Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 249. Ratu Keabadian



III 249. Ratu Keabadian

0"Ya sudahlah, besok kamu pergi bawa asistenmu dan supir yang mengantar pulang pergi. Sekarang kamu mau pesan apa?" Mereka sudah melewati portal parkir masuk dan saat ini sedang berada di depan mesin penjawab pesan drive thru dengan ciri khas menu dari negeri sakura.     

"Apa saja, asalkan tidak pedas." Jawab Dian.     

Dave pun memesan menu beef teriyaki tiga porsi, satu porsi untuk supir mereka. Setelah selesai memesan dan membayar, mobil langsung meluncur pulang karena hari sudah malam. Dave dan Dian memilih makan di dalam kamar tidur.     

Belajar dari pengalaman terdahulu, Dave berjanji untuk mengontrol emosi dan mencoba memberikan kepercayaan kepada Dian untuk melakukan apapun asalkan suasana hatinya senang.     

Satu jam stelah makan malam yang sangat telat, sepasang suami istri yang baru saja dinyatakan akan menjadi calon ayah dan ibu itu segera beristirahat tidur. Malam ini Dian berinisiatif memeluk sang suami dalam dekapannya. Mendengarkan detak jantung Dave membuat Dian tidur lebih cepat dan lebih nyenyak. Sang suami pun memeluk tubuh sang istri dengan erat dan mengusap-ngusap punggungnya sehingga Dian tidur lebih lelap.     

-----     

"Sayang, anak kita sedang hamil dan kita akan menjadi sepasang kakek nenek. Waktu berjalan begitu cepat, dan aku belum pernah merasakan membesarkan seorang anak." Donni duduk bersandar di kepala ranjang, memperhatikan istrinya yang memakai piyama sangat tipis menggoda sedang melakukan perawatan wajah untuk malam hari.     

"Harusnya kamu senang dong, tidak direpotkan dengan suara bayi menangis di malam hari, mengganti popok, dan bermain-main sepanjang hari." Ujar Agnes. Setelah selesai memakai krim malamnya, Agnes naik ke atas ranjang dan menyusup ke dalam selimut yang sama dengan sang suami.     

Donni menarik tubuh sang istri untuk mendekat padanya dan mendudukkannya diatas perutnya.     

"Eh kamu mau apa? Sudah malam, kita tidur saja ya." Agnes mulai merasakan ada gelagat mencurigakan dari cara Donni mengusap lembut lengan telanjangnya yang tidak tertutup oleh piyama dengan tali spagheti tersebut. Tidak hanya sampai disitu, Donni pun mengusap paha sang istri yang tidak tertutup oleh piyama dengan panjang hanya sampai lutut.     

"Kamu berpakaian seperti ini demi untuk menarik perhatianku kah?" Donni menegakkan duduknya dan wajahnya mulai menyusup masuk ke sela leher sang istri. Sementara kedua tangannya aktif mengusap-usap paha mulus wanita yang masih sangat cantik di usia kepala empat.     

"Donni, hentikan. Anak kita memberikan ini padaku tadi pagi. Dia melihat di internet cocok denganku katanya jadi dia beli untukku. Euugghhhh ..." Kulit tubuh Agnes merinding mendapatkan usapan dan ciuman menggelora dari sang suami.     

"Dia tahu betul selera papahnya." Jawab Donni.     

"Maksudmu? Aahhhhh ..."     

Dalam sekali gerakan, Donni memutar tubuh Agnes menjadi dibawahnya. Pria itu dengan gesit segera membuka piyama bajunya. Tampak dada kokoh yang masih terjaga di usianya yang mendekati kepala lima, memilki aura seperti pria usia tiga puluhan.     

"Ayo kita buat anak sayang. Usiamu masih bisa untuk hamil dan melahirkan bukan?" Donni menarik piyama tipis istrinya dengan sekali tarikan lewat atas. Tampak sesuai dugaannya, sang istri tidak memakai bra. Agnes memang sengaja tidak memakai bra sebelum tidur agar dadanya bisa bernafas lega.     

"Anak? Donni, kamu ... euggghh ... kamu akan jadi seorang kakek. Aaahhh ... bagaimana bisa kamu ... isshhh ... ingin seorang anak? Pelan-pelan ..." Sepasang gunung kembar milik Agnes dilahap Donni dengan rakusnya. Istrinya memang luar biasa. Bisa merawat seluruh tubuh dan wajahnya dengan sangat baik. Jadi jangan salahkan diriku yang tidak bisa menahan hasrat setiap harinya. Batin Donni.     

"Kenapa tidak? Biar anak dan cucu kita bisa bermain bersama." Jawab Donni dengan suara berat dan dalamnya. Donni memundurkan tubuhnya hingga ke mata kaki sang istri yang sudah polos dibagian atas. Kain segitiga penutup yang terbuat dari satin itu ditariknya perlahan hingga lepas dari tempatnya semula. Donni pun melepas semua pakaian yang masih menempel di tubuhnya.     

Kini tubuh mereka polos tanpa bahan sehelaipun. Donni menggerayangi tubuh sang istri dengan tangan besarnya mulai dari ujung mata kaki, betis, lutut, paha, hingga ke perut dan dada yang sangat menggemaskan naluri kelelakiannya. Agnes mengerang dan melenguh sambil meremas sprei di tangan kanan kirinya. Donni tahu betul cara memberikan kenikmatan dalam bercinta kepada Agnes sehingga tubuh wanita itu tidak pernah menolak, meskipun bibirnya berkata sebaliknya.     

"Aku ingin anak yang sangat cantik seperti maminya atau tampan seperti papinya." Ucap Donni sambil membuat lingkaran di area perut ramping wanita yang sekujur tubuhnya meremang karena sentuhan pria yang selalu tergila-gila padanya sejak awal pertemuan mereka dua puluh empat tahun yang lalu.     

"Kalau begitu, kenapa ... tidak kembar saja ... sekalian? Aahhhhh ..." Ucap Agnes dengan wajah yang sudah memerah menahan hasrat.     

"Nah, kita harus lebih bekerja keras mulai dari sekarang." Donni mengurut kejantanannnya sebelum menghujam kedalam kewanitaan sang istri yang disambut dengan erangan panjang Agnes karena merasakan penuh sesak dibawah sana.     

"Aahh bagaimana bisa aku melewatkan sehari saja tidak menyentuhmu, sayang? Kamu sangat lezat sekali." Donni menggesek-gesek kejantanannya dan memaju mundurkan tubuhnya dengan irama teratur membuat Agnes terlena dengan gerakan yang dibuatnya.     

"Donni, kamu benar-benar liar." Dengan napas tersengal-sengal, Agnes mendekap erat leher kokoh sang suami yang semakin berhasrat bercinta.     

"Mari kita buat anak sebanyak mungkin, sayang. Aku akan buat mereka pangeran dan kamu adalah ratu keabadianku. Euugghhh ..." Donni merubah posisi sang istri menjadi membelakanginya.     

Kini kejantanannya menusuk ke kewanitaan Agnes dari arah belakang. Posisi yang paling cepat membuat suami istri menemui klimaksnya.     

"Aaaaaggghhhh ..."     

"Euggggggg ..."     

Keduanya pun melakukan pelepasan bersama-sama diiringi erangan kenikmatan duniawi yang hanya bisa dinikmati dengan baik dan halal oleh pasangan yang sudah sah menjadi suami istri.     

Bukan hanya sekali, tapi Donni melakukannya berkali-kali hingga dini hari.     

-----     

"Sayang, bangun. Kita harus segera check in 2 jam lagi." Donni yang sudah rapih berpakaian, membangunkan sang istri yang masih terlelap dalam tidurnya akibat permainan panas mereka sepanjang malam.     

"Aahhhhh, apa-apa. Ini semua gara-gara kamu." Tanpa menunggu kesadarannya pulih seutuhnya, Agnes segera berlari menuju kamar mandi dengan gerakan super cepat. Donni melihatnya sambil terkekeh. Memang dia pelaku utamanya jadi dia rela akan dimarahi nanti sepanjang perjalanan.     

Beruntung semua peralatan dan pakaian sudah rapih masuk koper dan tas masing-masing. Donni membawa koper menuruni anak tangga, yang disambut para pelayannya untuk membantunya. Dua koper besar, dua koper kecil, dan dua tas selempang menjadi perbekalan sepasang suami istri uang akan menghabiskan waktu mereka selama satu minggu penuh di negara dengan lambang kepala singa tersebut.     

Kurang dari 1 jam, Agnes sudah rapih berpakaian. Mengenakan kemeja lengan pendek dan celana jeans, membuat penampilannya seperti anak muda yang tidak kelihatan akan memiliki cucu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.