Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 456. Mangkuk Kenikmatan



V 456. Mangkuk Kenikmatan

0"Aku tidak akan pernah menyetujui dan mengikuti ide konyol ini. Aku, Calista, Raja, dan Ratu, juga anak-anakku lainnya dengan Calista adalah suatu kesatuan utuh. Kami tidak akan pernah bisa dipisahkan kecuali oleh maut." Jawaban terakhir Darren menuntaskan obrolannya dengan ayah dan juga kakekknya. Pria bermata hijau itu pun membawa pulang istri dan anak-anaknya dalam sekejap.     

"James, ada apa dengan Darren? Kenapa mereka pulang? Apa yang kalian katakan padanya?" Sara bingung dan tampak khawatir. Beberapa menit yang lalu dia dan menantu juga kedua cucunya sedang asyik menikmati cemilan malam yang Sara hidangkan untuk mereka. Namun, tiba-tiba Darren meminta mereka semua untuk pulang dengan wajah tidak ramahnya dan dingin. James hanya menghela napas dan tidak bisa berkata banyak.     

"Aku jelaskan di kamar." Jawab James pada istrinya yang masih dalam mode on bingung dan panik. Beberapa hari ini, Sara dan James sangat senang rumah mereka yang biasanya sepi menjadi ramai oleh suara-suara ketawa kedua cucunya. Kadang suara mereka bertengkar pun membuat suasana rumah menjadi hidup. Tentu saja kepergian Darren yang tiba-tiba sambil memboyong semua keluarganya menjadi tanda tanya bagi nenek cantik tersebut.     

"APA? Darren dipaksa menceraikan Calista dan menikah lagi? Ide konyol macam apa ini? Aku tidak akan setuju anakku bercerai dengan istrinya!" Sara geram luar biasa mendengar ide konyol bapak mertua pada nasib pernikahan anaknya.     

"Akupun begitu. Tapi, kamu tahu sendiri kalau daddy sudah berkehendak, kita bisa apa?" James menghela napas kasar berkali-kali.     

"Bisa apa? Banyak yang bisa kita lakukan. James, Darren itu bukan anak kecil lagi. Dia sudah menikah dan punya banyak anak. Jangan karena kamu anak satu-satunya lalu daddy juga menyetir cucu satu-satunya. Ingat, aku tidak akan pernah setuju Darren bercerai dengan Calista." Sara menggertakkan giginya dan pergi meninggalkan suaminya yang sudah tidak berdaya. Daddynya sudah hidup sebatang kara sejak kepergian mommy James dua puluh tahun yang lalu, saat itu Darren masih anak-anak. Untuk menemani sang kakek, Darren diboyong ke London untuk sekolah hingga menamatkan kuliahnya.     

"Sara," Robert memanggil menantu satu-satunya yang baru saja menuruni tangga untuk menuju dapur, sekedar mendinginkan otak dan hatinya dengan segelas air dingin.     

"Daddy," Sara menjawab tanpa menatap mata ayah mertuanya itu.     

"Apa kamu juga menentang keputusanku untuk menikahkan Darren dengan Ruby?" Robert yang berdiri dengan tubuh tidak sempurna lagi karena bantuan tongkat kayu andalannya, bertanya pada perempuan yang menjadi cinta pertama dan langsung diperistri anaknya, James Anderson.     

"Dad, permintaan Daddy itu sungguh konyol. Memisahkan seorang suami dari istrinya juga dari anak-anaknya, adalah perbuatan yang tidak masuk akal." Jawab Sara sambil menahan emosi.     

"Tapi, anak-anaknya akan ikut bersama Darren. Bukankah istri Darren menyetujui isi kontrak tersebut?" Robert berkata.     

"Dan, itu lebih tidak masuk akal lagi. Memisahkan anak dengan ibunya? Oh My God! Daddy, are you okay?"     

"Sara!" James yang baru sampai di lantai 1 mendengar perdebatan istrinya dengan ayahnya, sehingga kepala rumah tangga itu langsung bermaksud untuk bergabung sekedar meredam emosi.     

"Memang berat menjadi pria tua malang ini. Sudah tidak ada yang menghargai dan mendengarkan segala ucapanku. Mungkin karena aku sudah tidak berguna lagi dan hanya menjadi beban kalian." Robert berkata dengan lirih dan suara sendu. Sara memutar kedua bola matanya mendengarkan ucapan Robert yang terlalu hiperbola. Oma dari Raja dan Ratu itu pun mengurungkan niatnya untuk ke dapur dan berbalik menuju kamarnya.     

"Kamu mau minum? Sebentar," James menahan tangan Sara. Hanya kurang dari 1 menit, sebuah gelas berisi air dingin dibawa James untuk istrinya yang sedang panas hatinya.     

"Tidurlah duluan. Aku masih harus mengerjakan sesuatu." James mengecup pucuk kepala sang istri dan mengusap rambutnya lembut. Senyuman penenang diberikan James untuk istri tercinta yang telah menemaninya selama 3 dekade lebih. Sara sedikit melunak dan tersenyum senang. Dengan gerakan secepat kilat, wanita yang berusia hampir setengah abad itu mengecup pipi James dengan gerakan cepat lalu berlari menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. James tersenyum sambil memegang pipinya yang bekas dikecup sang istri.     

Mereka sudah lama menikah namun hubungan asmara mereka berdua seperti layaknya pengantin baru yang masih saling memberi kejutan manis. Kini giliran Robert yang memutar kedua bola matanya melihat kemesraan anaknya dan menantunya.     

Suasana didalam mobil penuh tekanan. Darren yang sedang membawa mobil, tidak berkata apa-apa sejak keluar dari rumah orangtuanya. Raja dan Ratu yang berada di kursi penumpang belakang, sudah lelap tertidur.     

"Darren, apa terjadi sesuatu?" Calista tidak tahan untuk tidak bertanya. Sikap suaminya benar-benar membuatnya penasaran.     

"Tidak ada," Singkat, padat, dan jelas. Namun, Darren berkali-kali kedapatan menghela napas terus. Sesekali matanya menatap jalanan di balik kaca jendela. Calista tidak ingin bertanya lebih jauh. Dia akan bertanya nanti saat sudah di dalam kamar mereka berdua.     

Tiba-tiba tangan kananya digenggam Darren dan suaminya itu tersenyum lirih.     

"Pasti ada yang disembunyikan. Aku pasti akan mencari tahu." Gumam Calista dalam hati, sambil bibirnya membalas dengan tersenyum lebih manis.     

"Kamu jangan banyak berpikir. Ingat, didalam kandunganmu sedang tumbuh calon anak hebat selanjutnya." Jawab Darren menyadarkan lamunan Calista. Perempuan yang menggerai rambut hitam panjangnya itu mengerutkan bibirnya.     

"Yang kamu perhatikan anaknya terus, tapi ibunya tidak ditanya." Calista pura-pura merajuk dengan menyeringai sinis.     

"Kata siapa? Aku menyayangi kalian semua tanpa beda sepersen pun. Kalian adalah jantung hatiku. Jantung hati seorang Darren yang dulu tidak punya kehidupan dan bekerja seperti robot. Itu semua berkat kamu, sayangku." Jawab Darren. Calista tersenyum mendengarnya. Dia tahu Darren sangat mencintainya. Dia hanya ingin merajuk saja tanpa bermaksud menyangsikan kasih sayang dan cinta Darren padanya.     

Akhirnya, mobil yang dikendarai Darren pun sampai rumah tepat pukul 10 malam. Raja dan Ratu diserahkan pada Hera untuk segera membersihkan badan, mengganti baju, dan tidur. Sementara ibu hamil berjalan menaiki tangga ditemani sang suami yang setia mendekap pinggangnya.     

"Huft, lelah juga ya." Calista melucuti semua aksesorisnya satu persatu dan meletakkanya di dalam kotak diatas meja rias.     

"Aku akan menceritakan sesuatu," Ujar Darren tiba-tiba.     

"Apa itu?"     

"Tapi, ada syaratnya. Aku hanya mau menceritakannya di dalam mangkuk kenikmatan kita." Jawab Darren sambil mengedip satu mata pada istrinya.     

"Ish, apaan sih kamu itu? Mau cerita saja pakai syarat segala." Calista mengerutkan bibirnya dan berjalan pergi menuju kamar mandi.     

"Jadi, kamu tidak mau?" Darren bertanya dengan mimik wajah seperti anak kecil yang ngambek.     

"Katanya mau di mangkuk kenikmatan? Let's go!" Ucap Calista sambil mengedipkan satu matanya.     

"Yessss!" Darren berteriak kegirangan. Suami posesif dan impulsif itu sudah membayangkan kegiatan yang akan mereka lakukan didalam sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.