Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 326. I miss you, my dear wife



III 326. I miss you, my dear wife

0"Feelingku tidak akan salah. Separuh hatiku tidak akan salah mengenali separuh hati lainnya. Calista, aku suamimu dan kamu istriku. Kita adalah sepasang suami istri yang dipisahkan oleh orang jahat yang tidak suka akan kebahagiaan keluarga kita. Kamu menghilang dariku saat kamu sedang hamil lima bulan. Aku merindukan dirimu setiap detik menit dan setiap saat hingga aku hampir saja bunuh diri."     

"Bu-bunuh diri? Huh …" Rani tidak tahu sebegitu pentingnya dirinya bagi pria ini. Dia tidak mengenalnya namun warna bola mata pria ini, sama dengan warna bola mata Raja. Wajah merekapun mirip, bagai pinang dibelah dua. Apakah ini suami yang dia nantikan? Karena tidak mungkin dia memiliki anak kalau tidak memiliki suami.     

"Calista, meski kamu belum bisa mengingat semuanya. Aku mohon, jangan menolak aku untuk dekat denganmu dan juga anak-anak kita." Ucap Darren. Pria bermata hijau itu mendekatkan tubuhnya kearah istrinya dan mengurungnya dengan kedua tangan disisi kanan dan kiri.     

"Tunggu dulu, kamu terlalu dekat." Rani mendorong tubuh pria didepan dengan kedua tangannya. Namun, tubuh pria itu terlalu kokoh untuk didorong sehingga justru tangannya diletakkan menempel badan mobil dibelakangnya menahann tubuhnya agar tidak terjatuh, dan tentu saja sang suami tidak akan pernah membiarkan istrinya terjatuh.     

Darren mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah selembar kertas dilipat dan diserahkan kepada Rani alias Calista. Rani tidak mengerti maksud dari pria itu namun dia tetap menerima dan membuka lembaran kertas tersebut.     

"Apa ini?" Rani melihat hasil tes yang dia tidak tahu apa isinya. Hanya saja, dibagian bawah tertulis 99.99%.     

"Ini hasil tes DNA anak-anak kita, sayang. Aku tahu mereka anak-anakku sejak pertama melihat mereka di kantor." Jawab Darren sambil mengusap helaian rambut Calista yang jatuh di depan telinganya.     

"Tunggu dulu, jangan panggil aku sayang-sayang. Sejak pertama melihat mereka? Jadi, yang dimaksud kak Rosa presdir dengan warna mata yang sama dengan Raja itu adalah … kamu?" Rani mendongakkan wajahnya melihat warna mata pria didepannya.     

"Betul sekali sayang, akulah pria itu." Jawab Darren dengan senyum memikatnya.     

"Tidak bisakah kamu berhenti bilang sayang sayang? Aku masih belum memahami semuanya." Rani tampak kebingungan sampai dia tidak menyadari jika Darren sudah menarik dagunya dan mendekatkannya ke bibirnya. Sepasang mata milik Rani terbuka lebar-lebar.     

"I miss you, my dear wife." Darren mencium tipis bibir Calista alias Rani. Rani memejamkan matanya menikmati sensasi berciuman yang sudah lama tidak dia rasakan dan lupa kapan terakhir kali berciuman.     

"Ummpphh, lepaskan aku! Kamu sadar tidak disini jalanan umum." Rani baru sadar berada di tepi jalan ketika sebuah mobil lewat membunyikan klakson yang lumayan kencang.     

"Kalau begitu, boleh kita teruskan dirumah?" Pria ini mulai kambuh kembali penyakit usilnya setelah sekian lama bersikap garang dan dingin kepada semua orang.     

"Rumah? Rumah siapa?" Rani tidak mengerti setelah untuk kedua kalinya tangannya ditarik kembali dan pria itu lagi-lagi memintanya masuk kedalam mobil dan juga memasangkan sabuk pengaman untuknya.     

Demi mendapati gangguan dari jalanan, Darren kembali menghidupkan mesin mobil dan memacu kendaraan mewahnya membelah kota Jakarta kembali.     

"Tolong jangan jauh-jauh, aku harus menjemput anak-anakku pulang sekolah." Rani berkata tiba-tiba.     

"Oh, anak-anak kita pulang jam berapa?" Darren membetulkan kosa kata Rani alias Calista.     

"Mereka anak-anakku, sampai aku ingat siapa kamu, mereka adalah anak-anakku. Tolong kembali ke kantor atau sekalian bantu aku jemput anak-anakku. Nanti aku pulang naik taksi." Rani memalingkan wajahnya ke kaca jendela disebelah kirinya. Darren tidak bisa memaksakan kehendaknya. Calista memang masih belum pulih ingatannya jadi dia tidak boleh memaksakan kehendak.     

Pria bermata hijau itu pun melajukan mobilnya ke sekolah si kembar. Sepanjang perjalanan, hati Darren dipenuhi oleh kegembiraan yang membuncah. Dia telah menemukan kembali belahan jiwanya. Namun berbeda dengan Calista, ibu dua anak itu tampak murung. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun dan juga selalu melihat kejalanan diluar tanpa melihat pria yang sedang mengemudikan mobil sama sekali.     

"Anak-anak belum waktunya pulang sekolah?" Darren bertanya.     

Calista melirik arloji di tangan kirinya, "Sebentar lagi." Perempuan itu membuka sabuk pengaman dan membuka pintu lalu berkata, "Terima kasih telah mengantarkan aku." Calista pun berjalan menuju pintu gerbang sekolah untuk menunggu anak-anaknya keluar, bersama orangtua lainnya berkumpul.     

Darren melihat dari jauh dan menghela napasnya. "Aku tidak akan pernah meninggalkan kalian lagi. Kita akan selalu berkumpul kembali mulai hari ini dan selama-lamanya." Gumam pria bermata hijau itu. Dia pun ikut keluar dari mobil dan bergabung dengan orangtua lain, berdiri di sebelah sang istri dan merangkul pinggangnya. Calista sempat terhenyak kaget ketika merasakan ada yang memeluknya dari samping.     

"Wahhh, ini suaminya bu Rani ya? Ternyata tampan banget yaa. Mirip sekali dengan Raja." Ujar salah seorang wali murid yang ikut menunggu anaknya keluar.     

"Hehe," Rani menatap tajam Darren dan memberi kode untuk melepaskan tangan di pinggangya. Tapi, tampaknya pria itu sengaja tidak melihat Calista agar tidak perlu berdebat. Sehingga Calista sendirilah yang memegang tangan Darren di pinggangnya dan mencoba melepaskan diri.     

"Diamlah, atau kamu lebih suka aku cium daripada dipeluk?" Ujar Darren sambil memiringkan tubuhnya ke samping. Calista pun memiringkan tubuh menjauhi wajah Darren yang seolah akan menciumnya lagi.     

"Dengar ya, beri aku kesempatan untuk mengingat kembali. Dan, aku rasa, anak-anakku tidak akan suka melihat aku dekat dengan lelaki lain yang mereka tidak kenal." Jawab Calista dengan suara setengah berbisik.     

"Lelaki lain itu adalah daddy mereka. Kamu jangan lupa itu, istriku." Jawab Darren.     

"Uuuuh bulu kudukku merinding semua mendengar kamu mengucapkan kata 'istri'." Ucap Calista sambil mengernyitkan dahinya.     

"Kamu akan segera terbiasa karena aku akan membiasakannya mulai sekarang." Jawab Darren lagi.     

"Terserah kamu saja. Kamu benar-benar pria yang tidak bisa didebat." Jawab Calista.     

TENG TENG TENG TENG …     

Bunyi lonceng bel sekolah pertanda sekolah telah berakhir pun akhirnya dibunyikan. Darren dan Calista menegakkan tubuhnya. Calista lega karena pria itu melepaskan pegangan tangan di pinggangnya. Beberapa anak satu persatu keluar dari pintu gerbang sekolah dikawal oleh masing-masing guru. Dari kerumunan anak-anak itu tampaklah dua anak kembar yang sangat cantik dan tampan. Mereka melambaikan tangan pada ibu mereka namun tidak lama kedua tangan mereka diturunkan dengan wajah bingung. Lelaki disebelah ibu mereka adalah lelaki yang pernah datang kerumah mereka sekali.     

"Ibu," Raja dan Ratu mencium punggung tangan ibu mereka, namun tidak ke Darren dan pria itu memakluminya.     

"Om kenapa bisa sama ibu kami? Om sedang apa disini?" Ratu masih mau bertanya dan berinteraksi dengan Darren, tapi tidak dengan Raja dengan wajah dinginnya. Kenapa ini anak mengingatkan aku pada seseorang ya tapi siapa? Pikir Darren.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.