Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 469. Seorang Psikolog



V 469. Seorang Psikolog

0"Baiklah, aku akan dengan senang hati menemanimu ke hotel. Kamu mau membayarku berapa per jam?" Tanya Ruby.     

"A-apa? Jangan macam-macam!" Hardik Anton dan berusaha kabur masuk ke dalam lift.     

"Kenapa kamu takut? Aku kan hanya mengikuti saranmu. Kita akan ke hotel bukan?" Ruby mengedipkan satu matanya ke pria yang menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Aku sedang ada tugas penting. Aku tidak bisa membawamu kesana kemari. Sudahlah, aku antarkan kamu ke kerabatmu, setelah itu aku bisa bebas tanpa diikuti oleh perempuan yang telah menabrak mobilku tapi belum bertanggung jawab." Anton menatap Ruby dengan sorot mata jengkel.     

Jengkel karena perempuan ini ternyata memahami bahasanya walaupun sedikit, jengkel karena mobilnya menjadi hancur dan butuh waktu lama untuk normal kembali, jengkel karena selalu mengikutinya sejak kecelakaan tadi.     

TING!     

Lift berhenti di lantai lainnya sebelum sampai di lantai 1.     

"Anton? Apa kabar? Lama tidak melihat kamu. Apa kamu sedang sibuk?" Seorang perempuan yang tampak sangat imut dan cantik, menyapa Anton dan berbicara padanya dengan suara manja dibuat-buat.     

"Cih!" Ruby tidak sengaja berdecih melihat pemandangan didepan matanya yang sangat menggelikan baginya. Anton dan perempuan itu spontan memalingkan wajahnya ke Ruby yang berdiri di pojokan lift.     

"Oh, maafkan aku. Jangan hiraukan aku! Aku hanya teringat dengan seorang pria pemarah yang aku temui tadi pagi. Maaf yaa ..." Sahut Ruby untuk memberikan alasan jitu.     

"Hai Ayu, maafkan aku beberapa hari ini pergi dinas luar dan baru kembali tadi pagi. Apakah kamu menungguku datang? Hehehe, " Anton menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.     

"Ih kamu bisa saja. Hari ini kamu ada waktu tidak? Sepulang kerja aku ingin mentraktirmu makan. Ini ... hmm ... gaji pertamaku soalnya." Jawab perempuan yang ternyata bernama Ayu.     

"Oh, benarkah? Wah, aku merasa tersanjung sekali bisa merasakan traktiran darimu." Jawab Anton lagi. "Tapi, aku belum tahu bisa atau tidak, karena aku sedang mendapatkan tugas dari tuan Donni." Ujar Anton dengan wajah memelas.     

"Ohh baiklah, kalau begitu beritahu aku kapan kamu bisa. Aku akan menunggu kabar darimu." Jawab Ayu dengan senyum manisnya.     

"Pasti!"     

TING!     

Pintu lift pun terbuka dan mereka bertiga keluar dari lift dengan wajah Ruby tampak datar dan kesal karena merasa diabaikan dan bagaikan obat nyamuk yang menemani sepasang pria dan wanita sedang merayu satu sama lain. Perempuan bernama Ayu pun pergi dengan melambaikan tangan pada Anton yang tersenyum senang padanya.     

"Cantik juga." Sahut Ruby. Mendadak wajah Anton berubah masam mendengar suara Ruby.     

"Cih! Apa maksudmu CIH! Apa kamu sedang meledekku?" Anton bertanya tanpa meminta jawaban. Pria itu segera berjalan cepat menuju mobilnya kembali yang diparkir tidak jauh dari depan lobi.     

"Hei tunggu, dasar pria kasar!" Ruby menggerutu karena Anton sama sekali tidak memandang dirinya.     

"Dimana alamat kerabatmu itu?" Anton bertanya pada perempuan yang sudah memasang sabuk pengaman di perutnya.     

"Hmm, aku hanya menerima alamat seperti ini. Apa kamu tahu ini dimana?" Ruby menyodorkan ponselnya agar Anton bisa membacanya sendiri. Anton langsung mengernyitkan alisnya.     

"Bukankah ini rumah mertua mbak Calista? Apa hubungan perempuan ini dengan mereka?" Gumam Anton dalam hati.     

"Kamu, apa hubungan kamu dengan pemilik rumah ini?" Tanya Anton curiga.     

"Kamu antarkan saja aku dulu. Eh siapa kamu? Kenapa kamu mau tahu urusan orang lain?" Ruby merasa kalau pertanyaan pria kasar ini terlalu pribadi dan mau tahu.     

"Ahh sudahlah, aku antarkan ya antarkan." Anton pun menghidupkan mesin mobilnya dan mereka berdua meluncur menuju satu rumah yang sama dengan kepentingan berbeda.     

"Perempuan itu sangat imut. Kamu menyukai dia?" Ruby menggoda Anton yang wajahnya langsung memerah.     

"Apa urusannya denganmu?" Jawab balik Anton dengan ketus.     

"Huh, aku tahu segala macam perempuan dengan sikapnya masing-masing. Dan, perempuan bernama Ayu itu ... hanya ingin memanfaatkanmu saja. Percayalah padaku!" Ujar Ruby penuh percaya diri.     

"Memangnya kamu bisa membaca pikiran orang? Kamu baru pertama melihatnya sudah berpikiran yang tidak-tidak." Ujar Anton sambil terus mengemudikan mobilnya yang sudah hancur dibagian depan.     

"Aku seorang psikolog jadi aku tahu karakter semua orang hanya dengan melihat wajahnya." Jawab Ruby sambil menyeringai manis pada pria kasar yang selalu marah-marah. Anton terdiam setelah menatap Ruby lekat-lekat sekali lagi.     

"Bisa jadi pendidikannya memang tinggi. Dan, aku juga tidak tahu siapa dia dan apa hubungannya dengan mertua mba Calista. Tapi, sepertinya aku akan mengetahuinya tidak lama lagi.     

Akhirnya, sampailah mereka diluar pintu gerbang yang tinggi dan luas. Seorang petugas keamanan keluar dari posnya dan menemui supir mobil tersebut.     

"Oh, mas Anton, silahkan masuk mas." Sapa seorang petugas keamanan itu dengan ramah, begitu melihat pria dibelakang kemudi adalah orang yang sudah dikenal baik keluarga ini."     

"Mas Anton?" Kini Ruby yang terhenyak kaget. Kenapa petugas itu bisa mengenal pria kasar ini? Gumamnya dalam hati.     

Anton langsung melanjutkan mobilnya diiringi tatapan curiga dari perempuan pemilik warna rambut pirang.     

"Jadi, apakah kamu sudah mengenal aku dari wajahku?" Anton menyeringai meledek melihat wajah Ruby yang masih belum sadar kenapa Anton bisa dikenal dirumah ini. Anton keluar dari mobil dan menunggu perempuan bermata biru untuk turun segera.     

"Nyonya Sara ada, bi?" Anton bertanya dengan nada penuh kelembutan. Berbeda sekali jika sedang berbicara dengannya.     

"Tuan dan nyonya sedang ada di kantornya masing-masing, mas Anton." Jawab salah seorang pelayan muda. Semua pelayan yang belum menikah dirumah ini, akan sangat senang sekali jika melihat Anton datang. Wajahmnya yang manis dengan rahang yang tegas, semua wanita pasti akan bertekuk lutut dihadapannya." Pikir Mereka.     

"Baiklah kalau begitu. Aku kesini ingin berbicara dengan seseorang." Ujar Anton.     

"Maksud mas Anton dengan tuan Robert? Kalau iya, beliau sudah menunggu sejak tadi di ruang baca." Ujar salah seorang pelayan itu.     

"Oh, baiklah. Aku akan kesana sekarang." Tanpa membuang waktu lagi, Anton segera menuju ruangan baca untuk menyampaikan amanah dari seseorang.     

"Masuklah!" Jawab seorang pria tua dengan suaranya yang sedikit gemetar karena faktor usia.     

"Kakeeeek?" Ruby yang mengekor Anton dari belakang, langsung mengendap-endap menuju meja sang kakek yang sangat dihormatinya itu.     

"Ruby? sejak kapan kamu disana? Kapan kamu datang? Kenapa kamu tidak pernah memandang pria tua satu ini." Tanya Robert tidak mau menganalisa.     

"Kakek, bukan begitu, aku baru sampai Indonesia dan sudah mengalami kecelakaan." Jawab Ruby dengan memasang wajah sendu.     

"Kecelakaan? Kamu tidak apa-apa?" Robert menghampiri Ruby dengan tenaga tuanya yang tersisa.     

"Aku tidak apa-apa, kakek." Jawab Ruby     

"Anton, apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu yang mengantarkan cucu cantikku ini?" Ujar Robert dengan tatapan mata sinis.     

"Maafkan saya, saya kesini karena ingin menyampaikan amanah dari tuan Donni."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.