Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 248. Selamat, istri anda hamil!



III 248. Selamat, istri anda hamil!

0"Kita ke rumah sakit!" Titah Dave pada supir yang siap siaga. Mobil pun meluncur dengan cepat. Semua orang seperti sedang kebakaran berlari cepat-cepat melakukan segalanya. Dave memakaikan Dian jaket yang diberikan Feni padanya.     

"Dave, please. Aku tidak apa-apa. Kamu jangan over reaktif begini. Aku baik-baik saja. Okay." Dian tidak mengerti kenapa Dave bisa begitu mengkhawatirkan dirinya seperti ini.     

"Aku dulu sering membuatmu celaka, aku pernah membunuh anak kita berdua. Dan, kini aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Mengertilah kekhawatiranku." Jawab Dave sambil mendekap bahu istrinya. Aroma parfum yang dipakai Dave setelah mandi, tiba-tiba membuat Dian mual. Dia menutup mulutnya dan memukul-mukul kursi bagian depan untuk segera berhenti.     

Begitu mobil berhenti dan kunci pintu terbuka, Dian langsung keluar mobil dan muntah banyak sekali di got yang ada di pinggir jalan. Dave memburu istrinya dan memijat tengkuk lehernya.     

"Kamu makan apa saja hari ini? Kenapa muntah-muntah dan pusing? Sudah benarkan keputusanku untuk membawamu ke rumah sakit." Ujar Dave dengan memberondong perempuan yang muntah-muntah dengan banyak pertanyaan.     

Dian tidak bisa menjawabnya. Dia pun hanya bisa berjongkok di pinggir jalan sambil sesekali masih memuntahkan isi perut yang sudah tidak ada lagi. Tenggorokannya terasa pahit. Sepertinya empedu nya ikut dimuntahkan.     

Dave memberikan tissue pada Dian dan perempuan itu mengelap bibirnya hingga bersih. Dave mengangkat tubuh istrinya yang sudah tidak bertenaga dan memapahnya ke dalam mobil.     

"Pak, matikan AC nya dan buka jendela mobil. Aku tidak kuat baunya." Kata Dian. Dave membelalak tidak percaya dengan yang didengarnya. Bagaimana mungkin malam-malam naik mobil dengan keadaan kaca jendela dibuka dan AC dimatikan? Tapi Dave adalah Dave yang tetap menuruti keinginan sang istri, meski pahit sekalipun.     

"Turuti saja pak." Perintahnya pada supir yang kebingungan. AC pun dimatikan dan semua kaca jendela dibuka. Dian menghadapkan wajahnya ke arah luar. Sementara, Dave menutup mulut dan hidungnya dari aroma knalpot dan debu jalanan yang bau menyengat menyesakkan dada.     

"Selamat ya, istri anda hamil dua minggu." Dave dan Dian menganga dan tersenyum bahagia. Suami dengan rambut sebahu itu memeluk istrinya yang tidak bisa berkata apa-apa. Jadi benar dia hamil. Bahkan alat testpack yang dibeli Feni belum sempat dipakai tapi Dian sudah langsung cek lab. Dokter yang memeriksa Dian ikut tersenyum senang melihat reaksi sepasang suami istri tersebut.     

"Oh sayang, kamu hamil lagi. aku senang sekali. Tidak sia-sia kita bercinta setiap hari." Dian melebarkan matanya dan terkekeh melihat wajah dokter yang pura-pura tidak mendengar. Dian mencubit pinggang Dave kencang sekali sampai Dave berteriak, "Awwww, sakit." Dian menyeringai sinis pada suaminya yang ngomong sembarangan.     

"Ini resep vitamin untuk ibu konsumsi sehari sekali saja atau bila perlu. Jaga kesehatan dan kurangi 'olahraga fisiknya' di trimester pertama." Ujar dokter itu sambil menatap Dave diam-diam yang menurut pandangannya adalah suami hypersex karena memaksa istrinya bercinta setiap hari. Dian menutup mulut ingin menahan ketawa melihat reaksi dokter itu saat menyeringai sinis pada Dave yang sedang menatap istrinya lekat-lekat.     

"Baik dok, terima kasih." Ucap Dian dan mereka pun pulang kerumah dengan Dave tidak melepaskan dekapannya pada bahu sang istri.     

"Longgarkan sedikit pelukanmu. Aku malu. Kamu memelukku seolah-olah aku anak kecil yang akan melarikan diri." Dian melirik pasien di sekitarnya yang melihat kemesraan mereka sambil berbisik-bisik.     

"Kenapa harus malu? Kamu istriku, aku suamimu. Apa perlu aku lemparkan buku nikah kita diwajah mereka?" Jawab Dave sinis.     

"Huft, susah bicara denganmu." Jawab Dian sambil terus berjalan menuju mobil.     

"Masih mual?"     

"Sudah tidak, tadi kan habis dikasih cairan infus sebotol untuk meredakan mual." Jawab Dian.     

"Mana tangan yang kena infuse? Masih sakit?" Dave mencari punggung tangan sang istri yang langsung mendapatkan cairan infuse anti mual begitu sampai rumah sakit.     

"Sedikit. Sudah ayo kita pulang."     

"Kamu pasti lapar. Kita cari makanan dulu ya." Ujar Dave.     

"Tapi aku tidak mau mencium aroma makanan. Aku takut mual di restoran." Jawab Dian.     

"Kita beli yang drive thru saja. Makan didalam mobil." Ucap Dave.     

"Okay." Sahut Dian dengan girangnya.     

Dian menatap Dave dengan wajah penuh cinta. Tidak disangka, pria yang mengawali kesalahan dengan memperkosanya, kini ternyata berubah menjadi suami yang sangat mencintainya. Dulu Dian sangat membenci Dave dengan segala sifat egosi dan posesifnya. Namun, kini waktu telah merubah segalanya. Dave menjadi pria yang sangat menyayanginya dan pria yang mau menerima dirinya apa adanya.     

Dalam perjalanan menuju ke restoran drive thru, tiba-tiba Dian menerima telpon masuk. Perempuan yang baru dinyatakan hamil oleh dokter itu menatap layar ponselnya dan tertera nama 'Calista' disana.     

"Siapa?" Dave bertanya sambil memainkan ponselnya juga.     

"Calista. Sebentar aku terima dulu ya." Dave reflek berhenti menggerakkan ibu jarinya naik turun di layar ponselnya.     

"Ya say, ada apa?" Dian menjawab panggilan temannya.     

"Dian, maaf mengganggu. Kamu sudah tidur?" Calista yang menelpon temannya dalam posisi sudah diatas kasur ini, tidak tahan untuk menelpon Dian meski Darren sudah melarangnya.     

"Calista, aku mau ketemu kamu besok. Bisa? Aku punya kabar baik yang ingin kubagikan padamu." Dian melirik suaminya dengan senyum sumringah. Dave membalas senyuman istrinya dengan senyuman tipis.     

"Oh bisa bisa, kamu mau bertemu dimana? Apa dirumahku lagi? Dengan senang hati." Jawab Calista. Karena Darren memang melarang istrinya untuk keluar rumah kecuali kerumah mamah papahnya.     

"Boleh, aku kerumahmu lagi ya besok. Jam berapa kamu siap menerima tamu?" Tanya Dian sambil menatap lampu jalanan dari balik kaca jendela yang terbuka.     

"Haiyahhh, pertanyaanya itu loh. Selama tidak tengah malam, aku siap-siap saja." Jawab Calista.     

"Kalau begitu besok jam 9 pagi ya. Mudah-mudahan kamu sudah bangun."     

"Aku selalu bangun Subuh sayang."     

"Hehehe, okay sampai bertemu besok.     

"Iya, bye."     

"Bye."     

"Aku besok mau kerumah Calista yaa." Ucap Dian.     

"Aku sudah tahu. Kamu hanya bilang saja kan? Karena tanpa minta ijin padaku pun, kamu sudah memutuskan sendiri untuk kesana." Jawab Dave sambil mendekap bahu sang istri.     

"Iya, apa boleh. Kalau tidak boleh, ya tidak apa-apa. Aku akan batalkan saja."     

"Sayang, daripada kamu membatalkan janji, lebih baik kamu meminta ijin dulu sebelumnya boleh atau tidak." Ujar Dave. Dian tahu dia salah karena tidak meminta ijin Dave lebih dahulu sebelum ke rumah temannya. Itu dikarenakan dia sangat gembira akan berita kandungannya sehingga lupa untuk meminta ijin pada pria yan duduk mendengarkan disebelahnya.     

"Ya sudahlah, besok kamu pergi bawa asistenmu dan supir yang mengantar pulang pergi. Sekarang kamu mau pesan apa?" Mereka sudah melewati portal parkir masuk dan saat ini sedang berada di depan mesin penjawab pesan drive thru dengan ciri khas menu dari negeri sakura.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.