Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 323. Senyum Yang Telah Hilang



III 323. Senyum Yang Telah Hilang

0Darren tidak ingin mengganggu mereka belajar jadi dia hanya ingin mengintip dari kaca jendela saja tanpa perlu masuk kedalam kelas.     

Raja dan Ratu tampak antusias menebalkan garis-garis putus membentuk beberapa huruf. Darren tersenyum senang melihatnya. Buah hatinya, anak-anak kandungnya, ada didepan matanya. Pencariannya selama lima tahun telah membuahkan hasil. Kini tinggal bagaimana mengambil hati ibu mereka yang belum mengingat siapa ayah mereka.     

"Kalau begitu, saya permisi dulu bu." Darren berpamitan dan meninggalkan sekolah kedua anaknya.     

"Kita langsung ke kantor pak." Darren berkata pada supir yang telah menunggunya dari tadi.     

"Siap tuan." Mobil mewah itu pun melaju meninggalkan area sekolahan dan menuju kantor mewah dengan gedung menjulang tinggi milik The Anderson Group.     

"Andrew, berikan aku lembaran asli hasil tes tersebut." Darren berkata pada Andrew. Pria yang berstatus sebagai sekretaris itu, segera mengambil lembaran hasil yang sudah diletakkan didalam amplop khusus dengan logo TAG tersebut.     

"Ini tuan hasilnya." Andrew meletakkan kertas tersebut diatas amplop coklat dan diletakkan juga diatas meja bosnya.     

Darren menatap hasil tersebut dan tersenyum penuh senang dan kemenangan. Akhirnya, pewaris sah The Anderson Group telah ditemukan. Senyum dibibir Darren adalah senyum yang telah hilang lima tahun lamanya. Senyum yang dulu hanya muncul jika bersama istrinya.     

Namun kesenangan itu terganggu dengan hadirnya seseorang yang langsung masuk kedalam ruangan Darren. Seorang perempuan yang selama lima tahun ini selalu berusaha mendekati dirinya namun selalu mendapatkan penolakan.     

"Darren ..."     

"Kamu! Aku sudah bilang berkali-kali untuk mengetuk pintu sebelum masuk. Jangan hanya karena papi kamu orang nomer satu di daerah, kamu bisa berlaku seenaknya di kantorku." Mata hijau Darren berkilat menyalang melihat perempuan yang selalu berpakaian seksi datang ke kantornya.     

"Iya, maafkan aku. Darren, akhir pekan ini adalah ulang tahunku. Aku harap kamu bisa datang ke acara yang aku adakan ya. Banyak pejabat dan pengusaha yang datang jadi kamu bisa sekalian menjalin hubungan dengan mereka." Jawab Maura, teman lama Calista.     

"Huh, aku tidak perlu bantuanmu untuk membangun koneksi." Darren memasukkan kertas tersebut kedalam laci mejanya.     

"Ayolah, aku ingin kamu sesekali datang. Kamu tidak pernah menerima undangan dariku. Aku ingin sesekali memiliki pasangan dalam pesta." Jawab Maura dengan suara menggoda.     

"Dan, aku tidak tertarik untuk menjadi pasanganmu." Jawaban telak dari Darren membuat Maura mengeraskan rahang.     

"Kamu! Kenapa kamu selalu dingin dan cuek padaku? Aku selalu ada disampingmu selama lima tahun ini. Apa kamu belum bisa melupakan Calista? Dia sudah pergi meninggalkan kamu dan pergi entah kemana."     

BRAKK!     

Andrew dan Maura meloncat kaget. Darren tiba-tiba memukul meja dan matanya menatap tajam perempuan yang telah dengan lancangnya mengungkit nama Calista lagi.     

"Aku katakan sekali lagi, KELUAR DARI RUANGANKU! Andrew, usir dia dan jangan biarkan dia masuk kedalam ruanganku sampai kapanpun. Kalau papimu keberatan, suruh dia kesini. Akan aku pastikan dia turun dari jabatannya dalam waktu 1x24 jam." Ancam Darren.     

Maura mengeratkan gigi dengan kesal dan meninggalkan ruangan Darren sambil menghentakkan kaki ke lantai dengan keras.     

Darren duduk kembali dikursinya setelah berdiri mengusir Maura dengan gerakan jari telunjuknya. Pria bermata hijau itu pun lalu mengatur napasnya menghela berkali-kali untuk mengeluarkan sesak didada.     

"Andrew, kamu cari tahu dimana Rani atau Calista bekerja dan buatkan aku janji dengan bos mereka. Aku yang akan datang ke kantornya." Darren memijat pelipis yang tidak pusing.     

"Siap bos." Jawab Andrew. Pria itu pun langsung meninggalkan ruangan presdir untuk mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya.     

"Calista, sebentar lagi kita akan berjumpa sayang. Kamu pasti hidup dengan penuh penderitaan selama ini. Mulai sekarang, aku pastikan kamu tidak akan menderita lagi. Semoga kamu cepat kembai ingatanmu dan kita bisa berkumpul bersama-sama lagi seperti yang pernah kita janjikan bersama." Gumam Darren sambil menatap foto ukuran raksasa di belakang kursinya dengan leher tersandar di kepala kursi.     

-----     

"Kurang ajar sekali! Bahkan sampai saat ini pun aku masih belum bisa mendapatkan hatinya! Huh, coba aku bunuh dia waktu itu. Sayang sekali malah terkena balasan dia dan aku ditodong senjata yang aku punya.     

"Ando, aku ingin bertemu denganmu ditempat biasa, sekarang juga!" Jawab Maura. Ando adalah teman kencannya yang baru. Ryan telah menjadi gembel dan pengemis karena diusir dari pekerjaannya juga dari hati Maura. Istrinyapun sudah menceraikannya tidak lama setelah dia ketahuan berselingkuh.     

"Oke sayang." Ando yang seorang model majalah pria dewasa itu, menjadi pria simpanan Maura.     

Kali ini Angela malas untuk mencari tahu apakah lelaki simpanannya sudah menjadi suami orang lain atau baru menjadi pacar saja. Yang penting baginya, lelaki yang dia sukai harus menjadi miliknya, entah bagaimanapun caranya.     

-----     

"Rani, bagaimana tugas dinas luar kota kemarin? Semua sukses donk." Salah seorang temannya bertanya.     

"Alhamdulillah, sukses." Jawab Rani dengan mata berbinar-binar.     

"Oya Ran, aku baru saja dapet bocoran kalau perusahaan kita akan menjalin kerjasama dengan perusahaan nomer satu di negeri ini. Kamu tahu tidak kalau presdir mereka itu sangat tampan dan dengar-dengar masih single. Huhuhu, aku mau daftar ahhhh." Ucap teman Rani tersebut yang dibalas dengan sentilan di kening oleh Rani.     

"Awwww, sakit Ran." Perempuan itu pun cemberut mengaduh.     

"Terus anak dan suamimu mau dibawa kemana? Aneh-aneh saja." Ucap Rani sambil menggeleng-gelengkan kepala dan ngeloyor pergi.     

"Hei Ran, tunggu dulu." Mereka berduapun pergi menuju pantry untuk membuat kopi yang akan membangkitkan mereka semangat bekerja kembali.     

"Permisi bos, saya membawa hasil rapat tadi pagi." Rani masuk kedalam ruangan Billy dengan rasa was-was. Dia sebenarnya enggan untuk masuk ke ruangan Billy namun terpaksa dia lakukan.     

"Hmm." Billy tidak menatap lawan bicaranya. Dan ini membuat Rani tersenyum senang. Perempuan itu pun berencana untuk keluar dari ruangan namun suara Billy menghentikannya.     

"Besok ada seorang presdir dari perusahaan nomer satu di negeri ini yang akan datang ke perusahan kita. Kamu sudah tahu kan?" Billy berkata sambil tangannya tetap aktif menulis diatas sebuah kerja kontrak perjanjian dua perusahaan.     

"Iya saya tahu bos. Saya akan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk besok." Jawab Rani dengan nada datar.     

"Hmm, kamu siapkan semuanya materi dari bagian marketing dan serahkan pada manager, jangan sampai ada yang terlewat." Billy berkata.     

"Baik bos." Ujar Rani lagi.     

"Ya sudah, kamu boleh keluar."     

"Terima kasih bos."     

Rani pun keluar membawa amanat yang harus diselesaikan dengan timnya secepatnya. Sementara itu, Billy mengepalkan keras tangannya. Semakin dia ingin melupakan Rani, semakin pria Korea itu ingin memilikinya. Kecantikan Rani, sifat keibuannya, keramahannya, dan justru sifat kemandiriannya yang membuat Billy ingin mengenal lebih jauh dengan kehidupan pribadinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.