Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 336. Bayi Besar



III 336. Bayi Besar

0Darren yang sendirian didalam kamar, cemberut dan kesal bukan main. Dia dibiarkan tidur sendiri sementara istrinya dibawah sedang mengeloni kedua anaknya sampai tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi tidak ada tanda-tanda Calista kembali ke kamar. Pria bemata hijau itu pun memutuskan untuk turun ke kamar anak-anaknya untuk melihat anak dan istrinya disana.     

Berjalan di tengah kegelapan malam, dan hanya mendapat pantulan dari cahaya lampu remang-remang di teras, Darren membuka pintu kamar anaknya perlahan-lahan agar tidak membangunkan para penghuni didalamnya.     

Cklek!     

Mata Darren langsung tertumbuk ketika melihat Calista tidur dengan posisi duduk berpangku tangan di meja belajar yang berada di tengah-tengah kasur kedua anaknya. Raja dan Ratu pun sudah berada di dunia mimpinya masing-masing. Darren melihat Ratu yang tidur dan menyelimuti tubuhnya yang tidak rapih. Lalu pria itu berjalan menuju kasur anak lelaki dan menyelimuti Raja juga sampai ke batas lehernya.     

Tinggal ibu dua anak itu yang masih dalam posisi terlelap. Tampak hera juga tidur terlelap di sofa kamar anaknya.     

"Hera," Darren memanggil dengan suara sangat pelan.     

"Tuan, maaf saya …"     

"Ssst, kamu buka pintu dan tutup pintu kembali lalu tidur di kamarmu sendiri." Ujar Darren. Hera yang masih belum menyatu jiwa dan raganya, tidak mengerti maksud dari perkataan majikannya. Namun, begitu melihat Darren mengangkat tubuh nyonya Calista, dia pun langsung sadar dan membuka pintu kamar anak-anaknya lalu menutupnya kembali. Hera akan kembali setelah membuka dan menutup pintu kamar majikannya di lantai dua.     

Darren mengangkat tubuh Calista dengan hati-hati. Wanita ini tampak sangat kelelahan sehingga tidak tahu kalau tubuhnya berpindah tempat. Darren membaringkan tubuh Calista di atas kasur dan dia pun menyusupkan tubuhnya masuk kedalam selimut yang sama dengan sang istri. Akhirnya, pria dengan warna mata hijau itu pun bisa tidur nyenyak dengan memeluk tubuh istrinya sampai pagi tiba.     

-----     

Darren meraba-raba kasur di sebelahnya, namun seperti biasa Calista sudah bangun lebih awal untuk masak dan menyiapkan bekal sarapan untuk anak-anaknya. Darren masih enggan untuk beranjak dari kasur yang membuainya. Meski jiwanya sudah bangun tidur namun matanya masih setia terpejam dengan tubuh tengkurap.     

"Tuan besar, bangunlah sudah siang. Waktunya untuk mandi dan sarapan." Suara yang begitu lembut membangunkan tidur pria dengan dua anak kembar yang sempat melek beberapa detik.     

"Oh, jam berapa sekarang?" Darren bertanya dengan nada malas.     

"Jam 7. Aku bangunin dari tadi berkali-kali kamu tidak bangun juga." Biasanya Calista membangunkannya dengan cara mengelitik telinga pria ini, atau hidungnya di kilik-kilik, atau dicium berkali-kali di pipi bahkan sampai penuh perasaan, baru Darren bisa bangun dari tidurnya. Mungkin Calista yang sekarang hanya membangunkan dengan suaranya yang lembut sehingga tidak terdengar Darren sama sekali.     

"Oh, iya sebentar lagi." Dengan malasnya Darren berusaha membuka mata.     

"Pakaianmu sudah aku siapkan di kamar mandi. Sarapan juga sudah ada di meja makan. Hari ini aku berangkat setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah. Kalau begitu aku dan anak-anak pergi dulu ya." Jawab Calista.     

"Tunggu aku. Bangunin aku." Darren mengulurkan tangan panjang dan besarnya minta di gapai. Calista menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa kelakuanya sama persis dengan Raja. Calista pun menyambut uluran tangan itu tanpa ada rasa curiga sedikitpun. Padahal,     

"Aaaaa …" Tubuh Calista ditarik hingga terjerembab ke atas kasur dan seketika di belit Darren dibawah kaki tangannya. Tubuh Calista tidak bisa bergerak dengan posisi telentang. "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" Calista memukul-mukul lengan Darren yang melilit di depan lehernya.     

"Biarkan anak-anak diantar supir. Aku sudah terlanjur telat. Aku masih ingin tidur." Darren berkata tanpa membuka matanya.     

"Kamu! Bagaimana bisa begitu? Mereka sudah menunggu aku dibawah. Aku sudah rapih tinggal berangkat." Calista mencoba menarik tangan Darren yang melintang di lehernya. Namun, tangan berotot itu sungguh sulit untuk digerakkan. Darren semakin mengeratkan pelukannya. Ditambah lagi, pria itu malah memeluk tubuh Calista menjadi diatas dada bidangnya.     

Calista terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba tersebut. Pakaian kerjanya menjadi kusut tidak beraturan. Darren meraba-raba mengambil telpon diatas mejanya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya memeluk tubuh istrinya diatas tubuhnya. Calista meronta-ronta ingin bangkit berdiri namun tangan Darren seperti besi yang sulit untuk digerakkan.     

"Hera, antarkan Raja Ratu ke sekolah. Ibunya berangkat nanti bareng aku." Darren menutup telpon dan kembali berguling memeluk Calista dalam dekapannya.     

"Lepaskan aku! Pakaianku kusut jadinya. Kamu bagaimana bisa membiarkan anak-anak berangkat sendirian?"     

"Ada Hera, mereka tidak sendirian. Bagaimana kalau kamu bantu aku mandi?" Tiba-tiba Darren membuka matanya dan mencetuskan ide gila.     

"APA? Aku sudah mandi."     

"Aku yang belum mandi." Darren bangkit dari tidurnya dan menarik tangan sang istri menuju kamar mandi."     

"Aaahh kamu kenapa usil sekali?" Calista akhirnya mengikuti kemana tangannya dibawa.     

Didalam kamar mandi, Darren membuka pakaiannya dan masuk kedalam bath tub sambil mengisi dengan air dingin favoritnya.     

"Calista, tolong keramasi rambutku. Kamu cukup duduk di luar bath tub, tidak perlu masuk kedalam." Ucap Darren sambil bersandar di pinggiran bath tub dengan mata terpejam. Calista mengeratkan giginya. Baru saja hendak melangkah, tiba-tiba kepalanya menjadi pusing dan sekelebat kenangan muncul tiba-tiba. Dalam ingatannya, Darren memaksa Calista untuk mandi bersama dan kala itu Calista seperti takut-takut dan malu mendekati pria tersebut. Situasi yang dialaminya saat ini seperti de javu.     

"Kamu tidak apa-apa?" Darren melihat Calista terdiam menatap lantai kamar mandi.     

"Hah? Oh tidak tidak apa-apa." Calista mengambil jongkok kecil yang berada didalam kamar mandi dan sebotol shampoo di tangan kanannya. Perempuan itu duduk di belakang Darren lalu mulai menekan tutup botol berbentuk pompa ke atas telapak tangannya. Keharuman mewah dari shampoo yang berwarna hitam pekat itu langsung menguar ke seluruh ruangan kamar mandi.     

Calista membasahi rambut Darren terlebih dahulu, baru mengusap-usap rambut tebalnya dengan shampoo yang ada di telapak tangannya. Perempuan itu sudah pasrah dengan pakaiannya yang basah. Hari ini sepertinya dia akan telat berangkat kerja, atau malah tidak akan masuk sekalian. karena ada bayi besar yang harus diurusnya.     

Darren menikmati setiap sentuhan jari jemari Calista memijat kepalanya dengan lembut.     

"Enak?"     

"Hmm," Darren hanya bisa menjawab dengan deheman.     

"Kalau begini caranya, aku bisa tidak masuk kerja sekalian, huft." Calista menghela napasnya pasrah.     

"Aku akan membayar waktumu hari ini sebagai seorang karyawan." Ucap Darren santai.     

"Cih, dasar! Tapi, aku belum bilang ke supervisorku kalau aku tidak masuk hari ini." Ucap Calista lagi.     

"Tenang saja, itu hal yang sangat mudah bagiku." Darren mengambil ponsel yang dia bawa kedalam kamar mandi dan mulai melakukan panggilan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.