Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 452. Belum Cukup Bukti



V 452. Belum Cukup Bukti

0"Aku akan ikut denganmu. Sebelumnya, ini adalah sample rambutku. Aku harap kamu mau memberikan sample rambutmu dan orangku akan menyerahkannya ke laboratorium untuk di cek. Paling cepat besok sudah bisa diketahui hasilnya." Jawab Baron.     

Baron dan Calista alias Ningrum bergegas meninggalkan rumah sepasang pengantin baru dan menuju lokasi dimana Dian sahabatnya mengalami musibah. Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam ketika mereka sudah sampai rumah sakit. Perjalanan yang diwarnai dengan kemacetan, membuat mobil yang dikendarai oleh supir Baron mengalami keterlambatan sangat lama.     

"Ambillah darahku. Golongan darahku A Rh negatif. Semoga saja cocok." Ujar Baron. Kedatangannya tentu saja mengagetkan semua orang.     

"Sayang, kenapa kamu tengah malam harus kesini? Kamu juga lagi hamil, harus menjaga dirimu baik-baik." Darren sedikit kesal karena istrinya sangat santai tidak berhati- hati menjaga kehamilannya.     

"Aku baik-baik saja, Darren. Aku tidak capek dan belum mengantuk." Jawab Calista.     

Tatapan aneh dari segelintir orang di ruang tunggu, terhunus tajam ke arah Ningrum. Mereka tidak tahu kalau perempuan seperti gulali itu adalah Calista, kecuali Jack. Perempuan yang menempel erat pada Darren membuat semua orang berpikir kalau Darren sedang selingkuh dari Calista.     

"Haii semua, aku Calista. Kalian benar tidak mengenaliku? Aku sedang menyamar menjadi sekretarisnya. Kalian jangan khawatir. Darren suami yang sangat setia, begitu juga aku. Hehehe," Calista terkekeh. Sontak semua yang mendengar, melebarkan mulutnya. Terutama Carol dan Jenny.     

"Calista, kami benar-benar tidak mengenalimu. Kenapa kamu harus menyamar seperti ini?" Carol mendekati Calista dan memeluknya.     

"Darren butuh sekretaris sementara untuk menggantikan Andrew. Karena aku pernah bekerja sebelumnya jadi aku melamar posisi ini dan diterima. Haha," Jawab Darren.     

"Tentu saja diterima, asalkan tidak menampakkan wujud aslinya. Karena aku tidak mau istriku menjadi santapan publik." Jawab Darren di sebelahnya.     

"Cih," Calista menyeringai sinis mendengar ucapan suaminya yang tidak pernah berubah dari dulu.     

"Dimana Devan? Aku ingin melihatnya." Calista tiba-tiba teringat bocah kecil yang tidak jauh berbeda usianya dengan kedua anaknya.     

"Dia masih istirahat ditemani pengasuhnya." Jawab Carol. "Ayo aku antarkan," Ucapnya lagi.     

Calista, Carol, dan Jenny pun berjalan menuju kamar perawatan Devan. Tinggallah para lelaki yang menunggu diluar.     

Setelah hampir 2 jam, akhirnya Dian pun sudah bisa dijenguk namun terbatas hanya 1 orang saja. Dave tentu saja jadi orang yang sangat menantikan momen ini. Dengan langkah gemetar, Dave berjalan memasuki kamar perawatan sang istri. Disana sang istri terbaring lemah tak berdaya. Beberapa perban berwarna merah membelit kaki dan tangannya. Ada juga penyangga leher yang terpasang karena lehernya mengalami sedikit patah akibat bergulingan menuju jurang.     

Namun, satu keajaiban terjadi. Janin yang dikandung sang istri tidak mengalami resiko sama sekali. Sungguh kuasa Tuhan benar-benar membuat Dave merasa sangat amat beruntung memiliki Dian sebagai istrinya.     

"Sayang," Dave terisak melihat sang istri dengan luka disana sini. Tangannya pun masih terpasang selang infus menerima darah dari Baron yang ternyata cocok dengannya.     

"Siapapun yang melakukan ini padamu dan Devan, aku pastikan dia akan membayarnya ratusan kali lipat." Pria yang nyaris kehilangan keluarganya itu, mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangan lebarnya.     

Selama hampir setengah jam Dave berada didalam ruangan menemani Dian, tidak banyak yang bisa dia lakukan selain mengusap punggung tangan sang istri, menyibak helaian rambut yang jatuh di keningnya, atau sekedar merapihkan selimut yang menutupi tubuhnya hingga batas perut. Dave mengusap-usap perut rata sang istri. Tempat dimana bersemayam anak keduanya yang mengalami musibah hebat bahkan sebelum kelahirannya.     

"Kamu dan mommy sangat hebat. Kalian sangat hebat. Aku adalah orang paling beruntung di dunia ini memiliki kalian semua yang selalu menguatkan aku dalam suka dan duka. Anakku, jadilah hebat seperti mommymu, jangan seperti daddy yang memiliki masa lalu kelam." Dave menundukkan kepalanya di tepi ranjang Dian. Cukup lama dia menunduk hingga pria itu merasakan ada tangan lembut yang mengusap rambut tebalnya.     

"Sayang, kamu sudah sadar." Dave menangis gembira. Istrinya sudah siuman. Dave memegang telapak tangan sang istri dan menciumnya berkali-kali penuh kelembutan dan cinta kasih.     

"Dave, kenapa kamu menangis? Aku masih hidup, bukan?" Tanya Dian lirih dengan senyum tipis manisnya.     

"Tentu saja, kamu masih hidup sayang. Kamu akan berumur panjang dan menemaniku sampai ajal menjemputku." Jawab Dave.     

"Jangan katakan itu! Aku tidak mau menjadi janda muda dengan banyak anak." Jawab Dian terkekeh ringan. Dave tertawa kecil mendengarnya.     

"Dave, Wina pelakunya." Dave tersentak kaget mendengar ucapan Dian yang tiba-tiba. Dia tahu kalau temannya itu menaruh hati padanya sejak lama. Tapi, dia tidak menyangka Wina akan berbuat senekat itu.     

"Apa kamu yakin? Kamu mendengar suaranya sebelum kejadian?" Tanya Dave.     

"Tidak, tapi aku melihat sorot matanya. Aku bisa mengenali orang lain hanya dari matanya." Jawab Dian lirih.     

"Tapi sayang, kalau hanya itu belum cukup bukti untuk menunjukkan Wina pelakunya." Ujar Dave. Dian terdiam mendengar ucapan Dave. Kata-katanya benar tapi bagaimana cara membuktikan kalau perempuan penggoda itu pelaku utamanya?.     

"Devan, bagaimana Devan? Apa dia baik-baik saja?" Dian teringat anak sulung yang dia lemparkan ke luar mobil sebelum mobil jatuh ke jurang. Perempuan hamil itu juga sempat keluar dari mobil sebelum jatuh ke jurang. Dengan segenap kemampuannya, Dian melindungi perutnya agar tidak terbentur benda keras. Dan, itu membuatnya mengalami patahan di beberapa tulang tangan dan kaki juga lehernya.     

"Devan sudah jauh lebih baik. Anak itu sangat kuat, seperti mommynya." Ujar Dave sambil tersenyum. "Kamu harus sembuh. Aku akan memanggil dokter terbaik untuk memulihkan stamina dan tubuhmu. Bahkan jika perlu, aku akan datangkan dari luar negeri." Jawab Dave.     

"Tidak perlu. Di tempatku ada ahli patah urut terbaik dan aku sudah menelponnya untuk segera datang. Besok dia sudah sampai disini." Seorang pria tiba-tiba muncul dari arah belakang mereka. Dian yang tidak bisa memalingkan lehernya, mengernyitkan alis mendengar suara asing yang baru didengarnya.     

"Siapa anda?" Dian bertanya tanpa mengetahui wajah yang mengatakan kalimat semula.     

"Aku Baron, salah satu partner bisnis Darren." Jawab Baron singkat.     

"Sayang, dia adalah orang yang mendonorkan darahnya untukmu." Jawab Dave setengah berbisik.     

"Ohhh, terima kasih banyak." Jawab Dian singkat. Dia masih belum mengerti situasi sebenarnya.     

"Dave, aku ingin bertemu Devan."     

"Baiklah, kamu tunggu aku. Aku akan ke kamarnya.     

"Maaf, aku bisa menitipkan istriku sebentar?" Dave bertanya pada Baron yang dilewatinya.     

"Tentu saja," Jawab Baron. Dave pun segera keluar menuju kamar inap anaknya. Baron berjalan mendekati Dian yang terbaring dengan mata terbuka namun tubuhnya tidak bisa bergerak.     

"Kamu tahu? Diantara semua orang yang ada disini, ternyata hanya darahku yang cocok untukmu." Ujar Baron.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.