Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 460. Apakah Kamu Bisa?



V 460. Apakah Kamu Bisa?

0"Darren,"     

"Tidak akan, aku tidak akan pernah mengabulkan permintaan gila kakekku itu." Ucap Darren dengan sorot mata hijau berkilatan.     

"Permintaan pria tua itu keterlaluan. Aku tidak akan melepaskan istri dan anak-anakku. Apapun taruhannya." Jawab Darren sambil mengeraskan rahang dan memukul setir kemudi sehingga bunyi klakson terdengar sangat kencang memekakkan telinga.     

"Darren, kita pulan dulu dan kita bicarakan ini semua baik-baik. Kita bicara dengan kepala dingin. Oya, dimana anak-anak?" Calista baru teringat Raja dan Ratu yang tiba-tiba datang ke rumah opa omanya. "Sebentar aku keluar dulu cari mereka." Namun keinginan Calista ditahan oleh Darren. Pria bermata hijau itu mengadakan panggilan untuk mommynya.     

"Mom, ada Raja dan Ratu?"     

"Ada, mereka sedang makan siang ditemani Hera. Tidak apa, tinggalkan saja mereka. Kamu perlu bicara banyak dengan istrimu." Ujar Sara dengan suara penuh kelembutan seorang ibu.     

"Okay, thanks mom." Darren menutup panggilan pada mommynya.     

"Mereka sedang makan dengan Hera dan mommy. Kita pulang duluan saja." Ujar Darren. Pria itupun langsung menghidupkan mesin mobil dan melaju meninggalkan kediaman orangtua Darren. Sepanjang jalan, Calista terdiam sambil menatap jalanan dari balik kaca jendela di sebelah kirinya.     

"Sayang, kemarilah." Darren meminta Calista untuk mendekat. Ibu hamil itu mendekat dan menggenggam tangan sang suami diiringi senyum cantiknya.     

"Jangan pernah ragukan keputusanku. Kita tidak akan terpisah sampai kapanpun. Aku mencintai kamu dan anak-anak."     

"Aku juga mencintai kamu, Darren." Jawab Calista. Dia berusaha untuk menahan bahan pembicaraan sampai waktunya mereka tiba di rumah.     

Calista langsung berjalan menuju ke kamarnya sesaat sampai di halaman rumah. Darren melihat emosi istrinya akhir-akhir ini sebenarnya lebih baik dari sebelumnya, namun ucapan Robert pastinya menyakitkan siapapun.     

"Sayang," Darren menutup pintu kamar mereka dan menghampiri sang istri yang sedang berdiri menghadap jendela. Cuaca diluar cukup terik namun karena suhu pendingin kamar tidak membuatnya suntuk. Darren memeluk dan mengecup leher sang istri yang terbuka lebar.     

"Darren, dulu ... aku begitu percaya diri bisa meninggalkan kamu dan anak-anak setelah aku melahirkan mereka. Bukan karena aku ... tidak menyayangi semua anakku. Tapi, aku percaya bersamamu mereka akan hidup lebih terjamin dan layak." Calista memutar tubuhnya dan kini mereka sudah berdiri saling berhadapan dan mata mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh cinta.     

"Aku bisa hidup dari 0 dan aku sudah pernah merasakannya dua kali. Pertama, sejak aku kecil. Dan kedua, sejak berpisah denganmu selama lima tahun. Tapi kamu, apakah kamu bisa hidup dari 0?" Tanya Calista sangsi. Pria yang sejak kecil bergelimang harta dan fasilitas nomor satu itu, tidak tahu rasanya memakai sepatu butut sampai jebol, makan sehari hanya satu kali demi bisa membayar tagihan, dan lain-lain.     

"Calista, kamu meremehkan aku. Aku pernah merantau saat aku kuliah. Mom and dad tidak pernah membayar uang kuliahku. Lagipula, pria tua itu tidak mungkin mengusirku dari perusahaan. Karena tanpa aku, tidak ada yang bisa mengerjakannya." Jawab Darren penuh percaya diri. Calista tersenyum mendengar ucapan arogan sang suami yang tidak pernah berubah sejak dulu. Arogan dan percaya diri tidak ada bedanya jika diucapkan Darren.     

"Aku percaya dengan ayah Raja dan Ratu. Maafkan aku. Aku selalu berpikir, apa keistimewaanku sehingga aku bisa mendapatkan hati seorang presdir tampan namun arogan ini." Ujar Calista sambil merapihkan dasi sang suami.     

"Kamu mau tahu?" Darren mengedip jahil.     

"Ya, tentu saja."     

"Keistimewaanmu adalah, kamu itu ceroboh. Bisa tidur dan makan dimana saja. Kamu itu sedikit bodoh. Karena terlalu percaya dengan orang lain. Kamu itu ..."     

"Sudah sudah, sepertinya keistimewaanku adalah kekuranganku. Huh, aku tidak mau bicara lagi denganmu!" Calista ngambek dan berjalan keluar meninggalkan ucapan suaminya yang 'terlalu romantis'     

"Calista, come on! Aku hanya becanda, sayang."     

"Becanda kamu tidak lucu. Sudah sana kembali ke kantor. Anak istrimu butuh makan dan uangnya dari ayah mereka yang bekerja."     

"Iya iya, aku kembali ke kantor. Berikan aku ciuman dulu dong." Darren mengejar ibu hamil yang cemberut dan keluar dari kamar.     

"Tidak ada ciuman sampai kamu minta maaf padaku atas semua ucapanmu baru saja."     

"Baiklah, aku minta maaf yaa," Darren menangkap sang istri dan memeluknya dari belakang.     

Suami istri itu mengakhiri pembicaraan mereka dengan saling berciuman intens diatas tangga di hadapan semua orang yang lewat lalu lalang dibawah mereka.     

-----     

"Jadi, Baron itu ayah kamu, sayang?" Andrew yang melihat kertas hasil DNA yang diberikan istrinya, Rosa, menjadi kaget. Rosa menyelipkan amplop warna putih ke dalam tas kerja suaminya.     

"Ya," Jawaban singkat diberikan Rosa lewat telpon.     

"Sayang, bagaimana perasaanmu sekarang setelah kamu tahu kamu masih punya orangtua?" Andrew bertanya lagi.     

"Andrew, jangan lupa, aku juga masih punya seorang adik. Kami berpisah sangat lama sehingga aku tidak tahu seperti apa rupanya sekarang." Jawab Rosa lagi.     

"Baiklah, kita bicarakan itu nanti dirumah ya. Aku harus kembali memimpin rapat setelah jam makan siang." Ujar Andrew.     

"Ya, selamat bekerja kembali dan jangan terlalu capek ya." Ucap Rosa. Andrew bisa membayangkan senyum istrinya di ujung telpon.     

Baru saja Andrew memutuskan panggilan dengan istrinya, suara telpon masuk berdering kembali. Kali ini dari bosnya, Darren.     

"Ya bos?"     

"Andrew, kamu atur rapat pemegang saham besok. Semua yang memiliki saham di The Anderson wajib kumpul rapat tanpa terkecuali. Jam 9 pagi ya." Ujar Darren yang sudah meluncur ke kantor kembali.     

"Siap tuan." Jawab Andrew dengan tegas.     

"Dasar kakek tua, dia pikir aku tidak bisa hidup tanpa perusahaan? Dan, dia pikir semudah itu untuk mencari pemimpin baru? Cih, lihat saja kalau dia berani mengacak-acak perusahaan yang sudah aku bangun selama ini menjadi besar seperti sekarang." Gumam Darren sendirian.     

-----     

"Oma, aku tidak suka kakek buyut." Ratu yang biasanya ceria, wajahnya kini paling cemberut dan menujukkan kemarahan layaknya anak kecil yang sudah dikecewakan dengan sangat.     

"Sayang, kakek buyut sudah sangat tua. Jadi, ucapannya kadang terlalu tapi kakek buyut sayang kalian." Jawab Sara sambil mengusap rambtut hitam lebat cucu perempuannya itu.     

"Tapi, kakek tidak sayang ibu. Aku tidak suka orang yang tidak suka ibu." Jawab Ratu dengan wajah kesalnya. Sara terdiam dibalik senyuman ramahnya.     

"Aku juga! Kalau sampai kakek uyut berbuat macam-macam ke ibu, aku pastikan dia akan menyesal." Jawab Raja.     

"Sudah sudah, kalian masih kecil. Kalian tidak tahu urusan orang dewasa. Kelak kalian akan mengerti kalaus sudah besar. Sekarang, ganti baju sekolah kalian dan masuk ke kamar untuk tidur siang." Jawab Sara. Hera mengikuti arahan majikannya dan membawa dua anak majikannya menuju kamar yang disediakan untuk mereka di rumah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.