Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 310. Kupu-kupu Cantik



III 310. Kupu-kupu Cantik

05 jam sudah sesuai kesepakatan dua wanita tersebut, dan kini mereka berdua kembali ke kantor. Diana tidak henti-hentinya terkagum dengan hasil mencengangkan dari salon. Pebi juga sebenarnya cantik namun karena tidak merawat penampilannya jadi terkesan lebih tua dari umurnya. Pebi memilih blouse dan rok karena lebih sederhana dan tidak kaku.     

Ketika mereka berjalan bersama, semua orang melihat ke arah dua perempuan yang kini sama-sama cantik dengan penampilan segar dan menarik.     

"Kakak cantik sekali kalau begini. Aku tidak tahu bagaimana kehidupan setelah menikah. Tapi, aku hanya bisa memberikan sedikit saran. Kakak harus tetap menjaga penampilan meskipun sudah menikah. Bukan untuk suami atau siapapun, tapi untuk diri kita sendiri. Kalau kita pede dengan diri kita, maka kita akan semangat melakukan apapun yang kita akan kerjakan." Ucap Diana ketika mereka berdua sedang berada didalam lift.     

"Iya, aku salah tidak menjaga penampilanku. Karena kupikir untuk apa merawat diri lagi, toh sudah punya suami." Jawab Pebi dengan wajah tertunduk sendu.     

"Kak Pebi, angkat wajah dengan tegak dan tatap hari dengan penuh semangat. Tidak ada yang bisa menjatuhkan diri kita kalau bukan kita sendiri. Kak Pebi cantik sekali, pasti banyak pria yang antri dibelakang kak Pebi." Diana menghibur perempuan yang tiba-tiba sudah merasa akrab seperti saudara, padahal baru saja kenal kurang dari enam jam.     

"Kak Pebi tunggu disini ya." Diana meminta Pebi duduk di sofa tamu. Diana memanggil seseorang dari telpon kantor.     

Sambil menunggu seseorang yang dipanggil itu datang, Diana dan Pebi terlibat perbincangan seru mengenai perubahan drastis yang dimiliki Pebi sepulang dari salon. Rambut panjangnya dibuat sedikit ikal dengan make up tipis-tipis dan lebih fokus ke riasan mata. Lipstick warna nude cocok dengan warna kulitnya yang kuning langsat.     

Tiba-tiba pintu pun diketuk dan Diana mempersilahkan seseorang diluar untuk masuk. Pebi tidak tahu kalau yang ada diluar pintu adalah suaminya, Ryan. Begitu pria tukang selingkuh itu membuka pintu dan masuk kedalam ruangan direkturnya, matanya seolah mau melompat keluar ketika melihat istrinya yang tampak sangat cantik dengan penampilan yang telah di make over.     

"Kamu …" Ryan tidak bisa berkata banyak karena baru kali ini sejak menikah, dia tidak pernah melihta istrinya berpenampilan cantik seperti ini.     

Pebi hanya mengeraskan rahang, diam tidak berkata apa-apa. Pebi baru tahu kalau suaminya berselingkuh setelah Diana memberikan satu amplop coklat berisi foto-foto Ryan bersama seorang wanita yang tidak jelas wajahnya keluar masuk hotel dan sebuah rumah yang akan segera Pebi datangi setelah meninggalkan kantor ini untuk menyelidikinya secara langsung.     

Diana kembali ke kursi kerjanya dan meninggalkan sepasang suami istri yang mahligai rumah tangganya sudah berada diujung tanduk itu.     

"Untuk apa kamu datang ke kantor?" Ryan tidak bisa berkata banyak. Tenggorokannya sudah tersendat tidak bisa berkata-kata lagi setelah melihat penampakan istrinya yang sangat cantik.     

"Lebih baik kita berbicara di tempat lain." Pebi menghampiri Diana yang berpura-pura sibuk dengan laptopnya.     

"Diana, aku sangat berterima kasih padamu untuk hari ini. Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membayarnya." Pebi bertekad untuk tidak menundukkan wajah lagi dan menunjukkan kelemahannya didepan orang-orang.     

"Kamu berhak untuk mendapatkan hidup yang lebih baik lagi kak. Telpon aku kapanpun kamu butuh teman." Diana memeluk tubuh perempuan yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik itu.     

Pebi meninggalkan ruangan kantor Diana dan berjalan lebih dahulu menuju lift. Dengan tangan dilipat didepan dada dan wajah lurus kedepan tanpa ekspresi sama sekali, Pebi tidak menghiraukan kehadiran Ryan disampingnya yang masih tidak percaya kalau disebelahnya ini adalah istrinya. Tampilannya seperti istri seorang presdir.     

"Pebi …" Suara Ryan tertelan angin karena bertepatan dengan pintu lift terbuka dan mereka berdua masuk kedalam lift bersama.     

"Kita ngobrol di mana? Café? Kantin? Atau dimana? Kamu pasti tidak mau orang-orang melihat istrimu yang memalukan ini terlihat rekan-rekan sejawatmu bukan?" Pebi berkata dengan suara datar.     

"Kenapa hari ini kamu aneh sekali? Apakah kamu melakukan kesalahan besar sehingga kamu berdandan seperti ini untuk meminta maaf? Huh, jangan harap aku akan memaafkanmu kalau kesalahan yang kamu buat sangat fatal." Ryan berkata dengan sinis.     

"Cih! Luar biasa sekali." Pebi berkata dengan seringai sinisnya. Pintu lift pun terbuka dan akhirnya Pebi memutuskan untuk menuju café yang ada didalam gedung kantor saja.     

Pebi memilih duduk di kursi pojok yang tidak akan terlihat pengunjung yang mondar-mandir. Perempuan cantik itu pu segera meletakkan map coklat diatas meja dan menggesernya kearah Ryan. Ryan mengernyitkan dahinya.     

"Apa ini?"     

"Buka saja."     

Dengan ragu-ragu pria itu mengambil amplop coklat itu dan mengambil sesuatu yang ada didalamnya. Betapa terkejutnya pria ini. Matanya melotot lebar tatkala beberapa foto terpampang disana. Foto dirinya dengan Maura tapi wajah Maura tidak terlihat jelas. Foto dirinya keluar masuk kamar hotel, berjalan-jalan di mal, dan ketika keluar dari rumah Maura. Ryan menelan salivanya susah payah.     

"Aku tidak menyangka, kesetiaanku, cintaku, pengorbananku dibalas dengan foto-foto ini. Aku baru sadar kalau aku adalah anak durhaka. Aku telah melawan orangtuaku dan meninggalkan mereka demi pria yang tidak pernah mencintaiku. Sesuai kesepakatan kita, semua harta bergerak dan tidak bergerak yang kita miliki seteleh menikah adalah semua diserahkan padaku. Kecuali harta yang kamu miliki sebelum menikah. Dan, itu adalah motor butut yang ada di garasi. Aku akan memanggil pengacara dan surat panggilan untukmu akan segera dikirim." Pebi berdiri dan hendak meninggalkan Ryan yang masih bingung tidak mengerti dengan semua ini.     

Pria itu menahan lengan Pebi dan berkata, "Kamu tidak bisa begini. Semua harta yang ada setelah kita menikah adalah hasil kerja kerasku. Kamu tidak melakukan apapun!" Ryan mengeraskan rahang menahan emosi. Pebi menghempaskan tangan Ryan yang berada di lengannya.     

"Biar pengadilan yang memutuskan. Mulai hari ini juga, rumahku HARAM kamu datangi." Pebi keluar dari kafe membawa kepuasan batin karena telah berhasil memojokkan suami tukang selingkuhnya. Biar dia dan wanita itu rasakan bagaimana menjadi bangkrut dalam semalam.     

Ryan terdiam tidak tahu harus berbuat apa. Kedua tangannya meremas rambut yang selalu tertata rapih itu dan matanya menatap foto-foto yang ada diatas meja. Bagaimana bisa dia ketahuan? Dia selalu melakukan dengan hati-hati dan yakin sekali tidak ada yang mengikutinya. Ryan ingin berteriak kencang tapi dia malu karena ini berada di tempat umum. Pria itu pun mengumpulkan kembali foto-foto itu dan memasukkannya kedalam amplop coklat besar dan membawanya bersamanya meninggalkan kafe dengan perasaan yang berkecamuk luar biasa.     

Sementara, kupu-kupu cantik itu telah naik kedalam mobil yang dikendarai oleh supir yang mengantarnya untuk pulang ke kediaman mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.