celananya sendiri. Dengan gerakan cepat, celana pria itu pun sudah melorot hingga kebawah.     

"Kita berolahraga dulu sebentar setelah makan. Anggap ini pemanasan sebelum bulan madu sesungguhnya di Maldives." Seringai nakal memikat terbit di bibir suami tampan Likha dengan rambut cerah tersebut.     

"Aaaaaaaaaah …" Likha spontan mengeluarkan desahan tatkala kejantanan Lewis menghujam kewanitaanya. dengan kedua lutut Likha bertumpu di kursi dan kedua tangannya melingkari leher sang suami, tubuh Likha pun dipacu kembali. Lewis menarik daster istrinya ke atas dengan sekali tarikan. Kini yang nampak dihadapanya adalah dada lumayan besar menyembul dibalik bra warna putih yang sama dengan kulit pemiliknya.     

Lewis memegang pinggul Likha dan membantunya bergerak diatas tubuhnya. Tidak tahan lagi, dia pun membuka pengait bra sang istri. Kini tubuh Likha polos seutuhnya. Lewis menghisap kuncup buah dada yang bergerak naik turun tersebut sesua dengan ritme teratur. Perempuan dengan rambut digulung keatas itu pasrah sudah dengan apa yang dilakukan sang suami. Likha meremas rambut Lewis yang wajahnya tenggelam didadanya menikmati aktivitas disana mengecup, menghisap, dan membuat banyak jejak kepemilikan.     

"Aahhh … kamu lezat sekali sayang. Betapa beruntungnya aku yang merasakan semua ini pertama kali, dan untuk yang terakhir kalinya." Lewis terus meracau sementara Likha sesekali mendesis dan mendesah tatkala hasrat itu sudah tidak bisa dibendung lagi.     

Sorot mata Lewis yang sendu karena menikmati penyatuan mereka pagi ini dan Likha yang hanya pasrah menikmati tubuhnya yang memang sudah milik sang suami seutuhnya, membuat ruangan baca menjadi tempat bercinta mereka kedua setelah kamar tidur.     

"Aku … tidak tahan … lagi. aku … mau keluar …"     

"Tunggu aku sayang." Lewis segera mengangkat tubuh Likha dalam gendongannya di pinggang dan dia berjalan menuju sofa agar bisa melakukan pelepasan dengan gaya konvensinal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.