Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 468. Undangan Makan Malam (1)



V 468. Undangan Makan Malam (1)

0"Give me your ID card," Anton mempraktekan terjemahan kata yang dia dapatkan dari situs tersebut.     

Perempuan pirang itu berhenti tertawa. Dia mengerutkan bibirnya dan menuju kemobilnya untuk mengambil sesuatu.     

"This is my id card. What do you want to with this? (Ini kartu identitasku. Apa yang mau kamu lakukan dengan kartuku)?" Perempuan itu setengah berteriak bertanya.     

"Ruby Judith, usianya lima tahun diatasku tapi kelakuannya seperti anak kecil. Huh," Gumam Anton sambil menyerahkan kembali kartu identitas tersabut pada sang pemiliknya.     

"Apa kamu tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali?" Anton bertanya sambil menatap perempuan didepannya dari atas sampai bawah.     

"I can speak Indonesian ... a little." Ruby mempraktekan ibu jari dan jari telunjuk yang didekatkannya.     

"Huft, aku sudah telat. Aku sudah memfoto kartu identitasmu. Kamu harus bertanggung jawab akan kerusakan mobilku." Jawab Anton sambil pergi meninggalkan perempuan berambut pirang yang tidak tahu apa yang dikatakan pria itu.     

Ruby terdiam tidak mengerti di pinggir jalan yan sunyi. Tiba-tiba perempuan itu berlari dan menggedor kaca jendela mobil Anton yang berjalan pelan melewatinya.     

"Apalagi?" Suara Anton yang tidak sabar, menjadi semakin kesal karena perjalanannya tertunda cukup lama.     

"Aku ... aku minta tolong, antarkan aku ke rumah salah seorang keluargaku disini." Ucap Ruby terbata-bata.     

"Memangnya kamu tidak punya teman untuk menemani?" Tanya Anton dengan suara kesal. Kesal karena mobil bagian depannya hancur. Dan yang kedua, kesal karena perempuan ini menghambat waktunya.     

"Aku ... baru datang ke Indonesia. Please," Dengan sorot mata yang penuh harap, Ruby meminta belas kasihan Anton untuk setidaknya mengantarkannya ke rumah keluarga seperti yang dikatakannya.     

"Arrgggh, ya sudah naiklah. Bagaimana dengan mobilmu?" Tanya Anton lagi.     

"Tolong, panggilkan mobil derek. Aku tidak tahu nomernya." Ucap Ruby sambil tersenyum lebar.     

"Astagaaa, hari ini aku sial sekali! Bisakah ada yang lebih sial dari hari ini?" Anton bergumam sendiri sambil menggertakkan giginya.     

"Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang tidak enak badan." Ucap Ruby tanpa merasa bersalah.     

"Ini semua gara-gara kamu. Aku mengalami nasib sial berturut-turut karena kamu menabrak mobilku." Ucap Anton tanpa basa basi lagi.     

"Aku ... tidak tahu apa yang kamu katakan." Jawab Ruby sambil memasang wajah memelas. "Aku datang ke Indonesia untuk menemui seseorang. Ternyata aku menyebabkan banyak masalah. Kalau tahu begini, aku tidak akan datang kesini." Ujar Ruby sambil memilin kesepuluh jarinya diatas paha.     

Anton yang semula penuh emosi, kini malah merasa bersalah telah memarahi perempuan yang baru pertama datang ke negeri ini.     

"Huft, sudahlah. Aku mau ke kantor bosku. Kamu mau aku turunkan dimana?" Anton berkata dengan suara yang lebih lembut sekarang. Toh mobilnya masih asuransi jadi bukan masalah besar sebenarnya.     

"Aku ... boleh ikut? Aku tidak akan mengganggumu bekerja. Aku hanya ingin ... ikut denganmu." Jawab Ruby dibalas dengan tatapan tidak percaya dari pria yang mengandalkan kamus audio untuk menterjemahkan ucapan dari perempuan berambut pirang ini.     

"Kamu boleh ikut tapi jangan berbuat aneh-aneh. Aku tidak mau kamu mengacaukan acaraku hari ini." Ujar Anton dengan tatapan sengit.     

"Iya iya, lagipula acara besar apa sih yang begitu penting untukmu." Jawab Ruby dengan tatapa menyindir.     

"Huh, kamu berhutang banyak padaku, jadi jangan pernah menyindir aku." Ucap Anton. Ruby terdiam dan malas melanjutkan debatnya.     

Mobil yang dikendarai Anton pun sampai di sebuah lobi kantor yang sangat mewah dengan interior high end dan serba sosialita. Ruby berlari-lari kecil mengejar Anton dengan langkah panjangnya. Anton yang tidak peduli, terus saja berjalan cepat karena waktunya sudah banyak terbuang di jalanan.     

"Tuan Donni ada?" Tanya Anton pada salah seorang perempuan yang sepertinya berstatus sebaai seorang sekretaris.     

"Ada pak, silahkan masuk." Ucap perempuan itu. Ruby yang ingi masuk dihalangi oleh Anton dan sekretaris itu.     

"Kamu tunggu diluar saja." Ujar Anton, sambil meminta sekretaris itu untuk menyediakan air minum untuk Ruby.     

"Oh, baiklah." Ujar Ruby.     

"Tuan,"     

"Anton, sudah berapa kali aku bilang, panggil aku papah." Ucap Donny, pria yang berbulu jambang tipis dan perawakan tinggi besar dengan warna rambut dan mata yang sama-sama hitam.     

"Aku tidak enak memanggil itu kalau di kantor, pah." Ujar Anton segan. "Ada yang bisa aku lakukan, pah?" Tanya Anton pada pria yang masih eksis dan produktif di usia kepala lima tersebut.     

"Anton, kakak kamu sedang mengalami hari-hari berat menghadapi kakek tua dari kakak iparmu. Kakek dari Darren datang dan ingin mengacaukan semuanya." Ujar Donni. Donni menerima aduan ini dari istrinya, Agnes. Agnes bergosip dengan besannya yang tiada lain adalah Sara. Jadi berita tentang Robert telah sampai dari mulut ke mulut.     

"Jadi, apa yang harus aku lakukan, pah?" Ujar Anton tidak mengerti.     

"Kamu kerumah mertua Calista dan sampaikan undangan dariku untuk makan malam bersama dirumahku. Aku mengundang kedua orangtua Darren dan kakeknya, Robert untuk kerumahku." Ujar Donni.     

"Hmm, kalau ... mereka menolak, bagaimana pah?" Jawab Anton lagi.     

"Katakan, aku akan membuat saham The Anderson anjlok hingga titik terbawah." Ucap Donni. Seperti diketahui, Donni bukan hanya seorang pengusaha kelas kakap, tapi juga dia mempunyai gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Jay untuk mendukung bisnis yang dia jalankan.     

Anton menghela napasnya. "Sepertinya akan terjadi perang antar dua keluarga." Ujar Anton dalam hati.     

"Kamu sekarang kesana, aku tunggu kabar baiknya segera." Ujar Donni.     

"Siap pah," Anton keluar ruangan dipenuhi dengan latihan berbicara untuk menghadapi keluarga kakak iparnya. Dan, yang paling genting adalah, Darren memboyong istri dan kedua anaknya menjauh dari Robert dengan berlibur ke pulau Lombok selama satu minggu. Sungguh pria yang sangat menyayangi keluarganya. Ujar Anton dalam hati.     

"Kamu mau kemana lagi?" Ruby yang melihat Anton sudah keluar ruangan, langsung menghampirinya dan berjalan setengah berlari mengejar pria tersebut. "Tunggu, bisakah kamu berjalan pelan-pelan?" Ruby merasakan tumit kakinya perih karena memakai sepatu hak tinggi dan berlarian kesana kemari.     

"Huh, aku antarkan kamu ke hotel saja."     

"Untuk apa kamu mengantarkan aku ke hotel? Aku ingin bertemu kerabatku." Ujar Ruby.     

"Tapi, aku ingin membawamu ke hotel. Bagaimana ini?" Ujar Anton dengan seringai liciknya. Ruby yang mengetahui sedang di gertak Anton agar tidak menempel terus padanya itu, justru mendekatkan tubuhnya pada Anton dan merapatkan dadanya ke dada bidang pria itu. Anton terbelalak kaget dan hampir tidak percaya. Dirinya didekati seorang perempuan bule cantik dan lebih agresif pula.     

"Baiklah, aku akan dengan senang hati meenmanimu ke hotel. Kamu mau membayarku berapa jam?" Tanya Ruby.     

"A-apa? Jangan macam-macam!" Hardik Anton dan berusaha kabur masuk ke dalam lift.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.