Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 325. Kenapa Aku Merasakan Sesak?



III 325. Kenapa Aku Merasakan Sesak?

0Semua karyawan wanita terpesona dan terbelalak kagum dengan mata berbinar-binar mereka. Tapi tidak dengan Rani yang bisa melihat kedatangan pria itu meski dari jarak jauh. Baginya, pria paling tampan adalah anaknya, Raja. Tidak ada celah buat pria lain di hatinya.     

Darren mencari keberadaan sang istri yang hilang dari balik kacamata hitamnya. Namun dia tidak bisa menemukannya dimana. Kehadiran Andrew di belakang menyadarkannya.     

"Bos, ayo." Andrew berbisik di belakang Darren. Sungguh Andrew tidak mengerti mengapa bosnya ini tertarik pada perusahaan garment. Biasanya yang menjadi incaran adalah sector pertambangan, transportasi, telekomunikasi, budaya, pariwisata, dan sebagainya.     

"Selamat datang di perusahaan kami, tuan Darren Anderson." Seorang pria dengan usia sekitar lima puluhan memberi hormat dan mengajak Darren untuk berjabat tangan. Darren pun menyambut dan mereka berjabatan tangan, hingga beberapa petinggi perusahaan di masing-masing divisi.     

"Ya ampuuuun, tampan sekali. Aku mau jadi istrinya, jadi simpanannya pun aku mau."     

"Bagaikan dewa turun ke bumi. Aku belum pernah melihat pria setampan itu."     

"Uuuhh tampannya, ingin kuculik pulang rasanya."     

Riuh hiruk pikuk beberapa karyawan wanita membuat beberapa petugas keamanan menjadi ekstra ketat berjaga agar tidak memalukan kredibiltas perusahaan. Darren dan Andrew pun diajak menuju sebuah ruangan khusus yang sudah disediakan. Dalam ruangan pertemuan itu, Andrew lebih banyak berbicara mewakili Darren yang hanya duduk diam tanpa melepaskan kacamata hitamnya, meskipun didalam ruangan. Sesekali Darren mengangguk bila ada yang perlu disetujui.     

"Kalau begitu, kami akan serahkan pada tim marketing untuk membuat pengenalan apa saja yang akan dilakukan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati." Seorang managing director dari perusahaan itu mengatakan dan diangguki oleh Billy, yang ikut hadir didalam ruangan tersebut. Billy pun menelpon seseorang untuk segera masuk kedalam ruangan rapat mempresentasikan materi yan sudah dipersiapkan meski terkesan mendadak.     

Tok tok tok …     

"Masuk." Suara dari dalam membuat handle pintu dari luar diputar kebawah. Dan seorang perempuan cantik dengan rambut setengah ikal pun masuk kedalam ruangan. Kedatangannya langsung membuat Darren dan Andrew melebarkan mata seolah-olah bola mata mereka akan keluar dari sarangnya.     

"Nyonya …" Andrew berkata dengan suara paling rendah. Darren membuka kacamatanya perlahan. Tangannya gemetar dan rahangnya mengeras. Ingin rasanya dia memeluk perempuan didepannya yang lima tahun ini menghilang dari matanya dan jangkauannya.     

"Sabar bos, tenang. Jangan gegabah." Andrew mendekat ke Darren dan berbisik mencoba menenangkan pria yang baru menemukan istri yang telah lama hilang.     

"Rani, silahkan masuk dan mulai presentasikan materinya." Ujar Billy.     

"Siap bos." Ucap Rani. Sepasang mata Darren tidak berhenti menatap Rani atau Calista dihadapannya yang hanya berjarak tidak lebih dari dua meter. Semua yang hadir disana saling melihat satu sama lain melihat tamu presdir mereka tidak berkedip sama sekali begitu melihat Rani masuk kedalam ruangan rapat.     

"Selamat datang di perusahaan kami, tuan." Rani mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Darren. Rani tidak berani menatap mata pria didepannya yang tinggi menjulang. Jadi, dia hanya menatap kemeja Darren.     

"Lihat mataku." Darren berkata dengan nada mengintimidasi.     

"Bos …" Andrew berbisik mencoba menenangkan. Semua orang yang hadir terheran-heran.     

Rani yang diperintah, seolah terhipnotis dengan perkataan Darren dan langsung melihat sepasang mata milik pria tinggi menjulang ini. Ketika kedua mata mereka bertemu, entah mengapa Rani tidak bisa berkedip menatap warna mata tersebut. Dan, tiba-tiba entah mengapa air mata menetes dari sudut matanya. Rani menelan saliva susah payah, begitu juga Darren.     

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa aku merasakan hatiku sesak? Dan, ada apa dengan air mata ini" Rani berkata dengan suara serak sambil mengelap air mata dengan ujung jarinya.     

Darren mengatupkan bibirnya dan dia pun tidak tahan lagi untuk tidak memeluk wanita yang sudah lama dia rindukan aromanya.     

"Calista sayangku." Darren mendekap erat tubuh ibu dari anak-anaknya ini meskipun semua orang yang hadir disana dalam kebingungan dengan apa yang terjadi semua ini.     

Rani diam saja tidak menolak pelukan tersebut. Namun, hatinya seketika merasa nyaman dan hangat. Harum aroma tubuh pria ini seolah sering dicecapnya namun dia lupa kapan.     

"Ikutlah denganku." Darren menarik tangan Rani keluar dari ruangan rapat dan tinggallah Andrew yang menjelaskan semuanya pada mereka.     

Rani setengah berlari mengikuti kemana tangannya dibawa oleh pria tampan ini yang dia tidak ingat kapan dan dimana pernah mengenalnya. Semua orang yang melihat mereka berlari dan menuju mobil Lamborghini itu dan membawa Rani keluar dari area perusahaan, terperanjat kaget dan berteriak penuh euphoria.     

"Rani? Apa dia mengenal presdir itu?"     

"Ada hubungan apa Rani dengan presdir itu?"     

"Jangan-jangan…"     

Semua spekulasi pun berkembang didalam perusahaan itu. Namun Darren tidak peduli. Seolah dia menemukan kembali nyawanya dan mobil itu pun dia kemudikan menuju sebuah tempat sepi untuk berbicara dengan wanita yang dikenalnya dari ajang pencarian istri dan berubah menjadi wanita paling dia cintai.     

Rani diam tidak tahu harus berkata apa. Apakah ini pria dari masa lalunya? Apakah ini adalah ayah dari anak-anaknya? Apakah ini pria yang selama lima tahun menghilang dari hidupnya? Rani bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Perempuan itu meremas kedua tangan diatas pangkuannya. Darren melihat Calista yang tampak sedikit kurus namun wajahnya semakin bertambah cantik dengan model rambut yang baru dilihatnya.     

"Apa kabar kamu sayang?" Darren berkata. Tangannya hendak memegang tangan Calista namun tampaknya dia masih belum mengingat siapa dirinya.     

"Kamu … mengenalku?" Rani bertanya ragu-ragu dan dengan wajah takut-takut.     

"Kita suami istri. Terlalu banyak kejadian yang pasti membuatmu shock. Aku mencarimu kemana-mana selama lima tahun ini. Ternyata kamu ada di kota ini juga." Mobil Darren berhenti di sebuah tepi kanal yang sepi dari jangkauan orang-orang. Tempat yang cocok untuk berbicara. Darren keluar dari mobil dan memutar menuju pintu satunya.     

Darren menggandeng tangan Calista dan lagi-lagi Calista tidak menolaknya. Dia merasakan kehangatan yang sudah lama dia rindukan di genggaman tangan besar pria ini.     

"Sayang, aku mencarimu kemana-mana dan kini aku menemukanmu. Aku tidak akan melepaskanmu lagi." Ucap Darren.     

"Tunggu dulu. Aku masih bingung dan belum tahu apa yang terjadi." Rani atau Calista melepaskan genggaman tangan Darren dan berjalan agak menjauh darinya. "Tidakkah kamu salah orang? Mungkin bukan aku perempuan yang kamu cari." Jawab Rani.     

"Feelingku tidak akan salah. Separuh hatiku tidak akan salah mengenali separuh hati lainnya. Calista, aku suamimu dan kamu istriku. Kita adalah sepasang suami istri yang dipisahkan oleh orang jahat yang tidak suka akan kebahagiaan keluarga kita. Kamu menghilang dariku saat kamu sedang hamil lima bulan. Aku merindukan dirimu setiap detik menit dan setiap saat hingga aku hampir saja bunuh diri."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.