Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 332. Mencari Pengganti



III 332. Mencari Pengganti

0"Hahaha, aku suka anak perempuan yang cerdas dan punya prinsip. Kelak, kamu akan menjadi perempuan yang diidolakan banyak lelaki namun kamu akan tetap menjadi anak yang cerdas dan tidak mudah dibohongi oleh siapapun." Ucap Darren dengan wajah penuh semangat.     

"Kalau aku besar nanti, aku hanya ingin menjadi seperti ibu. Yang selalu tegar dan sabar, tidak pernah menangis, dan selalu sayang pada kami." Jawab Ratu sambil memeluk Calista. Darren tersenyum hangat melihatnya. Suasana didalam mobil pun mendadak sunyi namun semuany merasa senang karena acara berjalan lancar.     

Acara selanjutnya adalah pesta ulang tahun khusus keluarga. Darren mengundang Lewis, Jack, Dave, dan keluarga masing-masing. Acara ulang tahun diadakan di dalam teras samping yang sangat luas dan ada gazebo sehingga suasana menjadi lebih teduh dan nyaman meskipun diadakan siang hari di luar ruangan.     

Baru saja mobil yang dikemudikan Darren sampai depan rumah, tiba-tiba sudah banyak orang berdiri menyambut mereka. Raja dan Ratu keluar mobil lebih dulu dan terjadilah semprotan keudara berisi tali-tali dan balon yang sangat banyak melayang diatas kepala mereka. Raja dan Ratu sangat senang sekali. Semua menyayangi mereka dan memberi mereka banyak hadiah.     

Darren menggandeng tangan sang istri masuk kedalam teras dan memeluknya dari belakang, membiarkan kedua anaknya bermain bersama anak-anak temannya yang lain.     

"Kami senang semuanya kembali pada tempatnya. Tempat kamu disini, Calista. Bersama kami semua orang yang menyayangimu." Ujar Sara, mewakili kata hati semua orang saat ini.     

"Terima kasih semuanya. Tapi, aku mohon maaf, aku belum bisa mengingat semuanya. Dokter bilang kalau aku memaksakan semuanya maka syarafku akan rusak. Mohon bersabar dan terima kasih atas semua bantuan juga kasih sayangnya pada Raja dan Ratu." Ujar Calista sambil membungkukkan badan.     

"Kami sayang kamu, aku mencintaimu." Darren tiba-tiba mencium bibir Calista dihadapan semua orang dengan penuh gairah. Para orangtua menutup mata anak-anaknya. Raja dan Ratu dipeluk kakek mereka dan mengalihkan tubuh mereka membelakangi orangtuanya.     

"Ishhh Darren ini benar-benar tidak tahu tempat." Sara mengomel melihat kelakuan anaknya. Namun, hal itu justru memancing Dave, Jack, dan Lewis ikut mencium bibir masing-masing istrinya dengan tangan menutup mata anak-anaknya.     

"Apa ini kompetisi berciuman suami istri?" Agnes heran melihat kelakuan menantu dan teman-temannya. Setelah beberapa saat, momen itu pun selesai dan semua orang kembali bersenang-senang makan, bernyanyi, dan mengadakan game untuk memperebutkan hadiah yang sudah disiapkan para orangtua.     

Tidak terasa hari menjelang sore dan pesta pun berakhir. Menyisakan kenangan manis dan membahagiakan yang tidak akan terlupa seumur hidup mereka. Raja dan Ratu sehari milik si kembar mendapatkan banyak kado yang memenuhi isi kamarnya. Bagaikan mimpi, mereka berdua masih belum percaya bisa merasakan semua fasilitas kemewahan ini hanya dalam waktu semalam dan seterusnya.     

"Kamu senang, sayang?" Darren membantu melepas ikatan rambut dibagian tengah rambut istrinya yang sedang duduk menghadap meja rias untuk membersihkan wajahnya.     

"Sangat senang. Terima kasih sudah memberi kebahagiaan untuk anak-anak. Tapi, aku minta maaf kalau aku masih belum bisa mengingat semuanya." Ucap Calista dengan wajah murung dan penuh penyesalan.     

"Kenapa harus minta maaf? Justru aku yang minta maaf karena aku tidak berhasil menemukan kalian secepatnya. Andaikan aku bisa menemukan kamu saat masih dalam keadaan hamil, maka aku akan memberikan kamu fasilitas rumah sakit nomer satu di negeri ini." Jawab Darren, sambil memutar tubuh Calista agar menghadapnya.     

"Kita akan besarkan anak-anak bersama. Kini tidak ada lagi kamu sendirian. Aku akan selalu ada untukmu. Kamu ingat itu." Darren mengusap pipi Calista yang masih tetap lembut dan halus, hanya saja kini tampak sedikit berisi meskipun tubuhnya lebih langsing. Calista mengangguk setuju.     

"Oya, aku besok masuk jam 7. Jadi berangkat pagi-pagi. Bagaimana kalau aku …" Calista menghentikann ucapannya.     

"Kalau aku apa?" Darren memilih mendengarkan ucapan sang istri sebelum dia memberikan pendapat.     

"Apakah … aku … masih boleh bekerja?" Calista bertanya takut-takut. Darren tersenyum mendengarnya. Pria bermata hijau itu menarik lembut tangan istrinya agar duduk di tepian kasur. Pria itu pun mulai bertanya.     

"Sayang, niat awal kamu bekerja itu apa?" Darren bertanya.     

"Aku? Saat itu aku bekerja agar dapat membayar biaya hidup kami dan biaya sekolah Raja dan Ratu. Aku harus bekerja karena kalau tidak, kami tidak bisa mengontrak rumah, makan, juga menabung untuk biaya sekolah anak-anak." Jawab Calista dengan polos. Perempuan itu langsung tahu kemana arah pertanyaan Darren.     

"Lalu?"     

"Lalu apa?"     

"Lalu … sekarang kamu dan anak-anak sudah kembali ke rumah ini, kalian tidak perlu lagi bayar kontrakan rumah, hasil aku bekerja sudah sangat cukup untuk kalian hidup tanpa bersusah payah, apakah kamu masih ingin terus bekerja? Terlebih lagi, perusahaan tempatmu bekerja, aku yakin 100% mereka sudah tahu kalau kamu adalah istriku. Apa kamu malah tidak merasa nyaman bekerja disana?" Darren bertanya sambil menggenggam erat kepalan tangan sang istri dipahanya.     

"Jadi, aku harus bagaimana?" Calista bertanya balik.     

"Sayang, saat kamu bekerja, kamu kehilangan banyak waktu yang berkualitas dengan anak-anak. Sekarang, saatnya kamu menikmati semua jerih payahmu dengan menjadi ibu bagi mereka dua puluh empat jam full." Ucap Darren.     

"Tapi, bukan berarti aku mengurungmu dirumah tanpa beraktivitas apapun yaa. Kamu boleh bekerja tapi tidak seharian. Kalau boleh, aku ingin melihatmu dirumah saat aku pulang kerja. Seperti dulu saat kita belum terpisah." Darren menundukkan kepalanya dan seketika wajahnya menjadi murung dan sorot matanya meredup.     

Calista merasakan kesedihan di hati pria ini yang meski dia belum mengingat semuanya namun dia telah menyerahkan dirinya di hari pertama masuk kembali kedalam rumah ini.     

"Baiklah, aku akan memikirkannya. Tapi, aku tidak bisa berhenti bekerja begitu saja. Kalau aku mengundurkan diri sekarang, perusahaan tidak akan menerima surat resign ku secepat itu. Aku harus mencari pengganti minimal satu bulan kemudian baru bisa keluar." Jawab Calista.     

"Sayang, serahkan semuanya padaku. Aku pastikan semuanya akan baik-baik saja." Darren mengusap kepala sang istri dengan lembut.     

"Terima kasih." Jawab Calista sambil tersenyum manis.     

"Hanya itu?" Darren mengerutkan bibirnya bersikap pura-pura manja.     

"Lalu kamu mau bagaimana?" Calista memicingkan mata tidak mengerti.     

"Aku mau yang lebih tulus dan penuh perasaan." Jawab Darren sambil bergerak mendorong tubuh Calista perlahan dengan dadanya keatas kasur.     

"Kamu … ini masih sore." Calista memalingkan wajahnya ke samping. Semburat merah menguar dari wajah hingga ke telinganya.     

"Kita suami istri apa ada ketentuan harus waktu-waktu khusus?" Darren berbisik di leher sang istri yang dadanya sudah naik turun.     

"Aku belum ingat apapun tapi kamu sudah meminta hakmu." Jawab Calista dengan suara pelan.     

"Karena aku sudah menunggu lima tahun untuk menahan hasrat kelelakianku. Tidak ada pria yang bisa menunggu selama itu." Darren melumatb bibir bawel Calista dalam-dalam dan menikmati setiap senti tubuhnya yang akan membuatnya kecanduan setiap hari mulai kemarin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.