Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 467. Situs Pencarian Berita Terkenal Se Jagat Raya



V 467. Situs Pencarian Berita Terkenal Se Jagat Raya

0"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Calista bertanya.     

"Kamu tetap didalam rumah dengan anak-anak dan selalu dalam pengawalan. Juga, kamu jangan pernah keluar rumah tanpa orang yang mendampingi. Ingat itu!" Darren bertitah.     

"Tapi, bagaimana dengan Dian? Apa Dave sudah berjaga-jaga?" Calista memutar tubuhnya menghadap sang suami.     

"Dave sudah mengetahuinya. Saat ini yang jadi target adalah warisan Baron. Aku hanya berharap pengacaranya tidak disogok oleh Britney untuk mengubah isi wasiat." Ujar Darren sambil menggenggam tangan sang istri untuk berbaring di atas kasur sambil berbicara.     

"Oh, begitu. Syukurlah." Ucap Calista sambil tersenyum lega. Dia tidak ingin Dian mengalami berkali-kali musibah. Belum lama dia mengalami kecelakaan di jurang, kini harus menghadapi si ular Britney. Entah apa yang ada di pikiran orang-orang jahat yang tidak ada habisnya mencelakai orang lain, tidak peduli itu adalah anak-anak ataupun wanita hamil.     

"Sudahlah, kamu pun wanita hamil jangan terlalu banyak pikiran. Bagaimana kabar pangeran ketiga ku? Apakah dia ingin bertemu dengan ayahnya?" Darren mengusap-usap perut Calista yang sangat menggemaskan baginya. Dimatanya, istrinya yang semakin hari semakin membulat perutnya itu adalah perempuan paling seksi yang pernah dilihatnya.     

"Ayahnya sudah ada didepan mata. Baby pasti senang sekali kalau ayahnya mau mengusap-usap perut ibunya." Jawab Calista sambil terkekeh.     

"Dengan senang hati." Darren tidak hanya mengusap tapi juga mencium perut itu dan berbicara dengan bayi didalamnya.     

"Bayiku sayang, pangeran ketiga ku, kelak jadilah anak yang tangguh dan hebat seperti ayah, ibu, dan kakak-kakak kamu. Kita bertiga akan menjadi keluarga power ranger. Yang berbeda-beda warna tapi jadi satu." Ucap Darren.     

"Power ranger? Darren, ya ampun. Darimana kamu punya pikiran keluarga power ranger? Dan, bagaimana kamu bisa seyakin itu kalau yang lahir nanti adalah anak laki-laki? Bagaimana kalau perempuan?" Calista menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Feeling." Jawab Darren sambil tersenyum dengan tampannya. "Sudah malam, kita tidur dulu. Hari ini sangat melelahkan. Aku ingin bangun siang besok kalau tidak ingat rapat pagi-pagi." Ucap Darren sambil memejamkan matanya. Calista menghampiri sang suami dan berbaring diatas dada bidang pemilik hati dan raga Calista Ardiningrum.     

"Tidur yang nyenyak, ayah sayang." Calista mendekap erat tubuh Darren sehingga detak jantung pria itu terdengar sangat kuat di telinganya. Detak jantung yang membuat tidurnya nyaman dan mimpi indah.     

-----     

Seorang pria tua dengan tongkat di tangannya dan seorang pria muda dengan mata menatap tajam pria tua didepannya. Darah kental saling terhubung dikeduanya namun kini mereka seperti kubu yang bermusuhan. Lukisan besar potret pernikahan Darren dan Calista menjadi saksi bisu adanya sengatan listrik yang terpancar di kedua mata pria The Anderson tersebut. Mereka berdua duduk saling berhadapan tanpa kata dan gerakan ingin memulai lebih dulu.     

"Huh, Bagaimana? Sudah kamu pikirkan ulang apa yang aku minta?" Tanya pria tua pemangku jabatan tertinggi seharusnya perusahaan The Anderson Group, sebelum hampir setengah sahamnya dibeli oleh Darren sendiri.     

"Permintaan yang mana? Kalau permintaan absurd itu, sampai matipun aku tidak akan pernah menyetujuinya." Ujar Darren.     

Robert manggut-manggut seperti sudah tahu akan seperti ini jawaban yang akan dia terima.     

"Sebelum kamu menjawabnya, sudah kamu pikirkan masak-masak akibatnya? Aku tidak yakin Calista bisa seegois itu mempertahankan keinginannya dan dalam waktu yang bersamaan menghancurkan hidup orang lain." Ujar Robert.     

"Menghancurkan? Hahaha, hidup siapa yang akan dihancurkan oleh perempuan sebaik dan semurni dia? Justru aku yang menghancurkan hidupnya sejak awal menikahiku. Kalau dia mau, dia bisa mendapatkan karir cemerlang dengan ijazah dan kemampuan yang dimiliki." Ucap Darren.     

"Tapi apa? Pada akhirnya dia memilih uang, bukan?"     

"Uang yang dia gunakan untuk mengoperasi ayahnya yang ternyata baru ketahuan belakangan kalau itu adalah ayah angkatnya. Demi uang dia rela menghancurkan masa depannya. Itu yang kakek bilang egois?" Gemuruh di dada Darren sempat keluar andaikan dia tidak menarik napas dan memejamkan matanya berusaha untuk sabar menghadapi pria di usia senjanya.     

"Jadi, siapa ayah kandungnya? Siapa orang yang tidak bertanggung jawab itu?"     

"Terlalu kompleks untuk dikatakan tidak bertanggung jawab. Tapi yang pasti, kini hubungan orangtua dan anak sudah lebih baik dan semakin harmonis." Ujar Darren. Robert lagi-lagi terdiam. Pria tua itu menyadari kalau dia memaksakan kehendaknya, maka seluruh anggota keluarganya disini akan memusuhinya, termasuk James anak satu-satunya. Tapi, kalau dia tidak mengikuti keinginan para tetua di pihak Ruby, maka dirinya lah yang akan mendapat cap jelek dan bukan tidak mungkin bisnisnya akan menemui banyak masalah.     

"Kalau begitu, beritahukan padaku ... apa yang harus pria tua ini katakan pada keluarga disana mengenai penolakan kamu ini? Aku dengar Ruby sudah sampai di Indonesia dan akan datang ke rumah dalam waktu dekat ini." Ujar Robert.     

Darren melihat ada sinyal kakeknya mulai menyerah memaksakan kehendaknya tapi beliau sendiri tidak punya alasan khusus untuk menolak secara baik-baik.     

-----     

BRUKKKK!     

"Awwwww, what the ..." Seorang perempuan cantik keluar dari mobil yang dikendarainya untuk melihat kerusakan apa yang disebabkannya karena menabrak mobil didepannya.     

Seorang pria muda dengan kemeja warna navy pas di tubuh dan celana bahan warna hitam, keluar dari mobilnya juga untuk melihat siapa yang berani menabrak mobilnya. Bagian depan mobilnya rusak parah, mana cicilan belum lunas. Anton mengurut dahinya yang tidak pusing.     

"Owh, I'm so sorry. I didn't see your car go by. (Oh maafkan aku, aku benar-benar minta maaf, aku tidak melihat mobilmu lewat)." Perempuan dengan rambut ikal pirang, mata biru, kulit putih, dengan kemeja dan rok selutut, Anton menduga dia adalah turis yang baru pertama kali mengendarai mobil di Jakarta.     

"Apa kamu tidak tahu cara menyetir, hah?" Anton ingin komplain marah tapi dia tidak bisa berbahasa Inggris. Perempuan yang diajaknya berbicara hanya mengerutkan kening bingung.     

"Lalu, bagaimana kamu akan mengganti rugi?" Anton tetap berusaha untuk bertanya dengan bahasanya sendiri dan aksen Jogjanya yang kental, meskipun dia tahu kalau perempuan didepannya ini tidak akan mengerti artinya.     

"I'm sorry, I don't understand what you are saying. (Maaf, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan)." Ujar perempuan itu balas bertanya.     

"Huhhhh, sorry sorry. Lah sama aku juga tidak paham kamu ngomong apa!" Anton menghela napasnya. Tiba-tiba pria itu mengeluarkan ponsel dan membuka sebuah fitur menterjemahkan bahasa dari situs pencarian berita terkenal se jagat raya. Perempuan pirang itu diam-diam mendekati pria yang dari awal sudah emosi padanya, untuk melihat apa yang dilakukannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman dan lama-lama dia tertawa terbahak-bahak.     

"Kenapa kamu ketawa?" Anton menampakkan mimik wajah tidak suka.     

"Give me your ID card," Anton mempraktekan terjemahan kata yang dia dapatkan dari situs tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.