Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 461. Memanggil Om Datang



V 461. Memanggil Om Datang

0"Sudah sudah, kalian masih kecil. Kalian tidak tahu urusan orang dewasa. Kelak kalian akan mengerti kalau sudah besar. Sekarang, ganti baju sekolah kalian dan masuk ke kamar untuk tidur siang." Jawab Sara. Hera mengikuti arahan majikannya dan membawa dua anak majikannya menuju kamar yang disediakan untuk mereka di rumah ini.     

Bukannya tidur siang, sepeninggal Hera dan omanya, Raja dan Ratu keluar dari kamar mereka dan berjalan mengendap-ngendap menuju kamar dimana kakek buyut mereka beristirahat. Beruntung pintu kamar tidak dikunci sehingga kedua bocah jenius itu langsung masuk kedalamnya. Dengan hati-hati, keduanya berjongkok berharap tidak diketahui oleh si pemilik kamar.     

"Richard, pria tua ini ingin minta tolong, bisakah kamu mengabulkannya?" Tampaknya kakek buyut mereka sedang menelepon seseorang sehingga kehadirann Raja dan Ratu tidak diketahuinya.     

"Begini, aku minta tolong ... biarkan Ruby datang ke Indonesia. Aku akan minta James dan istrinya untuk menerima Ruby selama beberapa hari disini. Aku pastikan dia akan nyaman dan aman menginap disini." Ujar Robert.     

"Ruby?" Raja dan Ratu saling bertatapan.     

"Oke, aku tunggu. Mudah-mudahan bisa lebih cepat dari satu bulan. Aku ingin masalah ini cepat selesai. Ya ya, aku ingin menikahkan Darren dengan cucumu, Ruby. hahaha," Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan kakek buyut mereka, Raja dan Ratu langsung menyeringa sinis dan memunculkan aura permusuhan pada kakek tua itu. Raja memberi kode untuk keluar kamar secara hati-hati.     

"Ini tidak benar. Kita harus menolong ayah dan ibu." Ujar Raja setelah mereka sampai di dalam kamar.     

"Caranya?" Ratu yang biasanya ide mengalir deras, kali ini idenya buntu karena saking kesalnya mendengar ucapan kakek yang sempat dia sayang dan eluk-elukkan.     

"Hmm, sebentar. Aku pikir dulu." Ujar Raja sambil mengusap dagunya. Ratu menunggu dengan sabar ide dari kakak kembarnya itu.     

"AHA!" Raja menyentilkan jari telunjuk dengan ibu jarinya. Ratu melihat kakaknya dengan penuh antusias. "Kita panggil om Anton kesini." Ujar Raja sambil tersenyum-senyum jahil. Ratu tidak mengerti maksud dari kakaknya namun tampaknya ide itu bisa menyelamatkan ayah ibunya. Mereka berdua pun melakukan tos di udara dengan teriakan nyaring di kedua telapak tangan mereka.     

-----     

"Halo, mba."     

"Anton, tumben. Ada apa?" Calista yang sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua anaknya berangkat ke tempat masing-masing, pagi ini menerima telpon dari adik angkatnya itu. "Ibu dan bapak baik-baik saja?" Calista cemas kalau menerima telpon dari adiknya tiba-tiba.     

"Bapak ibu baik-baik saja." Jawab Anton lagi.     

"Lalu, ada apa kamu pagi-pagi begini telpon?" Sambil mengoles selai keju untuk Ratu dan selai coklat untuk Raja di atas roti tawar mereka masing-masing, Calista menempelkan ponselnya diantara bahu kiri dan telinga kirinya.     

"Mba, aku sudah ijin hari ini tidak masuk ke papah Donni. Aku ingin bertemu dengan mba, bisa?" Tanya Anton dengan nada ragu-ragu.     

"Tentu saja. Kenapa tidak? Kamu mau kerumah atau aku yang menemuimu?" Tanya Calista lagi.     

"Aku akan kerumah mba. Tidak enak mba sedang hamil malah capek-capek keluar rumah."     

"Tidak masalah, aku butuh banyak gerak kok." Jawab Calista lagi.     

"Tidak apa-apa, aku kerumah mba saja. Kebetulan, aku sudah lama tidak bertemu dengan dua ponakan jeniusku." Jawab Anton sambil terkekeh.     

"Baiklah, aku tunggu kamu disini ya hari ini."     

"Siap."     

"Sudah beres, sekarang apa lagi?" Anton melaporkan hasil tugasnya pada dua bocah yang menyuruhnya menelepon ibu mereka. Kadang Anton merasa Raja dan Ratu sebenarnya orang dewasa yang terperangkap di tubuh anak kecil.     

"Kami akan sekolah dulu pagi-pagi. Sepulang sekolah, kita akan bertemu lagi." Jawab Raja.     

" Siap bos!" Jawab Anton dengan tegas.     

"HAHAHA, Om bisa saja, jangan lupa bawa coklat ya kalau kerumah. Dadahhh,"     

"What? Aku juga disuruh bawa makanan untuk mereka. Huft, dosa apa yang sudah aku lakukan di kehidupan sebelumnya, hingga aku menjadi kacung dua bocah kecil." Anton menghela napas berat sesaat telponnya dimatikan Ratu. Namun, dia tetap senang karena kehadiran mereka memberikannya sedikit kewarasan tentang hidup yang monoton bekerja dari pagi sampai malam. Donni yang sudah dianggapnya sebagai papah angkat, memberinya jabatan sebagai manager keuangan setelah Anton menamatkan kuliahnya dan praktek beberapa bulan sebagai asisten Donni.     

"Siapa sayang? Pagi-pagi begini sudah telpon." Darren datang sambil mengenakan jasnya, lalu memberi kecupan manis di pipi ibu hamil yang mulai buncit perutnya.     

"Anton."     

"Anton? Ada apa? Apa ada masalah dengan bapak ibu?" Pertanyaan Darren sama dengan pertanyaan Calista jika menerima telpon dari Anton atau dari Jogja.     

"Tidak ada. Dia bilang siang ini mau kerumah sekedar bertamu saja. Juga bertemu dengan Raja dan Ratu. Anton kangen katanya pada dua anakmu yang jenius itu." Jawab Calista.     

"Oh," Darren mengerutkan bibirnya sambil mengangguk-angguk. "Dimana anak-anak? Hera, panggil mereka keluar cepat." Darren menyuruh Hera yang baru saja keluar dari kaamr si kembar.     

"Baik tuan." Jawab Hera. Perempuan paruh baya itu pun kembali masuk kedalam kamar si kembar. Tidak lama kemudian, mereka sudah keluar bertiga.     

"Duduklah cepat, kalian tidak ingin terlambat ke sekolah kan?" Ujar Darren.     

"Tidak, ayah." Raja dan Ratu kompak menjawab. Calista tersenyum mendengarnya.     

"Hari ini om kalian akan datang. Kalian harus bersikap manis dan jangan carin gara-gara. Okay?" Ujar Darren sebelum memulai acara makannya. Seperti biasa, Darren memimpin doa sebelum makan dan dilanjutkan dengan Calista menuangkan berbagai jus kesukaan masing-masing anaknya, juga suaminya.     

"Kami selalu manis kok, ayah." Jawab Ratu berkelit.     

"Ya, sangat manis sampai pacar om kalian meminta putus karena kalian mengaku sebagai anak om Anton. Pacarnya itu sampai kecewa dan minta putus." Kali ini Calista yang berkata.     

"Itu karena memang pacarnya om Anton bukan perempuan baik-baik, ibu. Om Anton hanya dimanfaatkan saja uangnya oleh perempuan itu. Jadi, daripada kelamaan, kami berpura-pura saja jadi anak om Anton. Hahaha." Ratu tertawa renyah dan membuat semua orang yang ada diruangan makan itu bergeleng-geleng tidak percaya. Anak sekecil ini sudah punya ide yang sangat luar biasa. Raja mengangguk setuju dengan ucapan adiknya, Ratu.     

"Ya sudah, cepat makan. Kita langsung berangkat. Hari ini ayah akan mengantarkan kalian ke sekolah. Setelah itu, kalian akan pulang dijemput supir. Mengerti?"     

"SIAP!" Raja dan Ratu menjawab kompak sekali lagi.     

"Sayang, aku mau menjenguk Dian. Dia baru kembali kerumah tadi malam. Bolehkah?" Calista bertanya dengan wajah memelas.     

"Tentu saja, bawa supir bersamamu, jangan menyetir mobil sendirian." Ucap kepala keluarga rumah ini.     

"Tentu saja, aku akan pulang cepat. Terima kasih sayang,"     

"Sama-sama, cinta." Jawab Darren. Hampir saja mereka berciuman kalau saja tidak diperhatikan lekat-lekat oleh kedua anak mereka yang tersenyum geli sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.