Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 270. Sayangi jantung



III 270. Sayangi jantung

0Sungguh posisi tidur yang estetik. Carol malah berpikir kalau posisi tidurnya lebih bebas dengan kepala mendongak ke atas, mulut menganga lebar, dan posisi tangan kaki bebas kemana-mana. Sungguh orang kaya dengan status social seperti Jack bahkan cara tidurnya pun sangat elegan. "Cih, sudah tahu ngantuk berat tapi memaksakan diri datang kesini." Cibirnya.     

Perempuan dengan kebiasaannya saat bertugas, rambut di gelung ke atas itu, perlahan berjalan mendekati pria yang kelelahan. Dia duduk di kursi sebelahnya yang kosong dan diam menatap lurus kedepan. Namun tiba-tiba, Carol merasakan bahunya menjadi berat karena Jack entah sengaja atau tidak, merebahkan kepalanya diatas bahu kiri Carol.     

"Jangan bergerak. Aku pinjam bahumu sejenak. Aku mengantuk sekali." Lalu suara pria itu pun menghilang disusul dengkuran halus terdengar sangat dekat di telinga Carol. Wajah Carol memerah. Antara malu dengan pria ini atau malu dengan tatapan orang-orang yang lewat. Terutama teman sejawatnya yang cekikikan senyum-senyum melihat Carol duduk diam tidak bergerak menahan kepala Jack yang sedang tidur pulas.     

"Sayang, bangun, sudah sore." Perempuan yang masih mengenakan jas putih itu membuka matanya perlahan dan mengerjap-ngerjapkan untuk menemukan kesadarannya sedikit demi sedikit. Namun alangkah terkejutnya dia mendapati dirinya sedang dalam posisi berbaring dan diatasnya adalah langit-langit warna putih cerah.     

"Aku dimana?" Carol spontan duduk.     

"Kamu ada dirumah kami. Jack yang membopong kamu kesini, katanya kamu kelelahan setelah praktek." Reflek Carol menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Berarti tadi dia ketiduran juga di kursi? Lalu kalau benar Jack membopongnya, berarti semua orang melihat mereka? Ahhhhh, bodoh bodoh bodoh, kenapa aku tidak sadar, batin Carol.     

"Hahaha, kamu tidak usah malu begitu. Nanti Jack yang akan menjelaskan semuanya. Sekarang kamu mandi dan kita makan diluar yuk. Kamu pasti sudah melewatkan makan siangmu karena saking lelahnya." Ujar Leona penuh kelembutan.     

"Sekarang jam berapa … mommy?" Leona tersenyum cerah mendengar kata mommy keluar dari bibir Carol.     

"Jam 4 sore. Pakaian untuk kamu sudah disiapkan didalam kamar mandi. Jack yang membelikannya tadi. Sekarang kamu mandi, berpakaian, dan langsung turun untuk makan ya. Jangan lama-lama mandinya karena kamu belum makan siang, pasti lapar."     

"Aku tidak lapar kok mom, tadi pagi aku …"     

"Kruyuuuukkk …"     

Carol menekan perutnya yang bersenandung mengeluarkan music memalukan di telinganya. Leona menutup mulutnya menahan tertawa.     

"Sudah sudah. Mommy tunggu di bawah. Jack ada urusan di kantornya, sebentar lagi dia pulang." Leona segera keluar kamar meninggalkan Carol yang masih diam membisu menerima perlakuan hangat dari maminya Jack.     

Dokter muda itu pun bangkit dari duduknya dan segera menuju kamar mandi yang telah dikatakan. Sejenak Carol menatap sekeliling kamar. Putih bersih dan tidak tampak seperti kamar milik seorang pria. "Pasti ini kamar tamu." Gumamnya. Carol masuk kedalam kamar mandi dan membasuh tubuhnya dibawah guyuran air hujan buatan atau shower. Segar terasa membersihkan tubuhnya. Carol pun segera menuntaskan mandinya dan memakai pakaian yang dibeli Jack tergantung rapih di hanger.     

Gaun terusan simple lengan pendek dengan panjang selutut warna hijau botol, sungguh pas di tubuh Carol. Setelah merapihkan rambut dan wajahnya, Carol keluar kamar. Dia baru menyadari kalau ini adalah rumah maminya Jack. Kamar tamu yang baru saja dia tiduri letaknya berhadapan dengan kamar mami Jack.     

"Kemari sayang." Leona memanggil Carol yang baru saja menutup pintu kamarnya.     

"Kamu sudah cantik makin tambah cantik saja. Pantas Jack tidak sabaran untuk segera menikah." Carol tersenyum mendengar ucapan Leona. Perempuan cantik itu pun menghampiri malu-malu dan duduk di kursi yang telah disediakan.     

"Makan yang banyak ya biar tetap segar. Kamu butuh banyak energi karena pekerjaan dokter itu pasti sangat melelahkan dan kadang tidak sempat makan." Ujar Leona. Carol hanya bisa tersenyum mendengarnya.     

"Kenapa kamu bisa tertidur? Apakah semalaman begadang?" Leona bertanya lagi sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri.     

"Biasa mom, banyak pasien juga jadi lupa makan dan istirahat. Itu sudah biasa kalau di profesi kami." Kata Carol.     

"Ohh tapi tetap saja kamu tidak boleh begitu. Kita harus jaga kesehatan karena sehat itu murah, sakit yang mahal. Mahal biayanya, waktunya, dan tenaganya." Ucap Leona dengan bijak.     

"Iya mi." Carol memilih untuk diam mengalah. Seumur hidup dia tidak pernah mendapatkan perhatian begitu besar dari seorang ibu. Dan, kini dia merasa kalau Leona sudah seperti ibunya sendiri, apalagi dia diharuskan memanggilnya dengan sebutan mommy.     

"Maaf nyonya, ada tamu yang ingin bertemu dengan nyonya selepas makan." Seorang pelayan perempuan menghampiri meja makan dan berkata dengan penuh kepatuhan kepada Leona.     

"Siapa?" Leona memicingkan matanya.     

"Beliau bilang namanya Natasya." Pelayan itu menjawab.     

"Natasya? Untuk apalagi dia datang? Katakan padanya, aku sedang sibuk." Leona enggan menemui.     

"Natasya? Sebegitu dekatnya kah mereka sehingga perempuan itu bisa keluar masuk rumah ini dengan bebas." Carol berpikir.     

"Dia salah seorang pengagum Jack. Salah satu pelanggan tetap di klab malamnya. Tapi mami tidak suka. Sikapnya murahan sekali, tidak mencerminkan seorang perempuan baik-baik. Padahal ayahnya adalah pejabat dan ibunya aktif di kegiatan social." Leona menumpahkan segala keluh kesahnya meski tidak ditanya Carol. Dokter muda itu tersenyum tipis mendengarnya. Dia belum ada hak untuk marah atau apapun jadi dia merasa belum pantas untuk ikut campur.     

"Mommy," Tampaknya perempuan itu tidak sabaran jadi dia sengaja menghampiri Leona yang masih menikmati makanannya.     

"Mommy lagi makan yaa? Aku bawakan buah kesukaan mommy." Tiba-tiba Natasya mengerutkan alisnya melihat ada perempuan muda sebaya dengannya sedang duduk bersama mengelilingi meja makan dan makan bersama dengan mommynya Jack. Bahkan, dia sendiri saja belum pernah makan bersama di meja makan ini.     

"Siapa dia mi?" Tanya Natasya.     

"Natasya, kamu jangan lancang masuk ke rumah orang tanpa permisi. Apalagi sampai keruang makan dan menggangguku menikmati makananku." Leona mengeratkan giginya berkata pada perempuan yang kaget dirinya mendapat perlakuan seperti itu.     

"Mom, aku kan sering kesini. Kenapa sambutan mommy seperti itu?" Natasya mulai bersuara dengan nada tinggi.     

"Maaf nona, jaga sopan santunnya! Kalau tidak bisa, silahkan keluar." Seorang pelayan senior menghampiri majikannya yang sedang terganggu makannya.     

"Orangtuamu benar-benar tidak pernah mengajarkan sopan santun kepada yang lebih tua. Sekarang keluar dari rumah ini. Dan, jangan pernah menginjakkan kakimu dirumah ini lagi." Carol mengusap-usap dada Leona dengan lembut.     

"Kendalikan emosi, mom. Sayangi jantung," Carol berkata dengan suara rendah.     

"Mom? Dia memanggilmu mom? Siapa dia?" Natasya semakin kalut dan panik. Baru beberapa hari dia tidak bertemu dengan Jack tapi perubahannya sudah sebesar ini.     

"Dia calon istriku! Kami akan menikah bulan depan." Jack, pria flamboyant dengan rambut warna coklat itu tiba-tiba muncul ditengah-tengah ruang makan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.