Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 253. Bagaikan Harimau Ompong



III 253. Bagaikan Harimau Ompong

0Mereka berlindung dengan duduk bersembunyi diantara gantungan baju yang sedang di jual. Calista heran kenapa dia harus bersembunyi juga. Tapi, tidak mungkin juga dia hadir terang-terangan dihadapan suami Dian kalau tidak mau mendapatkan interogasi.     

"Bagaimana ini?" Calista memberikan kode berupa gerakan bibir kepada sahabatnya yang sedang dalam proses kabur. Melihat suami Dian malah berdiri didepan toko sambil melipat kedua tangan didepan dada.     

Dian mengangkat bahu seolah-olah mengatakan 'aku tidak tahu'.     

Mata mereka berdua hampir keluar ketika melihat suami Dian malah masuk kedalam toko dengan santainya. Calista dan Dian merasa kalau Dave sebenarnya sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu. Dian berusaha mencari celah untuk bisa melarikan diri seorag diri. Dia memutuskan untuk tidak melibatkan Calista lagi.     

Begitu dilihatnya sang suami sedang berada didepan kasir, Dian segera keluar dari persembunyiannya dan berlari sekuat dia bisa menuju pintu keluar yang jaraknya hanya dua puluh meter. Calista hanya bisa melongo ditinggal pergi temannya.     

Dengan gaya yang sangat elegan, Dave memutar tubuhnya untuk mengejar sang istri. Dia tahu kalau Dian bersembunyi di antara gantungan baju didalam toko, dari cermin yang memantulkan bayangan dua perempuan sedang berjongkok.     

Tidak perlu susah payah karena Dave hanya dua kali melangkah, tangan istrinya berhasil di genggam.     

"Aahh lepaskan aku!" Dian meronta ingin melepaskan diri.     

"Kamu salah paham, sayang." Dave berusaha menenangkan sikap sang istri dengan menempelkan tubuhnya ke dinding yang ada disebelahnya.     

"Salah paham? Aku rasa tidak. Aku benci sama pria tukang selingkuh. Kamu tahu betul aku sedang mengandung anakmu tapi apa yang kamu lakukan? Ah ah lepaskan tanganku!" Dian menghentak-hentakkan tangannya meminta untuk dilepaskan namun Dave malah berkata dengan suara berat dan dalam.     

"Aku akan jelaskan dirumah. Sekarang, kita pulang. Kamu diam jangan bergerak atau aku akan menciummu di tempat ini." Ujar Dave dengan mata melotot tajam.     

Dian terpaksa menuruti kata-kata Dave dan berjalan pulang kembali ke rumah mereka. Dengan sabar dan penuh kelembutan, suami yang akhirnya bisa mendapatkan kembali istri yang kabur itu pun memacu mobilnya menuju rumah mereka. Butuh waktu dan tenaga extra bagi Dave untuk meyakinkan Dian karena istrinya ini tampak tidak peduli dan terus menatap ke jalanan dari balik kaca jendela mobil disebelahnya.     

"Nyonya, apa yang kamu lakukan disini?" Ivan mencari keberadaan nyonya majikannya kemana-mana dan hampir saja dia membuat surat wasiat jaga-jaga tuan Darren, bosnya, akan menghajarnya karena telah lalai dalam tugasnya.     

"Oh, Ivan. Aku ... aku ... kakiku keram. Aku tidak bisa berdiri lama jadi aku jongkok sebentar." Karyawan toko yang melihat ada perempuan sedang bersembunyi dibawah gantungan baju, menatap Ivan dan Calista bergantian.     

Ivan pun membantu majikannya untuk berdiri dan mereka berjalan menuju mobil mereka kembali perlahan-lahan.     

"Nyonya ngapain tadi disana? Apa ada yang membuntuti nyonya? Siapa orangnya biar saya kasih pelajaran." Ujar Ivan berapi-api.     

"Tidak perlu, justru aku jadinya yang tidak berhasil bertemu untuk membicarakan hal yang penting. Huft, semoga dia baik-baik saja." Calista menyandarkan lehernya dan mendongakkan kepala ke sandaran jok mobil yang ada dibelakangnya. Membayangkan temannya yang sedang tahap negosiasi dengan suaminya, membuatnya sedikit lelah. Namun, tiba-tiba Calista merasa melupakan sesuatu.     

"Ivan, tunggu dulu. Sepertinya aku ada yang kelupaan." Calista berpikir dalam-dalam tapi tidak tahu apa yang telah dilupakannya. Setelah beberapa menit, Calista berteriak,     

"Ya Tuhaaaaan, Ivan. Aku sudah membayar uang muka di salon tadi tapi aku malah pergi. Duh, dasar pelupa!" Calista memukul keningnya sendiri karena gemas sekali dengan penyakit mudah lupanya.     

"Jadi bagaimana, nyonya? Mau balik lagi ke salon?" Ivan mengemudikan mobilnya dengan lambat, kalau-kalau nyonyanya ini berubah pikiran ingin kembali ke salon.     

"Ah sudahlah, besok saja. Itu juga kalau ingat. Kita langsung pulang saja." Ucap Calista lalu perempuan hamil itu memejamkan mata karena baru saja selesai syuting adegan laga dengan scene mengendap-endap.     

Setengah jam kemudian, setelah mobil yang dikemudikan Dave tiba dirumahnya sendiri, perempuan hamil keluar dari pintu penumpang lebih dulu dan membanting pintunya dengan kasar tanpa menolehkan wajahnya ke belakang. Dave menghela napas panjang berkali-kali sebelum keluar dari mobil.     

Salahnya juga yang tidak segera mengusir Gladys begitu melihat perempuan itu sudah lebih dulu berada di dalam ruangannya dan telah menampakkan pose menantang yang mengundang Dave secara terang-terangan.     

Sudah lama Dave tidak digoda oleh pose menantang perempuan seksi. Selama ini Dian tidak pernah berpakaian seksi tapi naluri kelelakian Dave mudah tergoda sehingga hampir setiap hari mereka bercinta.     

Kini ada perempuan seksi yang menawarkan pemandangan menggiurkan, justru Dave enggan untuk mendekat. Namun, bukan Gladys namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Dia segera mendekati Dave dan menarik pria yang berdiri mematung dan selanjutnya seperti apa yang dilihat Dian.     

Namun, tidak ada yang terjadi dengan mereka karena Dave menolaknya dan berusaha melepaskan diri tapi Gladys ternyata lebih punya persiapan matang.     

Semua pelayan rumah yang melihat nyonya majikan mereka masuk kedalam rumah dengan aura berbahaya itu tidak ada yang berani menyapa. Bahkan, tuan majikan mereka yang terkenal galak dan menakutkan itu, berjalan dengan langkah menundukkan kepalanya sambil mengacak-acak rambut panjangnya dan mengikuti sang istri menaiki anak tangga menuju kamar utama.     

"Nyonya kenapa itu ya?" Bisik-bisik antara pelayan pun terjadilah.     

"Wajah tuan Dave kusut sekali. Kali ini pasti tuan Dave yang cari gara-gara. Habislah sudah dia!" Jawab pelayan yang berusia paling tua diantara mereka.     

"Eh ada Feni, tanyain yuk."     

"Fen, sini sini ..." Seorang pelayan wanita menarik tangan Feni untuk mendekat dan bergabung bersama mereka.     

"Ada apa?" Feni yang baru datang bersama supir yang membawanya pulang pun, tidak mengetahui cerita sebenarnya kenapa nyonya mereka kabur lagi. Tapi yang jelas, dia dan pak supir sudah seperti orang-orang yang kurang kerjaan mencari majikan mereka kesana kemari.     

Dian berdiri di dekat jendela menatap keluar kamar dengan wajah cemberut menakutkan dan kedua tangan dilipat didepan dadanya. Dave yang masuk tanpa mengetuk pintu, melihat sang istri yang seperti harimau tidak ingin didekati oleh siapapun.     

Namun pria itu tahu kalau dia bersalah. Dia pun berjalan perlahan-lahan dan kedua tangannya hampir memeluk Dian ketika terdengar suara,     

"Jangan coba-coba untuk memelukku! Aku tidak sudi disentuh oleh tangan yang sudah menjamah wanita lain." Tegas dan menakutkan, baru kali ini Dave merasakan ketar-ketir dihadapan istrinya. Biasanya dia yang impulsif dan galak, perintahnya tak terbantahkan. Tapi kini, bagaikan harimau ompong, Dave diam tak berkutik dibalik raganya yang kekar dan atletis.     

"Maafkan aku ..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.