Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 455. Satu Kesatuan Utuh



V 455. Satu Kesatuan Utuh

0"Ayah dan ibu? Ayo kek kita keluar!" Raja menggenggam tangan pria yang pernah menjadi penguasa bisnis di kawasan Asia Pasifik itu, sebelum perusahaannya di serahkan pada James, dan sekarang berada di tangan ayah dari kedua bocah kecil yang menunntunnya jalan keluar.     

"Baiklah," Robert yang bahasa Indonesianya masih terbata-bata, menurut saja dituntun keluar oleh kedua cucu uyutnya itu.     

"Ehem ehem," Robert berdeham sesaat sebelum menginjakkan kakinya di ruan keluarga.     

"Kek," Darren menghampiri kakeknya yang sudah bertahun-tahun sejak menikah belum pernah dia temui.     

"Kakek," Calista menundukkan kepalanya dengan sopan.     

"Hmm," Robert berusaha untuk tetap menjawa wibawanya didepan anak dan cucunya, tapi tidak didepan cucu buyutnya. Pria tua itu duduk di sofa single yang berada di sana dengan Raja dan Ratu yang berdiri di kedua sisinya layaknya pengawal menjaga kaisar.     

"Cucu-cucu oma duduk sini. Masih ada tempat kosong." Sara meminta kedua cucu kembarnya untuk duduk daripada harus berdiri.     

"Tidak oma, kami harus menjaga kakek buyut agar tetap aman terlindungi." Jawab Ratu lugas.     

"Aman? Memangnya kakek kalian mau diapakan? Kami hanya mau mengobrol saja. Ayo duduk, sayang." Panggil Sara lagi.     

"Raja Ratu, ayo duduk sayang." Kini Calista yang berbicara. Namun kedua bocah itu masih enggan bergerak dari tempatnya berdiri.     

Beda ketika Darren mulai melebarkan mata memberi aura mengancam, kedua anak itu pun beringsut menuju kursi yang ditunjuk Sara. Giliran Calista yang melebarkan matanya pada Darren karena berani memelototi kedua anaknya. Darren hanya mengangkat bahu tidak peduli. Robert menyaksikan interaksi di keluarga cucunya itu lalu menghela napas berat.     

"Huft, Darren bagaimana kabar perusahaan? Aku dengar kamu baru saja menjalin kerjasama dengan perusahaan di Riau. Sudah sejauh mana perkembangannya?" Meskipun usia sudah melunturkan penampilan gagahnya, namun nada suaranya masih sangat berwibawa. Bahkan Calista merasa aura Robert tidak jauh berbeda dengan Darren.     

"Semua aman terkendali. Kakek akan berapa lama disini?" Tanya Darren sambil menyandarkan sebelah kepalanya pada kepalan tangan kanannya     

"Anak kurang ajar! Kamu ..." Robert menghentakan tongkatnya ke atas lantai.     

"Dad!"     

"Opa!     

James, Raja, dan Ratu kompak berteriak pada Robert.     

"Kakek uyut, kata bu guru dan ibu ... kita tidak boleh bicara kasar pada orang lain. Karena itu tidak baik dan dosa hukumnya." Ujar Ratu menasihati. Sambil melayangkan jari telunjuknya ke atas. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum mesem-mesem. Tapi tidak dengan Raja yang mengangguk-angguk setuju kali ini dengan ucapan adiknya.     

"Huft, Darren, James. Kita ke ruangan baca. Aku tidak akan bicara dengan benar disini karena banyak polisi." Jawab James sambil beranjak berdiri dengan bantuan Sara yang langsung sigap membantu ayah mertuanya.     

Ke 3 lelaki gen Anderson itu pun berjalan menuju ruangan baca dan menutup pintunya.     

"Calista, kamu pasti sudah lapar sekali. Ayo kita makan dulu. Ibu hamil tidak boleh telat makan." Sara menggandeng tangan menantunya yang semakin berisi namun di tempat-tempat yang tepat.     

"Terima kasih, mom. Raja Ratu, ayo sayang temani ibu makan." Ratu dan Raja pun menyusul langkah ibunya yang belum terlalu terlihat perut buncitnya.     

"Apa kabar kamu sayang? Kamu menjadi semakin sibuk semenjak menggantikan Andrew ya?" Sara memberikan beberapa potongan daging steak dan kentang iris di piring Calista. Makanan kesukaan Darren itu selalu ada jika Darren datang ke rumah ini.     

"Tidak kok mom. Aku menikmati kesibukannya jadi aku tidak merasa lelah." Jawab Calista sambil tersenyum manis. Sara senang dari dulu sampai sekarang, sifat Calista tidak berubah sedikitpun. Selalu ceria dan menikmati apa yang di kerjakannya. Sara tidak pernah mendengar menantunya ini mengeluh tentang apapun. Sesekali Sara bertanya pada Darren, apakah Calista pernah menggerutu atau mengomel. Anaknya menjawab, "Dia tidak akan mengomel ke siapapun kecuali ke aku. Karena dia tahu kalau aku tidak akan pernah mengomel balik padanya." Jawab Darren.     

-----     

"Darren, kamu tentu tidak lupa isi kontrak perjanjian kamu menikah dengan istrimu." Robert mulai mengatakan kalimat yang Darren sudah duga sebelumnya.     

"Tentu saja, dan sudah aku bakar kertas itu." Jawab Darren dengan santainya sambil duduk di sofa panjang.     

"Darren, jaga sikap kamu!" James memperingatkan anak satu-satunya yng tidak bisa diatur itu.     

"Hmm, lalu bagaimana?" Tanya Robert lagi.     

"Bagaimana apanya?" Darren balik bertanya.     

BRAK!     

Robert memukul permukaan meja dengan telapak tangannya.     

"Darren, aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya, kalau pernikahan kalian itu hanya bertahan sampai anak ketiga. Lalu kalian akan berpisah. Jangan lupakan itu!" Darren menyeringai sinis. James hanya bisa menahan napasnya melihat sifat ayahnya yang keras kepala, tidak jauh berbeda dengan anaknya, Darren.     

"Oh, jadi kakek akan memisahkan anak dengan ibunya juga suami dengan istrinya? Begitu?" Darren berdiri dan membusungkan dadanya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.     

"Darren, pernikahan kalian itu sudah kakek rencanakan sejak awal. Waktu itu kamu tergila-gila dengan Britney sehingga kamu tidak bisa berpaling darinya. Aku memaksa kamu untuk menikahi perempuan lain sampai kalian punya anak. Tapi kamu malah menambahkan sampai tiga anak karena kamu bilang ingin menyaingi Britney yang punya dua anak. Ternyata itu semua adalah tipu daya perempuan tidak benar itu. Sekarang kamu mau mengingkari janji kamu? Kakek sudah punya calon istri untuk kamu. Dia masih keturunan keluarga kerajaan. Namanya Ruby. Untuk melebarkan sayap ..."     

"Hah, untuk melebarkan sayap The Anderson ke dunia yang lebih luas lagi, maka kamu harus menikah dengan perempuan yang status sosialnya lebih tinggi, atau minimal setara. Benar begitu, tuan Robert?" Darren menyeringai sinis pada pria tua yang sudah diduganya akan membuat masalah baru dalam keluarganya.     

"Jadi, kapan kamu akan menceraikannya?"     

"TIDAK AKAN PERNAH!" Jawab Darren dengan suara berat dan tegas.     

"Dad, pernikahan ini tidak sesimple yang daddy bayangkan. Mereka sudah punya dua anak yang lucu dan cerdas, dan akan datang lagi anak ketiga. Itu cucu daddy. Daddy mau berpisah dengan mereka?" James berusaha membuat pikiran ayahnya yang tidak masuk akal itu berubah.     

"Tentu saja mereka akan tetap menjadi cicit The Anderson. Mereka tidak akan kemana-mana. Aku yakin Ruby mau menerima mereka dengan baik. Disana banyak pengasuh yang akan membuat dua anakmu menjadi anak-anak hebat dan lebih berpikiran maju." Ujar Robert dengan penuh percaya diri.     

"Hah, asumsi macam apa itu? Ini adalah ide konyol dan lawak sekali yang aku dengar malam ini. Tapi, sayangnya tidak bisa dijadikan dongen pengantar tidur." Darren mengeraskan rahangnya.     

"Aku tidak akan pernah menyetujui dan mengikuti ide konyol ini. Aku, Calista, Raja, dan Ratu, juga anak-anakku lainnya dengan Calista adalah suatu kesatuan utuh. Kami tidak akan pernah bisa dipisahkan, meski maut memisahkan." Jawaban terakhir Darren menuntaskan obrolannya dengan ayah dan juga kakekknya. Pria bermata hijau itu pun membawa pulang istri dan anak-anaknya dalam sekejap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.