Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 255. Mengalir Apa Adanya



III 255. Mengalir Apa Adanya

0"Ini adalah sayur kesukaan Jack. Bayam jagung. Dan, ini adalah ikan kesukaannya, gurame bakar. Kalian harus makan banyak biar kuat dan sehat terus sampai acara pernikahan kalian nanti." Ucap Leona penuh suka cita. Tapi tidak dengan dokter muda itu yang tampak masygul mendengarnya. Carol menatap Jack dengan tajam sambil sesekali bibirnya merengut kesal. Pria yang ditatap pun menatap balik dengan tersenyum geli karena melihat ekspresi yang ditampilkan sang dokter cantik.     

"Kalian sudah berapa lama berpacaran?" Tiba-tiba Leona bertanya sambil menyuap sesendok sayur ke mulutnya. Jack melihat mommynya mulai makan dengan lahap, terbit senyum di wajah tampannya. Carol yang melihat Jack tersenyum, menghela napasnya pelan. Haruskah aku memainkan acting ini, pikirnya.     

"Cukup lama mom. Carol sangat sibuk di rumah sakit jadi tidak sempat mampir ke rumah kita." Jawab Jack dengan bibir menyesap bayam namun matanya melihat ke arah Carol yang sedang menundukkan wajahnya dengan tampilan sendu.     

"Nak Carol, orangtuanya dimana? Kapan-kapan diundang kerumah yaa." Leona menatap calon menantunya dengan pandangan penuh suka cita.     

"Hehe, saya tidak tahu dimana orangtua saya berada. Saya dibesarkan di panti asuhan." Carol tersenyum ceria namun dua orang yang ada dihadapannya tahu kalau dia hanya sedang memaksakan tersenyum.     

Leona berdiri dan tiba-tiba memeluk Carol dari belakang.     

"Segeralah menjadi menantuku. Aku akan menjadi mommy mu untuk selamanya." Leona berkata dengan penuh kelembutan seorang ibu yang sudah lama diidamkan Carol.     

"Tapi nyonya …"     

"Ssst, jangan panggil nyonya. Panggil mommy." Leona mengkoreksi cara Carol memanggil dirinya. Jack tersenyum dikulum melihat kekikukan perempuan yang baru dikenalnya itu tapi sudah bisa menjerat hatinya.     

"Mom … mommy, apakah tidak terlalu buru-buru? Memangnya mommy percaya saya perempuan baik-baik? Bagaimana kalau saya perempuan matre dan suka menguras harta lelaki?" Jawab Carol lebih lancar. Jack terkekeh mendengarnya.     

"Mommy tahu pilihan Jack tidak akan salah. Dari wajah dan matamu mommy tahu kamu perempuan baik-baik. Ayolah, segera menikah kurang dari sebulan. Mommy sudah tidak sabar untuk menimang cucu."     

"Uhuk uhuk uhuk …" Jack yang sedang menikmati lauk kesukaanya sambil mendengarkan obrolan dua wanita dihadapannya, mendadak terbatuk-batuk. Dia pun segera menenggak minuman yang ada disebelah kanannya.     

"Mommy, itu terlalu cepat." Jawab Jack sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Sudahlah habiskan makanannya dulu, baru dilanjutkan ngobrolnya. Aku duluan mau ke kamar." Jack mengelap mulutnya dengan tissue dan meletakkannya diatas meja. Pria itu pun berjalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.     

"Huft, mommy ada-ada saja. Pacaran juga belum, recanana menikah pura-pura, dan kini disuruh cepat punya anak. Lihat saja, pasti aku dikasih suntik mati nanti sama dokter itu." Jack berjalan mondar-mandir didalam kamarnya. Semuanya diluar dugaan. Awalnya dia hanya ingin memperkenalkan Carol sebagai pacarnya agar mommynya bisa ceria kembali. Tapi ternyata malah diluar ekspektasinya.     

Sementara itu di meja makan, interaksi Leona dan Carol semakin hangat. Leona senang memiliki teman berbicara sehingga tanpa disadarinya makanan yang ada dihadapannya habis tak bersisa. Carol pun senang berbicara dengan Leona karena banyak petuah hidup dan nasihat-nasihat yang sangat dia rindukan karena tidak ada yang pernah berkata itu padanya. Oleh karena itu, dia menjadi wanita yang mandiri dan tegas karena yang selama ini diajarinya di panti asuhan adalah mandiri agar kelak tidak merepotkan orang lain.     

Setelah acara makan pagi dan Jack pun sudah turun dari kamarnya, Leona meminta Carol untuk beristirahat dirumahnya sampai nanti kembali bertugas beberapa jam kemudian.     

"Tidak usah nyonya eh mommy, aku harus pulang dulu karena ada beberapa hal yang ingin aku kerjakan dirumah. Lain kali aku kesini lagi." Jawab Carol sambil tersenyum cerah.     

"Benarkah begitu? Hmm, baiklah. Sering-seringlah main kemari. Mommy yang akan mengatur desainer gaun pengantin untuk kalian. Nanti kalian tinggal datang saja untuk memutuskan mana yang ingin dipakai." Ujar Leona dengan hati berbunga-bunga.     

"Hehehe … matilah kau Jack." Ucap Carol sambil meringis ke pria yang berdiri di sebelahnya. Jack yang mendengar suara mengancam dibalik senyuman itu menatap Carol sambil tersenyum ambigu.     

"Kalau begitu, saya permisi dulu mommy. Terima kasih banyak sudah menjamu saya sarapan dan lain-lain. Mommy lekas sehat dan banyak makan biar semangat terus. Okay?" Jawab Carol sambil mengepalkan satu tangannya dan menarik kebawah.     

"Semangat!" Balas Leona tidak kalah serunya. Jack tertawa melihat mommynya sudah tidak murung lagi seperti beberapa bulan sebelumnya.     

Kedua anak manusia itu pun berjalan menuju mobil untuk mengantarkan pulang sang dokter ke rumahnya. Baru sampai didalam mobil dan belum menghidupkan mesin mobil, Carol tiba-tiba mencekek leher Jack dan berkata kesal.     

"Apa-apaan kamu hah! Katakan kamu menjebakku, iya kan? Ihhhh …"     

"Lepaskan tanganmu! Uhuk! Kamu mau membunuhku?"     

"Iya, kalau iya kenapa? Biar kamu tahu rasa akibat dari bicara sembarangan!" Jack merengggangkan kedua tangan Carol dan malah melingkarinya di lehernya.     

"Ummppp …" Carol menutup bibirnya tatkala kedua tangannya malah melingkar erat di leher pria yang dicekeknya.     

"Daripada mencekekku, bagaimana kalau melakukan hal yang sangat menyenangkan saat ini?"     

"Lepaskan tanganku! Kamu brengsek!" Carol tidak bisa melakukan apapun. Kedua kakinya masih menginjak lantai mobil sementara kedua tangannya dipegang erat dibelakang leher pria yang justru memberikan serangan balik padanya.     

Hidung Carol dan Jack saling bersentuhan tapi bibir mereka hanya berjarak satu senti. Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Jack memiringkan kepalanya dan Carol reflek memejamkan mata. Bibirnya terasa basah karena ada bibir yang menempel di bibirnya. Carol menikmati ciuman lembut yang diberikan Jack. Beberapa cecapan berulang kali diberikan Jack. Kedua tangannya melepas genggaman di tangan Carol dan berganti memegang tengkuk Carol agar mereka lebih dalam saling menikmati rasa bibir satu sama lain. Tanpa Carol sadari, dia menerima apa yang diberikan Jack bahkan saat Jack melesakkan lidahnya kedalam mulut Carol, perempuan itu menerimanya dengan pasrah.     

Setelah beberapa saat, Carol baru tersadar dan mendorong tubuh Jack menjauh.     

"Oh, apa yang aku lakukan?" Carol mengelap bibirnya dan wajahnya dengan gugup.     

"Menikahlah denganku." Jack mengusap pipi dan bibir Carol yang masih belum pulih kesadarannya dengan ibu jari tangannya.     

"Bahkan kita belum kenal satu sama lain. Ini terlalu cepat." Jawab Carol lirih.     

"Tidak ada yang terlalu cepat. Kamu tahu profesiku, aku tahu profesimu. Kamu tahu rumahku dan orangtuaku, aku tahu rumahmu dan tentangmu. Selebihnya biarkan mengalir dengan sendirinya. Okay?" Jack terus mengusap pipi dan bibir yang baru saja dinikmatinya itu sambil terus menatapnya tanpa jeda.     

"Aku tidak tahu. Aku … aku tidak tahu. Aku baru dikhianati pria. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa percaya dengan pria lain." Jawab Carol.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.