Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 302. Suami Bucin pada Istri



III 302. Suami Bucin pada Istri

0"Apa yang aku katakan dalam mimpi?" Carol berharap tidak ada kata-kata memalukan keluar dari mulutnya.     

Jack terdiam untuk beberapa saat. Namun, tiba-tiba senyum di bibirnya menyiratkan kalau kalimat yang diucapkan Carol saat mengigau pasti memalukan sekali.     

"Tidak ada. Kamu cuma bilang, 'Jack, pergilah!'. Hanya itu!" Jawab Jack.     

"Kamu yakin? Kamu tidak sedang berbohong kan?" Carol memicingkan mata tidak percaya.     

"Lalu aku harus berkata apa? Memangnya kamu mimpi apa sih sampai keringetan begini?" Jack mengambil kotak tissue yang ada di tengah-tengah mobilnya.     

"Sudahlah, aku mau turun. Kamu tidak usah turun, langsung saja jalan lanjutkan perjalanan. Aku capek mau istirahat. Oya, terima kasih yaa sudah mengantarkan aku." Jawab Carol sebelum membuka pintu dan menutupnya kembali lalu berlari melesat masuk kedalam rumah.     

Jack yang ditinggal sendirian, diam sesaat lalu tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha, istriku sayang. Tunggu dua minggu lagi lalu semua yang kamu mimpikan akan jadi kenyataan." Masih dengan suara tertawanya, Jack menjalankan mobil dan meninggalkan rumah Carol lalu menuju menemui sahabatnya di kantornya.     

-----     

"Darren …"     

"Jack …"     

Darren yang baru saja keluar dari mobilnya, bertemu Jack di lobi.     

"Tumben pagi begini kamu ke kantor. Ada pekerjaan?" Darren melangkah masuk kedalam gedung diiring Jack yang berjalan disebelahnya.     

"No, aku mau memberitahu kamu sesuatu." Jawab Jack.     

"Apa itu?"     

"Sudahlah, kita ke ruanganmu dulu." Jack berjalan dengan satu tangan dimasukkan kedalam kantong dengan gaya elegannya. Berbeda dengan Darren yang melangkah mantap dengan dada terbusung lebar.     

"Darren …" Suara seorang wanita dari arah belakang, membuat kedua pria yang beberapa meter lagi sampai di lift khusus, reflek membalikkan badan mereka.     

Darren melihat perempuan itu lagi, sedangkan Jack mengernyitkan alis. Dia tidak pernah melihat perempuan ini sebelumnya.     

"Ada apa?" Darren bertanya dengan ekspresi datar.     

"Aku … aku boleh magang di perusahaanmu?" Perempuan itu adalah Maura. Perempuan yang pernah di tolak Darren namun tetap berjuang untuk mendapatkan perhatiannya. Britney pergi, Maura datang.     

"Maaf, tidak boleh. Tidak ada tempat di perusahaan ini untuk mahasiswa yang sudah selesai skripsinya." Jawab Darren. Pria itu lalu melanjutkan perjalanan menuju lift, diikuti Jack. Pria flamboyant itu tidak bertanya dan berkata apa-apa.     

"Tapi, aku bisa bekerja sebagai apa saja. Aku menguasai komputer dan tiga bahasa." Maura berjalan mendekati Darren yang sedang menunggu pintu lift terbuka.     

"Jack, kamu butuh karyawan baru?" Darren menimpali permintaan Maura ke Jack.     

"Ya tentu saja, kalau dia berminat." Jawab Jack dengan menganggukkan kepalanya.     

"Aku tidak mau kerja dimana-mana. Aku mau diperusahaanmu. Aku bisa melamar menjadi sekretaris pribadi." Jawab Maura.     

"Tidak." Pintu lift pun terbuka dan Darren begitu juga Jack masuk kedalamnya. Maura yang ingin masuk kedalam lift khsusus itu dicegah Jack.     

"Maaf nona, cari lift lain saja ya." Pintu lift pun terbuka dan Darren tidak menatap Maura sama sekali.     

"Siapa dia?" Jack mulai bertanya saat mereka hanya berdua didalam lift.     

"Teman kuliah Calista. Mereka satu dosen pembimbing. Terlihat jelas dia ingin bekerja denganku karena ingin membuat aku dan Calista bertengkar lalu dia akan mengajukan gugatan cerai.     

"Wooi, maksud kamu apa? Kenapa bisa sedramatisir begitu?" Jack mengernyitkan dahinya tidak mengerti.     

"Huft, dia itu menyukai aku dan Calista tahu itu. Kalau istriku sampai tahu dia bekerja disini, bisa kamu bayangkan Calista akan berpikiran macam-macam dan itu akan mengganggu kehamilannya." Ucap Darren dengan penuh percaya diri.     

"Oh begitu. Jadi, bagaimana kalau dia memaksa ingin bekerja disini?" Jack bertanya lagi.     

TING!     

Pintu lift pun terbuka.     

"Tidak ada yang bisa memaksaku." Jawab Darren singkat.     

"Kecuali Calista." Gumam Jack dengan suara rendah.     

"Aku mendengarmu." Teriak Darren dari jauh.     

"Hahaha, telingamu panjang juga. Oya, aku ingin berbicara sesuatu." Jack teringat dengan maksud dan tujuannya kesini.     

Kedua pria itu pun menuju ke ruangan Dave bersama-sama.     

"Andrew, apa kabar?" Jack melihat Andrew dan menyapanya.     

"Baik, tuan Jack." Andrew berdiri memberi hormat dan duduk kembali saat orang yang menyapanya sudah berada didalam ruangan.     

"Kamu mau bicara apa? Aku hanya punya waktu lima belas menit sebelum rapat." Ucap Darren lalu menyalakan laptopnya.     

"Aku akan menikah dua minggu lagi." Jawab Jack langsung tanpa basa basi membuang waktu.     

"What? Are you serious?" Darren hampir melompat tidak percaya. Teman yang playboy ini akan menikah secepat ini.     

"Tentu saja. Kenapa tidak? Memangnya kamu dan Lewis saja yang bisa menikah?" Ujar Jack sambil merebahkan bokongnya diatas sofa.     

"Hahaha, siapa perempuan malang itu?" Darren bertanya dan menghampiri Jack duduk dihadapannya.     

"Dia dokter yang kamu pernah lihat di rumah sakit malam itu." Jawab Jack.     

"Yang mana ya? Aku tidak ingat." Darren berpikir mengingat apa yang bisa dia ingat.     

"Ah sudahlah, yang penting kamu datang ya. Kartu undangannya akan jadi besok. Aku tidak mengadakan pesta besar-besaran. Hanya pesta kebun saja." Ucap Jack.     

"Tentu saja, aku pasti datang dan memberi selamat pada mempelai wanita." Jawab Darren.     

"Thanks, ya sudah segitu saja dulu. Maaf mengambil waktumu. Aku pergi dulu." Jack bangun dan hendak meninggalkan ruangan Darren ketika tiba-tiba perempuan yang didepan lift tadi menerobos masuk kedalam ruangan Darren.     

"Heiii, kamu perempuan. Berani sekali masuk ke ruangan seseorang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu." Ujar Jack.     

"Maaf, aku buru-buru. Darren, aku harus bekerja di kantormu atau orangtuaku akan membuangku ke Australia. Tolong aku! Satu bulan saja. Tanpa digaji juga tak apa. Yang penting orangtuaku percaya kalau aku sudah bekerja." Maura berjalan mendekati meja kerja Darren dengan melewati Jack yang masih berdiri didepannya.     

"Aku lebih suka menggaji karyawanku daripada mereka bekerja sukarela …"     

"Ahh terima kasih, kamu mau menerimaku?" Maura sudah terlalu gembira padahal Darren hanya berkata soal gaji.     

"Tapiii, maaf, aku tetap tidak bisa mempekerjakanmu. Sekarang keluarlah, aku masih banyak pekerjaan!" Darren mengusir dua orang yang masih berada didalam ruanganya.     

"Ayo nona, tuan presdir sedang sibuk. Lain kali saja ngobrolnya." Jack menarik tangan Maura untu menjauh pergi keluar dari ruangan.     

"Tapi Darren, aku punya banyak keahlian yang bisa kamu butuhkan." Jawab Maura tidak mau kalah.     

"Keluar atau aku panggil satpam." Darren tampak berusaha bersabar menghadapi rengekan seorang perempuan.     

"Aku keluar sekarang. Tapi aku akan datang kembali besok." Ujar Maura sambil menghentakkan kakinya kesal keatas lantai.     

"Darren, kamu akan kehilangan jatah selama beberapa hari kedepan kalau Calista sampai lihat ini. hehe." Jack menyeringai lebar mentertawakan temannya yang sudah masuk kedalam kategori bucin pada istri, sambil keluar meninggalkan Darren yang menyeringai sinis.     

"Andrew!" Darren memanggil sekretarisnya yang berada diluar.     

"Siap tuan." Andrew berlari masuk kedalam ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.