Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 27: Penculikan Calista



BAB 27: Penculikan Calista

0Calista baru ingat kalau dia belum ijin pulang duluan pada Darren. Eh tapi waktu Nia dan dirinya bergulat didepan ruangan Darren, pria bermata hijau itu tidak keluar dari ruangannya. Apakah dia sudah pulang duluan atau pergi ke tempat lain? Ah entahlah, aku tidak peduli. Pikir Calista.     

"Pak, ke supermarket dulu ya. Aku mau beli sesuatu." Ujar Calista pada pak Ujang, supirnya.     

"Siap nyonya. Supermarket yang akan kita lewati atau dimana, nyonya?" Tanya pak Ujang.     

"Yang akan kita lewati saja." Jawab Calista.     

Mobil berwarna perak itu meluncur menuju salah satu hypermart ternama di ibukota dengan tempat parkir luas berada tepat dibagian depannya. Calista meminta pak Ujang untuk menunggu didalam mobil. Ponselnya terjatuh dikursi penumpang belakang tanpa disadarinya.     

Calista ingin membeli beberapa kebutuhan sembako untuk dikirim ke bapak ibunya di Jogja. Selain uang, Calista ingin membelikan sesuatu berupa barang yang pasti digunakan. Perempuan berambut panjang yang sekarang membuat gulungan diatas rambutnya menyerupai konde tercepol itu, tampak santai dan luwes saat memilih barang dan memasukkan kedalam keranjang.     

Setelah lebih dari 15 menit, Calista menyudahi acara belanjanya dan mulai ikut antrian. Tanpa disadarinya, ada sepasang mata yang mengawasi dari jauh. Mata seorang lelaki bertubuh subur dan gempal dengan sapu tangan yang sudah terselip di tangan kanannya. Dengan menggunakan kacamata dan topi baseball, pria itu seolah sedang menunggu perempuannya mengantri belanja.     

Akhirnya, Calista selesai membayar dan memilih menggunakan dus dibanding plastik agar bisa langsung dikirim besok pagi tanpa perlu mencari kemasannya lagi. Calista melewati pria bertubuh tambun itu tanpa menaruh rasa curiga sama sekali. Melewati pintu keluar dan menuju mobil yang terparkir harus berjalan di lorong yang lumayan jauh dan sepi. Meskipun ada lampu jalan namun cahayanya hanya temaram.     

Pria bertubuh tambun itu mengikuti Calista dan akhirnya membekap mulut perempuan malang itu dengan sapu tangan yang telah diberi obat bius hingga tidak sadarkan diri dan dus sembako itu pun terjatuh begitu saja ke atas tanah. Setelah tubuh Calista tidak sadarkan diri, sebuah mobil mini van mendekat dan memasukkan tubuh pingsan Calista kedalam mobil dengan pintu gesernya.     

Pak Ujang yang sudah menunggu hampir setengah jam diluar pintu mobil sambil merokok, mulai merasa gelisah. Karena tadi nyonya Calista hanya minta ijin 15 menit saja. Dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam hypermart dan mencari majikannya langsung. Pak Ujang menyusuri lorong demi lorong hypermart namun tidak mendapati majikannya. Dia pun mulai gelisah dan takut sesuatu terjadi pada nyonya Calista.     

Dia pun kembali kedalam mobil dan bermaksud untuk mengambil ponselnya didalam mobil. Saat membuka pintu mobil, dia mendengar bunyi telpon masuk berdering terus menerus. Dia pun mencari asal suara dan mendapati ponsel nyonya Calista berada dibawah kursi. Ada 15 lebih panggilan tak terjawab dan itu semua dari 'Tuan Darren' seperti yang muncul dilayar ponselnya.     

"Halo, tuan ... saya Ujang."     

"UJANG, KENAPA LAMA SEKALI BARU DIANGKAT? DIMANA NYONYA KAMU?" Darren terdengar sangat emosi dan marah-marah.     

"Ma-maaf tuan, ponsel nyonya tertinggal di jok kursi belakang. Tadi nyonya minta diantar ke hypermart terlebih dahulu sebelum pulang. Tapi, sekarang saya sudah menunggu setengah jam tapi nyonya belum keluar juga. Saya cari didalam tidak ada." Jawab Ujang panik bukan kepalang. Bukan salah dia tapi dia merasa lalai menjaga majikannya.     

"HYPERMART MANA? CEPAT KATAKAN!" Ujang segera memberikan alamat hypermartnya.     

"Kamu telpon siapa sayang?" Britney menghampiri Darren yang sedang menelepon di ujung ruangan yang terbebas dari bisingnya musik kelab malam.     

"Aku pergi dulu. Kamu disini saja, tidak usah ikut!" Darre segera meninggalkan Britney seorang diri. Britney merasa diabaikan jadi memilih mengikuti Darren yang tampak mencurigakan.     

Sementara itu didalam sebuah mini van, wajah Calista disiram air putih sebotol penuh agar sadar dari pingsannya.     

"Uhhh ...." Calista membuka matanya namun masih belum sadar ada dimana.     

"Huh, BANGUN! Dasar wanita murahan! Mau bersaing denganku HAH?!" Nia, wanita yang iri dengan Calista menampar pipi Calista dengan keras. Sehingga pipi Calista yang putih nampak merah bekas telapak tangan Nia.     

"Ugghh! Kamu ada masalah apa sih sama aku? Aku tidak pernah menyinggungmu apalagi merebut priamu!" Calista memberanikan diri bertanya pada Nia, wanita yang iri tanpa dasar.     

"Kamu mau tahu? Karena kamu sok kaya dan menggeser kedudukan ku sebagai sekretaris kesayangan tuan Darren. Aku sudah berulang kali menginginkan posisi sebagai sekretaris pribadinya, tapi dia malah menyuruh aku menjadi sekretaris orang gendut tanpa bentuk." Sahut Nia berapi-api.     

"Kalau kamu mau, ya sudah ambil saja posisi itu. Atau, kita tukeran?" Calista mencoba mengalihkan perhatian Nia dengan mengajaknya berbicara. Dia mengamati dirinya yang tak terikat tangan dan kakinya masih memudahkan dia untuk bisa menegakkan tubuhnya untuk duduk. Didalam mobil hanya ada Nia dan temannya, Lusi. Sementara di kursi depan hanya seorang pria tambun yang sedang menyetir mobil.     

"Kamu pikir aku pengemis yang menerima bantuan begitu saja?" Nia menyeringai sinis dan disusul deraian tawa menyeramkan.     

"Kalian akan menyesal kalau sampai menyekap aku." Calista tidak ingin memberitahu status sesungguhnya dia dan Darren. Sebuah status yang akan dia jaga sampai nanti, kelak dia memiliki anak dari Darren atau kelak Darren yang mengungkap sendiri hubungan mereka.     

"Oya? Apakah sugar daddy mu yang tua dan gendut itu akan memukul kami? Hah, dia harus menghadapi supirku yang sangat perkasa." Jawab Nia dengan sombongnya dan seringai iblisnya.     

"Dia tidak hanya tua dan gendut. Tapi, dia juga jelek, kasar, dan suka main perempuan. Bagaimana? Kalian ingin aku kenalkan dengan teman-temannya? Wajah dan tubuh kalian sudah sangat cocok untuk dijadikan simpanan bos-bos kaya." Gantian Calista menekan mental musuhnya.     

"Berani sekali mulutmu! Tapi, sebelum itu terjadi, aku akan memastikan kamu tidak lagi bisa menjadi sekretaris pribadi tuan Darren." Nia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Calista membelalakan matanya lebar-lebar.     

"APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN?" Calista memundurkan duduknya berusaha menjauh dari tangan Nia dengan sorot matanya yang dipenuhi oleh hawa nafsu kemarahan membuncah.     

"Hahaha ... rusak saja wajahnya Nia. Dia perempuan sombong yang perlu diberi pelajaran. Biar tahu rasa dia!" Lusi memanas-manasin Nia yang mulai menghunus pisau di tangannya.     

Saat supir itu memutar mobil untuk berbelok, Calista merasa itu kesempatan dia untuk melarikan diri. Dia pun segera menendang dada Nia dan Lusi bersamaan dan menggeser pintu yang beruntung tidak dikunci. Tubuh Calista terlempar keluar berguling-guling diatas jalanan beraspal yang sepi dari orang-orang.     

Calista berusaha bangkit berdiri dan mencari tempat berlindung untuk bersembunyi meski dengan kaki tertatih-tatih menahan sakit. Mobil yang menyekap Calista berputar kembali dan mendekati tempat dimana Calista berhasil melarikan diri. Ke tiga orang yang ada didalam mobil keluar dan mengumpat kasar mengetahui buruannya melarikan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.