Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 2: Audisi Pencarian Istri



BAB 2: Audisi Pencarian Istri

"Oh, mba ini mau ikut audisi pencarian istri buat big boss ya?" Pak Satpam yang tertera bernama Juki di tag bajunya, nyengir-nyengir sendiri.     

"Hah apa? Audisi pencarian istri?" Calista mengulangi perkataan pak satpam yang dinilai aneh di telinganya.     

"Iya, ya sudah tunggu sebentar. Kamu masuk dari pintu pejalan kaki saja ya. Ikuti jalan setapak ini jalannya. Jangan ketengah-tengah karena itu khusus jalan mobil." Pak Juki memberi penjelasan panjang kali lebar yang hanya dibalas Calista dengan cengiran dan manggut-manggut. Bahkan tempat jalan pun dibedakan, ckckckck., batinnnya.     

Calista masuk menuju pintu samping seperti yang diarahkan pak Juki setelah melewati jalan setapak khusus pejalan kaki. Langit mulai menggelap karena jam di arloji Calista sudah menunjukkan pukul 7 malam. Lokasi rumah dari kantornya yang lumayan jauh, ditambah lagi kemacetan kota Jakarta seperti biasa saat pulang kerja, dan perempuan malang ini pun tidak punya kendaraan pribadi.     

Perempuan semampai ini berjalan menuju tanda anak panah yang ditunjuk dan bertuliskan 'lewat sini'. Calista berjalan perlahan. Dan, betapa kagetnya dia karena ada sekitar 10 orang wanita berdandan cantik dan berpakaian seksi mengantri. Apa-apaan ini? Wah ternyata banyak juga yang tertarik dengan kompensasi yang diberikan, batin Calista. Dia pun duduk di kursi urutan terakhir sesuai kedatangan. Setiap yang giliran masuk maka orang kedua segera bergeser maju duduknya. Begitu seterusnya sampai belakang.     

Wanita-wanita itu berpakaian bagus, seksi, dengan sepatu dan tas yang senada dengan bajunya. Sedangkan dirinya? Hanya memakai kaos oblong, celana jeans belel, sepatu kets, dan tas selempang 20 ribuan. Duh, nekat sekali dirinya mempermalukan dirinya sendiri. Beberapa wanita yang melihat dirinya tersenyum sinis dengan pandangan merendahkan. Calista sadar diri. Tapi dia sudah terlanjur jauh-jauh datang, tidak mungkin mundur. Minimal dia lolos interview dulu biar tidak penasaran. Soal lolos tidaknya, dia tidak kepikiran kesana.     

"Nona? Hai nona yang disana! Nona kuncir kuda!" Teriakan seseorang membangunkan Calista yang tertidur pulas di bangku. Ahhh, kenapa dia bisa ketiduran? Calista mengerjap-ngerjapkan matanya. Sudah sepi tidak ada orang lagi. Hanya ada dirinya dan seorang wanita paruh baya usia sekitar 50an tahun.     

"Saya?" Tanya Calista setengah tidak sadar     

"Iya kamu, siapa lagi memangnya?" Jawab wanita tersebut.     

Calista melirik arloji ditangannya dan ternyata sudah jam 9an. Apaaa? Semalam ini? Bagaimana bisa pulang nanti? Pasti angkutan umum sudah tidak ada lagi.     

"Kamu masih berminat tidak?" Jawab wanita tersebut. Ahh sudah terlanjur basah, pikir Calista.     

"Iya bu." Calista menghampiri wanita tersebut.     

"Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" Wanita bertubuh agak gempal ini menatap datar penampilan Calista.     

"Maaf bu, saya baru pulang kerja jadi kecapean." Jawabnya     

"Loh kan sudah bekerja, kok masih butuh duit juga?" Tanya wanita itu     

"Bapak saya... butuh biaya operasi segera." Calista diam tertunduk lesu sambil menghela nafasnya berat.     

Wanita itupun terdiam beberapa saat. Dari semua alasan yang diberikan pelamar, hanya Calista yang beda. Wanita-wanita sebelumnya beralasan macam-macam dan tidak masuk akal. Ingin jadi istri yang berbakti lah, sayang anak kecil lah, ingin membina keluarga bahagia lah, dan lain-lain. Alasan klise. Dan, yang paling fatal adalah mereka mengaku masih perawan. Padahal setelah dicek, mereka sudah jebol. Ya, audisi ini pun melibatkan seorang dokter kulit dan kelamin yang memeriksa ke absahan perawan atau tidaknya pelamar.     

"Kamu masuk ke pintu itu. Didalam ada dua orang yang akan mewawancarai kamu. Pertama seorang pria yang akan menanyakan semua data-data kamu. Dan, yang kedua adalah seorang dokter wanita yang akan memeriksa kamu perawan atau tidak. Sekarang masuklah, hari sudah larut malam."     

Calista menghela nafasnya dan mengucap Bismillah sebelum masuk. Wanita paruh baya yang mendengar hal itu mengernyitkan alisnya. Baru kali ini ada yang berdoa sebelum masuk. Wanita-wanita sebelumnya malah sibuk berdandan dan merapihkan bajunya. Tapi tidak dengan perempuan kuncir kuda ini.     

"Selamat malam." Sapa Calista terlebih dahulu. Tampak dua orang dengan sorot mata kelelahan menatap Calista dengan malas.     

"Kamu terakhir kan?" Tanya seorang pria     

"Iya pak, saya terakhir." Jawab Calista sambil nyengir kuda, sama seperti kuncirannya.     

"Thanks God, akhirnya kita bisa segera pulang Nan." Kata sang pria     

"Iya, sudah langsung saja. Kamu saya cek dulu biar cepat. Dari tadi semuanya palsu. Ngaku-ngaku perawan tapi ternyata sudah bolong." Calista gugup bukan main. Kenapa dia bisa senekat itu ketempat ini? Oh Tuhan, tapi dia tidak bisa mundur lagi. Akhirnya Calista menuju ruangan rahasia khusus wanita. Setelah beberapa menit lamanya didalam, dokter Nancy itu pun keluar dengan ekspresi datar. "Okay, dilanjut." Perkataan absurd dilempar ke teman pria yang menunggu diluar ruangan.     

"Well, kenapa kamu mau menikah dengan majikan kami yang seorang pria tua dan cacat? Bukankah kamu masih muda dan cantik, perjalanan masih panjang. Jangan bilang karena kamu baru diputusin pacar atau frustasi karena pacar kamu selingkuh?" Pria tersebut menyandarkan punggungnya di kursi tebal dan empuk yang diduduki. Dokter wanita yang memeriksa Calista, duduk disebelahnya dengan melipat kedua tangan di depan dada dan menyilangkan satu kaki diatas kaki lainya.     

"Saya... saya.. butuh banyak uang.. untuk membiayai operasi bapak saya. Bapak saya jadi korban tabrak lari orang tak dikenal." Calista menundukkan wajahnya. Jari jemarinya dipilin untuk mengurasi rasa gugup yang menerpa.     

Dua orang lain di ruangan yang sama terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Hanya desahan halus keluar dari bibir mereka. Sampai akhirnya salah satu dari mereka bersuara,     

"Kamu tahu apa saja yang harus kamu lakukan?"     

"Saya harus memiliki anak minimal 3 orang, bukan? Oya, kalau boleh tahu, kenapa harus 3? Apakah majikan kalian sangat menyukai anak-anak?" Tanya Calista.     

"Ya, bisa dibilang begitu." Sekarang suara dokter wanita.     

"Ooh begitu. Jadi, kemungkinan aku harus menikah selama minimal 3 tahun? Andaikan 1 anak 1 tahun termasuk masa nifas 40 hari tiap 1 anak." Calista membuat perumpamaan sama absurdnya.     

"Kenapa harus tiga tahun kalau bisa 1 tahun?"     

"Maksudnya?"     

"Kenapa kamu tidak mempertimbangkan perhitungan jika melahirkan kembar tiga sekaligus?" Jawab dokter wanita     

"Ah iyaaa, benar juga." Calista tersenyum datar.     

"Kenapa? Apa kamu ingin mendapatkan 1 milyar setiap bulan selama 3 tahun minimal?" Pewawancara pria mengernyitkan keningnya.     

"Tidak tidak, lebih cepat lebih baik tentu saja. Aku hanya butuh uang 20 juta, bukan milyaran. Bahkan 100 juta pun sudah terlalu banyak buatku." Calista melambaikan kedua tangannya menyanggah tuduhan yang dilayangkan pria tersebut.     

"Begitu? Hmm, baiklah. Kami akan menghubungi kamu besok." Tiba-tiba ponsel disaku sang pria bergetar. Panggilan masuk dengan nama yang tertera di layar, "Mr. Darren Anderson" memanggil. Pria tersebut meletakkan telunjuk dibibirnya kepada teman wanita sebelahnya sebagai tanda untuk diam.     

"TERIMA DIA!" Telpon pun dimatikan sepihak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.