Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 470. Calon Menantu Terbaik



V 470. Calon Menantu Terbaik

0"Anton, apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu yang mengantarkan cucu cantikku ini?" Ujar Robert dengan tatapan mata sinis.     

"Maafkan saya, saya kesini karena ingin menyampaikan amanah dari tuan Donni." Anton yang pernah satu kali bertemu dengan kakek buyut keponakan kembarnya itu, merasakan aura seorang Robert benar-benar seperti aura kakak iparnya yang menegangkan. Jarang berucap tapi sekali berkata langsung membuat semua orang merinding dibuatnya. Ditambah lagi, ternyata perempuan yang membuatnya hari ini sial berturut-turut adalah cucu dari orang yang sangat ditakutinya.     

"Amanah dari Donni? Ohhh, ayah dari cucu menantuku. Apa yang dia inginkan?"     

"Oh satu lagi, kakek Roberts ini bukan kakek kandungku. Aku adalah cucu dari rekan kerja kakek Roberts tapi kakek Roberts selalu menganggap aku cucu sendiri." Jawab Ruby dengan sangat ceria. Anton menyeringai tidak peduli. Dan, Ruby bisa melihat itu. Mata perempuan berambut pirang itu langsung melotot dan bibirnya mengerut.     

"Siapa yang tidak mau punya cucu cantik seperti Ruby, hehehe?" Ujar Roberts. "Oya, apa yang diinginkan Donni?"     

"Tuan Donni mengundang tuan Roberts, tuan James, dan nyonya Sara untuk kerumah tuan Donni menikmati makan malam bersama." Jawab Anton dengan punggung tegak meski hatinya sedikit ciut.     

"Oh, kenapa dia tidak sendiri yang datang mengundang kami? Kenapa harus orang lain?" Tanya Roberts lagi.     

"Ehem, karena ... tuan Donni bilang ... beliau sedang memperhatikan pergerakan saham perusahaan The Rickman apakah akan ..."     

"Katakan padanya kami akan datang! Mentang-mentang dia orangtua Calista jadi dia bisa seenaknya mengatur hidupku? Kami bertiga akan datang, tidak ber empat. Ruby akan ikut bersama kami." Jawab Roberts.     

"Aku? Kenapa aku harus ikut kesana, kek?" Ruby memiringkan dagunya tidak mengerti.     

"Karena, aku akan memperkenalkan Ruby kepada Donni sebagai calon menantu yang terbaik yang akan dimiliki sebuah keluarga." Jawab Robert dengan angkuhnya.     

"Calon menantu? Untuk keluarga mana, tuan? Karena setahu saya, anak tuan Donni cuma mba Calista dan tidak ada anak lelaki lainnya, kecuali Axel yang masih balita." Jawab Donni kebingungan. Begitupun dengan Ruby.     

"Kakek, aku tidak mengerti urusan perjodohan ini. Aku diminta datang ke negara ini untuk bertemu kakek, bukan untuk mengikuti ajang perjodohan." Ucap Ruby.     

"Sudahlah, nanti kamu akan mengerti." Jawab Roberts. "Sekarang kamu pulanglah! Kami menerima undangan ini kapanpun kalian minta." Ucap Roberts.     

"Kalau begitu, saya pamit undur diri. Terima kasih atas waktu tuan Roberts." Anton yang hendak keluar dari ruang tamu, langsung diburu oleh Ruby.     

"Kakek tunggu disini." Perempuan itu mempercepat langkahnya menuju pria yang sejak pertama mengenalnya selalu marah-marah.     

"Hai ... Anton, jangan lupa biaya perbaikan mobilmu berikan padaku secepatnya."     

"Huh, aku pastikan kamu akan membayar mahal." Jawab Anton dengan wajah datar.     

"Tidak masalah, aku bisa membayar berapapun harga yang akan kamu berikan."     

"Tentu saja, orang kaya seperti kalian bisa menghancurkan barang dan membetulkannya lagi berapapun harganya." Anton keluar dari rumah dan menuju mobil rusaknya, meninggalkann Ruby yang tiba-tiba diam dengan ekpsresi datar.     

"Apa maksudnya dia? Apa aku sengaja menabrak mobilnya lalu pamer didepan mukanya? Begitukah pikiran dia? Cih, lihat saja nanti!" Ruby menatap kepergian mobil Anton yang masih terlihat bagus dari belakang tapi hancur dari depan.     

-----     

"Darren, apa kita tidak apa-apa meningglakan perusahaan selama satu minggu penuh?" Calista yang sedang mengawasi kedua anaknya berenang di kolam renang khusus anak itu. bertanya pada sang suami yang sudah berenang sejak tadi dan sekarang sedang beristirahat di pinggir kolam. Mereka berlibur ke Lombok hanya berempat, tanpa Hera dan pelayan lainnya. Darren ingin menikmati waktu yang berkualitas bersama istri dan kedua anaknya.     

"Tenang saja, papi sudah menyetujuinya. Aku justru disuruh untuk pergi berlibur selama masih ada kakek dirumah. Aku dengar dari Anton, papah Donni sedang berusaha menghadapi kakek. Hahaha," Darren sungguh menikmati liburan tanpa dokumen. Meskipun sesekali dia selalu membuka laptop saat istri dan anak-anaknya sudah tidur.     

"Oya? Syukurlah, aku senang sekali akhirnya kita bisa belibur berempat lagi. Tahun depan kita bertambah satu personil lagi untuk dibawa berlibur." Calista terkekeh melihat perutnya yang sudah menunjukkan ciri khas wanita hamil.     

"Aku milikmu seutuhnya, sayang." Darren mendekati istrinya dan tanpa sungkan mencium bibir perempuan yang rambutnya tergelung keatas seluruhnya. Tidak hanya bibir, tapi juga pria ini lihay memainkan lidahnya didalam mulut Calista.     

"Hah hah hah, hentikan Darren. Ada anak-anak melihat." Jawab Calista malu-malu.     

"Tenang saja, mereka sedang belajar menyelam." Ucap Darren. Pria itu tanpa sungkan, meminta lagi bibir wanita hamil sambil tangannya mengusap perut buncit tempat bersemayam anak ketiga Darrren dan Calista.     

"Huh, aku ingin membawamu ke kamar. Tapi, bagaimana dengan anak-anak? Tahu begini, aku ajak Hera." Jawab Darren dengan sangat menyesal. Calista terkekeh melihat wajah sang suami yang menggelap.     

"Tapi, kamu tahu tidak?"     

"Apa?"     

"Tidak ada Hera tapi ada yang lainnya." Jawab Calista sambil tersenyum manis.     

"Siapa?" Darren mengernyitkan alisnya.     

"Ituu," Bibir Calista terarah pada kamar sebelah mereka yang sepasang suami istri sedang melambaikan tangan kearah mereka.     

"Haiii Darren,"     

Darren melebarkan matanya. Sesosok pria flamboyant dengan istri dan anaknya sedang melambaikan tangan ke arah mereka.     

"Jack dan keluarganya?" Darren bingung, sejak kapan mereka ada disini? Ini pasti bukan Cuma kebetulan semata. Gumamnya.     

"Hai Calista, kita ternyata satu hotel." Carol menyapa dengan senyum khasnya.     

"Satu hotel dan kamar berdekatan. Jangan bilang kalau ini Cuma kebetulan." Teriak Darren pada pria yang cengengesan tersebut.     

Akhirnya mereka berempat duduk bersama. Calista dan Carol bercakap-cakap seputar kehamilan Calista. Sementara topik dari Carol adalah Nathan yang betapa lucu menggemaskan. Membuat Calista berbisik pada Darren kalau anaknya ingin setampan Nathan.     

"Anak kita sudah pasti paling tampan diantara anak-anak lainnya." Jawab Darren dengan wajah masih tidak senang dengan kehadiran Jack juga keluarganya. Jack dan Carol memasang wajah pasrah mendengar betapa arogannya teman mereka satu ini.     

"Jawab dengan jujur, siapa yang menyuruh kamu menyusulku kesini!" Darren bertanya pada Jack yang menyesap jus jeruk yang dipesannya darin hotel sebagai welcome dinner.     

"Hahaha, kamu ternyata tidak bisa dikelabui. Istriku, katakan pada pria arogan ini yang sayangnya punya istri seperti Calista yang telinganya sudah pasti kebal kapalan mendengar betapa angkuhnya sang suami." Jawab Jack.     

"Ahh tidak, Darren adalah suami terbaik dan ayah yang sangat hebat. Aku tidak merasa bosan dan kebal. Semua biasa saja." Ucap Calista dengan tersenyum lebar.     

"Syukurlah kalau begitu. Kami ... kesini diminta oleh nyonya Sara untuk menemani kalian bulan madu." Jawab Carol sambil tersenyum.     

"Mommy? Untuk apa mommy meminta kalian memata-matai kami?" Kini Calista semakin tidak mengerti.     

"Bukan memata-matai, tapi memastikan liburan kalian tidak akan mengganggu janin yang ada didalam kandungan kamu." Ucap Carol dengan bibir terkatup setelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.