Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 233. Pemandu Gratis Tanpa Dibayar



II 233. Pemandu Gratis Tanpa Dibayar

0Sambil menunggu pesanannya dengan duduk di kursi dan meja yang terbuat dari kayu, Lewis menatap wajah ayu Likha yang tidak henti-hentinya dia pandang. Perempuan yang merasa di tatap itu, pura-pura melihat ke arah lain.     

"Bisakah kamu berhenti menatapku? Apakah ada yang aneh dengan wajahku?" Likha tidak tahan juga akhirnya langsung bertanya.     

"Iya, " Jawab Lewis sambil tersenyum.     

"Apa yang aneh? Ada sesuatu menempel di wajahku?" Likha meraba-raba wajahnya mencari sesuatu yang mungkin ada menempel disana.     

"Wajahmu mengalihkan duniaku." Jawab Lewis dengan senyum memikatnya. Reflek wajah Likha memerah tersipu malu.     

"Maksud kamu apa?" Likha mengerucutkan bibir menahan malu yang sudah membuat wajahnya merona merah.     

"Entahlah, aku yang liar begini bisa mendapatkan istri bagaikan bidadari sepertimu, pasti di kehidupanku sebelumnya aku sudah melakukan banyak kebaikan sehingga dibalasnya d kehidupan yang sekarang." Jawab Lewis.     

"Kamu terlalu lebay dan mengada-ada." Sahut Likha dengan tangan memangku dagunya dan melihat ke arah samping, dimana dapur restoran itu sedang mempersiapkan pesanan mereka.     

"Bagaimana kalau kita bulan madu?" Tiba-tiba Lewis mengeluarkan ide yang baru muncul di kepalanya.     

"Bulan madu? Kemana?" Jawab Likha. Dia tidak tahu apa itu bulan madu. Selama bisa berdua dengan suami dimanapun berada, baginya itu sudah bulan madu.     

"Kamu mau kemana? Sebutkan saja nanti aku atur perjalanannya." Jawab Lewis lagi sambil mengeluarkan notenya untuk mencari destinasi wisata khusus pasangan baru menikah untuk bulan madu.     

"Aku tidak tahu mau kemana. Aku hanya pernah di Bali dan Jakarta, juga Italy. Selain tiga kota itu, aku tidak tahu harus kemana." Jawab Likha dengan polosnya.     

"Aku ingin ke tempat dimana musim dingin berada. Jadi, aku bisa memelukmu sepanjang hari dan kita bisa membuat bayi setiap saat." Ujar Lewis sambil terkekeh membayangkan dirinya dan Likha berdua saja dikamar memadu kasih sepanjang waktu.     

"Ckckck, otak anda benar-benar mesum." Jawab Likha sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Diskusi mereka pun harus berakhir dengan datangnya pesanan mereka. Lewis dan Likha menatap penuh hasrat dan lapar karena dari malam mereka belum mengisi perutnya sama sekali. Tidak lupa Likha mengajak sang suami untuk berdoa dulu sebelum makan.     

Setelah setengah jam lebih. Akhirnya semua makanan diatas meja pun ludes tidak bersisa. Baik Likha maupun Lewis tampak sangat kenyang dan malah membuat mereka jadi mengantuk.     

"Kita tidur sejenak didalam mobil ya. Aku kok mengantuk setelah makan." Ujar Lewis sambil menahan uap kantuknya dengan menutup mulutnya.     

"Hehe, iya. Tapi, kita sholat Dzuhur dulu ya. Tadi aku lihat ada masjid besar disini." Likha berkata dan dibalas dengan anggukan sang suami. Lewis memang tidak rutin sholat namun setidaknya sejak kecil dia sudah belajar itu semua di sekolahan. Hanya saja pergaulan bebas sejak remaja membuatnya meninggalkan semua ibadahnya tanpa dilakukannya sama sekali.     

Mereka pun keluar restoran dan menuju masjid yang ditunjuk Likha. Mereka berpisah sesuai dengan pembagian tempat antara pria dan wanita.     

Likha yang selesai belakangan, melihat Lewis yang sedang berbicara dengan seorang perempuan muda yang selesai sholat sepertinya karena membawa mukena lipat ditangannya. Likha melihat saja dari jauh, tidak ingin menghampiri. Perempuan berjilbab yang telah sah menjadi istri dari seoran pria blasteran berwajah tampan itu, ingin melihat sampai dimana Lewis bercakap-cakap.     

Melihat Likha yang memperhatikan dari jauh. Lewis mengundurkan diri untuk menghampiri sang istri, namun perempuan itu ternyata terus mengejar suaminya dengan mengucapkan kalimat yang jelas-jelas didengar Likha karena suara perempuan itu yang lumayan jelas.     

"Aku Nancy, mungkin kita bisa tukar nomer telepon? Aku akan menunjukkan tempat-tempat menarik di Indoesia. Aku bisa menjadi pemandumu gratis tanpa dibayar, asalkan kamu mau mengajakku." Ucap perempuan itu masih dengan gigihnya mendekati Lewis.     

"Maaf, aku sudah bilang kalau aku sudah menikah. Sebaiknya kamu mencari pria lain untuk diajak jalan-jalan." Jawab Lewis, masih berusaha sabar meladeni ucapan perempuan tersebut.     

"Huh, aku tidak percaya. Kamu pasti berbohong. Aku sering menjumpai bule yang bilang sudah menikah, eh ternyata masih bujangan. Kamu tidak perlu takut, aku tidak akan meminta kejelasan status." Ucapnya semakin berusaha mendekati Lewis.     

"Maaf nona, pria ini sudah menikah. Dia suamiku. Tolong cari pria lain untuk didekati." Likha lama-lama jengah juga melihat perempuan itu masih gigih mendekati suaminya. Dan, Lewis tampak mengeraskan rahangnya menahan sabar. Likha pun turun tangan dan menggenggam tangan Lewis, sang suami.     

"Cih, ngaku-ngaku saja. Kamu itu perempuan berjilbab seharusnya malu berbuat seperti itu." Dengan nada sinisnya, perempuan itu masih berupaya menjerat Lewis agar bisa membawanya pergi.     

"Nona, anda benar-benar tidak tahu malu. Saya sudah bilang saya sudah punya istri dan ini istri saya. Apa perlu saya tunjukkan buku nikah?" Lewis berkata dengan nada tegas akhirnya. Perempuan tersebut agak gentar juga mendapat gertakan pria yang sebelumnya menolak secara halus.     

"Dasar perempuan aneh!" Lewis berkata setelah berjalan agak jauh dengan masih menggandeng tangan Likha erat-erat.     

"Huh, bukannya kamu senang?" Ucap Likha dengan seringai sinis.     

"Jangan bicara yang tidak-tidak. Ayo masuk ke mobil. Kita langsung menuju Jakarta, aku sudah segeran setelah sholat." Jawab Lewis. Likha tersenyum geli melihat wajah suaminya yang cemberut karena merasa terganggu.     

Perjalanan menuju Jakarta dilalui Lewis kurang dari dua jam. Setelah sampai rumah, pria itu masih menggandeng tangan istrinya untuk menuju ke kamar. Lewis menghempaskan tubuh Likha diatas ranjang dan membuka jilbab instant sang istri dengan satu tarikan.     

"Kamu mau apa?" Likha merasa sikap Lewis yang terlalu bersemangat, membuatnya tidak bisa menolak.     

"Aku menginginkanmu sekarang." Jawab Lewis singkat sambil membuka kemeja dan celananya.     

"Tu-tungu dulu, kamu tidak … ahhhh … mandi dulu … ahhh." Lewis sudah tidak mendengarkan lagi ucapakan Likha. Seluruh pakaian luar Likha sudah terlepas dari tubuhnya, tinggal pakaian dalam saja yang masih Lewis pertahankan karena Lewis ingin bermain-main dengan istrinya sebelum langsung pada intinya.     

Sikap perempuan tadi di rest area dan kegesitannya membuat Lewis ingin segera melahap Likha sebagai pelampiasan.     

-----     

"Buatkan zuppa soup untuk nyonya dan jeruk peras hangat. Bawa ke kamar segera setelah selesai." Darren memerintahkan Hera untuk menginstruksikan pada pelayan dapur menyiapkan makanan dan minuman untuk istrinya agar lekas sehat dan fit kembali.     

"Baik tuan." Hera segera menuju ke dapur dan mengatakan apa yang baru saja didengarnya.     

Darren memapah Calista untuk berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka di lantai dua. Calista dengan hati-hati berjalan karena kini bukan hanya punggungnya yang terluka tapi juga kakinya kini ikut mendapatkan musibah. Sungguh dia tidak menduga jalan hidupnya akan seperti ini, selalu bertemu dengan bahaya dan dikelililingi oleh orang-orang yang membencinya dan keluarganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.