Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 451. Sample Rambut



V 451. Sample Rambut

"Pasien kehilangan banyak darah. Jadi, kami membutuhkan golongan darah yang sesuai. Apakah ada disini yang memiliki golongan darah A Rh negatif? Kalau ada, tolong ikut kami." Ujar dokter tersebut. Namun, sayangnya tidak ada yang memiliki golongan darah ini.     

"Ambil darahku." Semua orang menengok ke arah sumber suara.     

"Tuan Baron?" Darren terkejut melihat pria yang datang tiba-tiba dari arah belakangnya.     

Beberapa jam sebelumnya ...     

"Tuan Baron, ini adalah rumah kakak Rosa," Ningrum mengantarkan Baron kerumah Rosa untuk menjenguk kakak angkatnya itu. Sebelum kedatangannya, Ningrum sudah memberitahukan Andrew dan Rosa.     

"Ningrum?" Andrew yang membuka pintu, sempat terkejut melihat pria setengah brewok dan agak tambun muncul di depan pintu rumahnya.     

"Andrew, ini adalah tuan Baron. Beliau adalah partner bisnis tuan Darren tempat dimana kami terakhir kali mengadakan perjanjian kerja sama." Ningrum memperkenalkan tamu pada pemilik rumahnya. "Andrew, kak Rosa ada?"     

"Ada, dia sedang di kamar. Baru saja sarapan. Silahkan masuk." Andrew membuka pintu lebih lebar dan membiarkan dua tamunya untuk masuk kedalam rumahnya.     

Rumah yang cukup luas untuk ukuran dua orang dan dua orang pembantu. Ningrum alias Calista baru kali ini masuk ke dalam rumah Andrew dan Rosa. Dia dan Darren belum sempat mengunjungi sepasang pengantin baru ini dirumahnya karena keduanya langsung terkena musibah.     

"Andrew, tuan Baron ingin menjenguk kak Rosa. Bisakah?" Andrew mengernyitkan alisnya. Ada hubungan apa antara tamu ini dengan istriku? Gumam Andrew dalam hati.     

"Bolehkah?" Tanya Ningrum ulang. Andrew menghela napasnya sebelum menjawab.     

"Aku cek dulu istriku sedang apa. Nanti aku beritahu lagi." Andrew ijin masuk ke dalam kamar. Sepeninggal Andrew, seorang pelayan membawakan dua gelas minuman dan beberapa cemilan. Ningrum menjawab terima kasih dengan sopan, namun Baron hanya terdiam. Wajahnya menampakkan ketegangan luar biasa. Ningrum tidak tahu apa itu.     

"Rosa sudah siap menemui kalian. Mari aku antarkan." Andrew keluar dan menemani Ningrum juga Baron masuk kedalam kamar tidurnya. Karena memang kondisi istrinya belum bisa bergerak banyak akibat kecelakaan tersebut.     

Kesan pertama Baron melihat Rosa adalah, perempuan dengan rambut sebahu itu memiliki mata yang mirip dengan mantan istrinya. Mantan istrinya pergi meninggalkannya dengan membawa dua orang anak lalu menikah dengan pria lain dan tinggal di luar negeri.     

"Ningrum," Rosa senang melihat adik angkatnya itu datang menjenguk. Namun, matanya menyipit tatkala ada pria lain berjalan mengikuti Ningrum di belakangnya.     

"Maaf, anda siapa?" Rosa ikut melirik Ningrum dan Andrew untuk bantu menjawab.     

"Namaku Baron." Baron melihat seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan anak pertamanya. Matanya benar-benar mirip dengan mantan istrinya. Baron baru teringat ada tanda di tengkuk leher anak pertamanya seperi peta kecil warna putih, hampir sama dengan warna kulitnya namun masih terlihat jelas. Baron hanya perlu memastikan itu.     

"Aku ingin mengajukan permintaan yang mungkin sangat mustahil tapi ... aku harus memastikannya. Aku pernah kehilangan kedua anakku. Mantan istriku membawa mereka pergi dariku. Dan, aku hanya ingin kalau boleh ... bisakah kamu katakan, apakah kamu memiliki tanda putih seperti peta kecil di tengkuk lehermu?" Andrew dan Rosa saling bertukar pandangan. Rosa tidak pernah menyadarinya jadi dia tidak tahu. Tapi, lain halnya dengan Andrew yang sudah mengetahui semua detail dari bentuk tubuh sang istri bahkan sampai tanda-tanda tertentu.     

"Aku tidak akan menunjukkannya pada anda tapi Ningrum bisa menjadi mata kedua anda untuk memastikan." Ucap Andrew dengan diplomatis.     

Ningrum pun langsung mendekati kakak angkatnya yang masih bersandar di kepala ranjang.     

"Maafkan aku kak," Ningrum meminta ijin pada kakak angkatnya yang telah menolongnya saat dia dan dua anak kembarnya mengalami kesulitan bahkan nyawa mereka hampir tidak bisa diselamatkan. Betapa terkejutnya Ningrum ketika melihat tanda lahir itu sesuai dengan ucapan Baron. Baron memperhatikan mimik wajah sekretaris partner bisnisnya itu. Ningrum menoleh pada Andrew dan dibalas oleh suami Rosa itu dengan ekspresi datar.     

"I-iya benar ada, tuan." Baron terperanjat bukan main. Apakah ini benar anak sulungnya yang hilang?     

"Nama kamu ... Rosa?" Baron bertanya dengan gugup.     

"Ya, ibu pengasuh di panti menamakanku Rosa karena aku suka sekali dengan bunga mawar." Jawab Rosa.     

"Kalau ... kamu benar anak sulungku, maka namamu sebenarnya adalah ... Gayatri. Dan, nama adikmu adalah Banowati." Jawab Baron.     

"Adik?" Rosa semakin bingung dengan semua penjelasan yang tiba-tiba.     

"Maukah kamu melakukan tes DNA? Aku yang akan menanggung biayanya." Baron sungguh berharap agar semuanya lekas mendapat kepastian.     

"Tunggu sebentar," Andrew menyela pembicaraan antara Baron dengan istrinya. "Aku belum mengijinkan ini lagipula istriku sedang dalam perawatan. Bagaimana mungkin kami percaya kalau anda adalah ayah dari istri ku?" Andrew bertanya dengan mata menyorot tajam.     

"Andrew, tuan Baron ini adalah partner bisnis tuan Darren. Kami tidak akan bekerja sama dengan orang yang tidak jelas statusnya. Andrew, kak Rosa, untuk kali ini, tolong turuti saja permintaan tuan Baron," Ningrum berkata.     

"Ningrum, aku ... ingin berbicara empat mata denganmu. Bisakah?" Rosa menunduk lirih.     

"Tentu saja," Dengan senyum sumringah, Ningrum mendekati tepi kasur Rosa dan duduk disana. Andrew mempersilahkan tamu lelakinya untuk keluar sejenak bersama dirinya. Kini tinggallah Ningrum dan Rosa didalam kamar.     

"Calista, aku sudah melupakan siapa orangtuaku. Aku sudah tidak peduli aku anak siapa. Selama aku bahagia dengan suamiku, aku tidak peduli dengan yang lainnya lagi. Jadi aku mohon, kamu tidak usah repot-repot melakukan ini untukku." Rosa menggenggam erat tangan adik angkat yang sudah memberi warna hidupnya selama beberapa tahun bersama si kembar.     

"Kak, aku senang kamu bisa hidup bahagia dengan pria yang kamu ciintai. Tapi, ada beberapa hal lainnya yang memang harus kita hadapi dengan tenang. Beberapa orang berhak mendapatkan kesempatan kedua karena terkadang itu bukan murni kesalahan mereka. Percayalah kak, kelak hidup kak Rosa akan lebih berwarna dan ceria dengan hadirnya seorang kakek untuk anak-anak." Jawaban Calista lembut dan pelan namun mampu menyentuh relung hati Rosa lebih dalam.     

Dia memang pernah berharap akan bertemu dengan kedua orangtuanya. Tapi, dia lebih berharap agi akan bertemu dengan adiknya yang dia panggil Andin dan ternyata bernama Banowati.     

"Apa kamu yakin begitu?" Rosa mencari kebenaran di mata indah Calista. Calista tersenyum lembut dan mengangguk lemah.     

"Baiklah, aku ikuti saja apa katamu. Aku harap kamu juga bisa meyakinkan Andrew. Aku keras kepala tapi dia lebih keras kepala lagi." Rosa memberikan senyuman khasnya pada ibu si kembar.     

"Nyonya, tuan Darren menelepon kalau istri Dave berhasil ditemukan." Andrew tiba-tiba masuk kedalam kamar dan memberitahukan berita gembira ini. Calista sangat senang mendengarnya dan hampir menangis.     

"Aku ingin bertemu Dian. Huhuhu," Air mata Calista langsung tumpah mendengar berita gembira tersebut.     

"Aku akan ikut denganmu. Sebelumnya, ini adalah sample rambutku. Aku harap kamu mau memberikan sample rambutmu dan orangku akan menyerahkannya ke laboratorium untuk di cek. Paling cepat besok sudah bisa diketahui hasilnya." Jawab Baron.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.