Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 267. Gerakan Zigzag



III 267. Gerakan Zigzag

0"Terima Kasih." Carol menutup pintu mobil Jack dan bergegas masuk kedalam rumah sakit, tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.     

"Huft, aku harus memulai pendekatan dari nol kembali." Ujar Jack. Pria dengan rambut coklat itu pun melanjutkan kembali perjalanan menuju rumah orangtuanya kembali. Jack sudah tidak kembali ke apartemennya lagi karena tempat itu akan dijualnya dan pindah ke apartemen baru yang dibelinya beberapa waktu yang lalu.     

Carol menengok ke belakang setelah yakin mobil Jack sudah pergi.     

"Huh, mulai sekarang aku tidak akan bergantung lagi pada siapapun. Ini hidupku dan aku yang menjalaninya." Gumam Carol lalu melangkahkan kakinya kembali ke ruangannya.     

"Wah, pacar yang setia. Pagi-pagi sudah mengantarkan, pulang pasti dijemput ya?" Bara, pria yang sangat amat tidak ingin dilihat Carol, muncul dihadapannya sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Carol mendecih dan tidak peduli, dia pun melanjutkan perjalanannya kembali ke dalam rumah sakit.     

"Kamu lupa kalau salah satu pemilik saham di rumah sakit ini adalah ayahku. Kalau aku mau, aku bisa mengeluarkanmu kapan saja. Tapi tidak kan?" Ujar Bara dengan angkuhnya.     

"Huh, lelaki yang bersembunyi dibalik ketiak orangtuanya bukanlah lelaki, tapi banci. Kalau kamu mau, lakukan saja. Aku tidak butuh belas kasihanmu!" Jawab Carol dengan tatapan menghina.     

"Kamu! Mulutmu sekarang sudah berani mengatai orang ya? Carol yang dulu pendiam sudah tidak ada lagi. Benar-benar pengaruh seorang pria besar sekali buatmu." Ujar Bara membalikkan badan.     

"Carol yang dulu lemah, bodoh, dan mudah percaya omongan lelaki brengsek sudah hilang bersama kenangan buruk. Carol yang lahir sekarang adalah Carol yang siap menghajar siapapun, termasuk iblis." Jawab Carol sambil menyeringai sinis dan meninggalkan Bara yang matanya terbelalak marah buk mendengar semua kalimat yang diucapkan Carol.     

Ciiiiiit …     

Sebuah mobil tiba-tiba berdecit nyaring memekakkan telinga siapa saja yang berada di depan poli gawat darurat saat itu. Tidak terkecuali Carol dan Bara yang langsung melihat ke depan. Jack berlari-lari memasuki ruangan mencari seseorang. Carol melebarkan matanya mengetahui siapa yang datang.     

"Ikut aku!" Tangan Carol ditarik Jack dan berlari menuju mobilnya dan memasukkan dokter muda itu yang belum mengerti apa yang terjadi.     

"Eh, ada apa ini? Lepaskan aku! Ini penculikan!" Carol berteriak.     

"Mamiku terkena serangan jantung. Bantu aku!" Jack segera mengemudikan mobilnya dan meninggalkan halaman rumah sakit secepat kilat. Carol terkejut dan memilih diam tidak berteriak ataupun bertanya lagi.     

Sepanjang perjalanan, Jack fokus mengendari mobil dan membuat gerakan zigzag menyalip semua mobil yang ada didepannya.     

"Jack, pelan-pela, aku tidak mau mati muda." Ucap Carol.     

Jack tidak menyahut dan masih terus mengendarai mobil dengan kesetanan.     

Setelah setengah jam, mobil itu pun sampai di depan rumah milik keluarga Smith.     

"Mana mami?" Jack segera berlari kedalam sambil menarik tangan Carol yang mau tidak mau ikutan panik melihat Jack berlari kesana kemari.     

"Ada di kamar …"     

Belum juga pelayan itu menyelesaikan ucapannya, Jack sudah melesat masuk ke dalam rumah menuju kamar orangtuanya yang ada di lantai satu.     

"Mami …"     

"Ssstt …" Papi Jack yang duduk di sebelah maminya yang tampak tidur, memberi kode diam.     

Jack pun segera masuk dan menghampiri maminya yang tampak sangat lelap tertidur, dan ada seorang dokter tua disana berdiri. Jack menduga mungkin dokter itu yang sudah memberi pertolongan untuk maminya.     

"Kita keluar sekarang. Biarkan mamimu beristirahat." Papi mengajak Lewis untuk keluar kamar, dan semua yang ada diruangan itu untuk keluar. Kecuali seorang pelayan perempuan yang diperintahkan untuk menunggu nyonya Smith didalam kamar.     

"Mamimu ketika sedang sarapan tiba-tiba mengeluhkan dadanya sakit dan langsung pingsan seketika. Papi memanggil dokter Rey untuk memeriksanya. Syukurlah semua cepat di tangani." Ujar papi. Mereka diarahkan menuju ruangan tamu.     

"Kamu Carol bukan?" dokter Rey melihat Carol dan bertanya padanya untuk memastikan penglihatannya.     

"Betul dok." Carol tersenyum tipis.     

"Dokter mengenalnya?" Jack mengernyitkan alis.     

"Dokter Carol adalah salah satu dokter terbaik yang kami miliki. Dedikasinya sangat tinggi untuk rumah sakit. Namun sayang …"     

"Sayang kenapa dok?" Jack yang bertanya penasaran. Carol pun melebarkan matanya. Sayang maksudnya apa ya? Dalam hatinya.     

"Namu sayang, dia tidak jadi menantu keluarga kami." Jawab dokter Rey yang membuka kacamatanya dan mengelap kaca itu karena keringat yang menetes.     

"Menantu?" Kini Jack yang bertanya pada Carol.     

"Dia ayah Bara, lelaki brengsek itu." Bisik Carol pada Jack dengan suara sangat kecil.     

"Oohhh …" Jack membuat bulatan pada bibirnya sambil mengangguk-angguk.     

-----     

"Andrew, apa kita ada kerjasama dengan Kingston Company?" Darren memulai rapat khusus berdua saja dengan sekretarisnya itu membahas rencana pekerjaan mereka satu minggu ke depan.     

"Betul tuan. Mereka adalah salah satu perusahaan telekomunikasi swasta terbesar di Indonesia. Sistem digital perusahaan kita akan bekerjasama dengan mereka untuk menciptakan komunikasi yang belum pernah ada sebelumnya." Jawab Andrew.     

"Ya ya aku tahu. Apa kita sudah pernah bertemu dengan owner mereka?" Tanya Darren.     

"Menurut info dari sekretarisnya, CEO mereka sedang berbulan madu dengan istrinya ke Bali selama satu minggu." Jawab Andrew.     

"Bulan madu? Hmm, kalau tidak salah, CEO mereka bernama Dave Kingston. Benarkah?" Darren bertanya sambil mengusap-usap dagu yang dipenuhi bulu-bulu halus.     

"Benar tuan." Jawab Andrew singkat.     

"Hmm, pasti Calista merasa kesepian ditinggal temannya pergi." Darren bergumam dalam hati.     

"Atur pertemuan dengan CEO mereka secepatnya. Sekarang pergilah kembali ke mejamu. Siapkan materi untuk rapat dengan semua direksi dua jam lagi." Ujar Darren.     

"Siap tuan." Andrew pun mengambil kembali semua berkas diatas meja dan keluar ruangan sang presdir.     

"Dave Kingston. Dendam apa yang membuatmu nyaris membunuh istriku? Hmm, kamu lihat saja apa yang akan aku lakukan." Gumam Darren sendirian.     

"Sayang …" Darren kaget tiba-tiba Calista datang dan masuk kedalam ruangannya tanpa pemberitahuan sebelumnya.     

"Kamu, sama siapa kamu kesini." Darren tidak melihat bayangan Ivan mengikutinya. Semenjak kejadian di tempat kebersihan yang menyebabkan Calista hampir saja kehilangan nyawanya, Darren sesungguhnya trauma mengajak Calista kembali ke kantornya. Namun perempuan hamil ini ternyata begitu mudah melupakan kenangan buruk yang hampir merenggut nyawanya itu.     

"Ivan, dia ijin ke toilet katanya." Ujar Calista. "Aku bosan dirumah. Semua orang pergi bulan madu dan liburan." Calista langsung merebahkan pinggangnya ke sandaran sofa.     

"Hehe, jadi kamu kesini untuk liburan?" Darren meraih lengan perempuan hamil dan mencium punggung tangannya.     

"Eh, kamu ngapain? Aku belum cuci tangan." Jawab Calista sambil menarik tangannya kembali.     

"Memangnya kamu darimana saja tadi?"     

"Dari rumah langsung kesini. Kalau kamu sibuk, lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku membawa laptop kesini jadi aku bisa numpang kerja juga. Biar aku ada temannya, hehe …" Jawab Calista sambil mengambil tas laptop dan mengeluarkan isinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.