Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 471. Masa Percobaan Tiga Bulan



V 471. Masa Percobaan Tiga Bulan

0"Mommy? Untuk apa mommy meminta kalian memata-matai kami?" Kini Calista semakin tidak mengerti.     

"Bukan memata-matai, tapi memastikan liburan kalian tidak akan mengganggu janin yang ada didalam kandungan kamu." Ucap Carol dengan bibir terkatup setelahnya.     

"Memastikan? Cih! Apa yang harus dipastikan? Apa selama ini aku selalu membahayakan kehamilan istriku?" Darren berkata setengah berteriak.     

"Darren," Sang istri mengusap punggung tangan sang suami untuk menenangkan hatinya yang mudah terbakar emosi.     

Jack menggeleng-gelengkan kepala memahami benar sifat salah satu sahabatnya itu. Sementara Caron menyesap teh manis hangat yang sudah dihidangkan untuknya.     

"Mommy pasti khawatir sama kita. Kita harus menghargai usaha mommy." Jawab Calista lagi.     

"Huh," Darren memalingkan wajahnya. Tiba-tiba pria bermata hijau ini memiliki ide.     

"Ehem, Raja dan Ratu aku lihat sedang berenang bersama Gendhis. Aku titip mereka sebentar, okay?" Darren mengedipkan satu matanya pada Jack yang dibalas dengan seringaian jengkel.     

"Tapi Darren,"     

"Sudahlah, terima kasih sudah jauh-jauh datang mengawasi kami. Ada gunanya juga kamu disini." Sahut Darren pada Jack yang menganga tidak percaya dengan omongan pria satu ini.     

Darren menggenggam tangan Calista dan mereka menuju kamarnya kembali yang hanya terpisah beberapa langkah karena begitu keluar pintu kamar, teras mereka bertemu memanjang meskipun kolam renang tiap kamar berbeda satu dengan yang lainnya.     

Darren mengunci pintu kamar dan mulai melakukan aksinya yang ingin dilakukan sejak pertama sampai di hotel ini.     

"Darren, apa ... kita tidak merepotkan mereka?" Darren yang sudah merebahkan Calista di atas ranjang dan membuka kaos yang dipakainya, membuat Calista menelan ludahnya. Suaminya ini selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali setiap melihatnya.     

"Ssst, kita tidak bisa menemukan waktu berdua kalau tidak mengajak pengasuh untuk menjaga si kembar. Ini hukuman untuk mereka yang berani mengikuti kita kesini."     

"Tapi,"     

"Diamlah, fokus hanya pada suamimu saja saat ini. Kapan lagi kita bisa berduaan."     

"Eugghh," Darren mengecup lembut bibir wanita hamil dan melengkungkan tubuhnya karena tidak ingin menekan perut yang mulai membuncit tersebut. "Aahhhh,"     

"Kamu selalu membuatku ketagihan, sayang." Ucap Darren di leher sang istri dan menghisapnya berulang-ulang.     

"Dan, itu membuatku hamil berkali-kali." Jawab Calista dengan suara pelan dan rendahnya.     

"Kalau begitu, kita buat kesebelasan saja. Aku masih bisa menghidupimu dan anak-anak meski anak kita jumlahnya belasan atau puluhan." Jawab Darren sambil menghisap dan memainkan kuncup buah dada sang istri dengan pelan karena bentuknya yang sudah mengeras untuk mempersiapkan asi bagi anak mereka yang akan dilahirkan.     

"Hahaha, kamu jangan membuatku geli."     

"Kalau begitu, jangan banyak bicara lagi. Kita nikmati saja momen ini."     

"Uhmmmp, pelan-pelan."     

Bercinta dengan wanita hamil pernah dialami sebelumnya oleh Darren sehingga pria dominan dan impulif itu sudah tahu apa yang harus dilakukan tanpa mencelakai kandungan sang istri namun mereka bisa mencapai klimaksnya.     

-----     

"Anton, ada yang mencarimu didepan." Seorang teman kerja Anton mengetuk meja sang teman untuk memberitahukan perihal kedatangan tamunya.     

"Siapa?" Anton mendongakkan kepalanya.     

"Tidak tahu, yang pasti perempuan cantik. Aku baru melihat dia disini." Jawab sang teman. Anton mengernyitkan alisnya. Perempuan cantik mana? Tapi, tiba-tiba kepalanya seperti teringat seseorang. Pria yang dulu culun dan masih kekanakkan itu, kini berubah menjadi pria yang berkarakter.     

"Kamu lagi, sudah kuduga." Perempuan yang datang adalah Ruby. Si pirang cantik duduk di ruang tunggu tamu dan mendapat perhatian dari beberapa karyawan yang lewat. Wajah Ruby yang asli Eropa dengan mata biru dan kulit putih mulusnya itu membuat semua mata lelaki tidak lepas darinya.     

"Hai, bagaimana? Sudah ada tagihannya? Aku sudah menunggu 3 hari ini masih tidak ada kabar." Jawab Ruby dengan senyum cerianya. Dan, Anton terpana dengan senyum dan wajah cantik Ruby. Untuk beberapa detik, adik dari Calista itu melamun menatap perempuan dihadapannya. "Hai, kenapa kamu bengong? Ada yang salah dengan wajahku?" Ruby memegang kedua pipinya dan mencari cermin di pintu terdekat untuk mematut dirinya. "Ahhh make up ku tidak berantakan." Ujar si pirang itu lagi.     

"Memang tidak. Sudahlah. Oya, mobilnya tidak usah diganti biaya servicenya. Beruntung mobil itu masih masuk asuransi." Jawab Anton. "Dan, kamu tidak perlu lagi datang menemuiku. Kamu jangan lupa kalau kamu itu calon menantu yang akan menikah segera. Jadi, tidak pantas kalau kamu menemui seorang pria." Jawab Anton lagi setelah memutar tubuhnya.     

"Menikah? Aku datang ke negara ini bukan untuk menikah." Jawab Ruby dengan suara tertahan.     

"Tapi kenyataannya demikian. Aku sibuk." Anton meninggalkan Ruby yang diam menahan kesal didada.     

"Kenapa lelaki itu selalu marah-marah dan tidak pernah berkata lembut padaku? Cih! Memangnya dia siapa? Dia hanya karyawan di perusahaan ini. Well, syukurlah kalau aku tidak usah mengganti rugi. Uangku selamat, hehe," Ruby meninggalkan kantor Donni Rickman dengan suasana hati yang lebih ringan.     

"Dasar perempuan aneh," Gumam Anton sambil membuka kembali laptopnya.     

"Siapa dia, ton? Pacar baru kamu? Cantik sekali. Dia punya teman yang masih single tidak ya?" Salah seorang teman Anton datang dan menggoda pria yang belum juga mulai kerja lagi.     

"Aku tidak tahu. Dan, dia, bukan pacar aku. okay?" Jawab Anton kembali, dengan senyuman sinisnya.     

"Benarkah? Wah kalau begitu, aku boleh pendekatan yaa ke dia. Aku dengar dia salah satu karyawan baru yang akan ditugaskan oleh tuan Donni."     

"APA?" Anton berteriak tidak percaya sampai berdiri dari kursinya.     

Dua hari yang lalu ...     

"Nona Ruby, apa yang membuatmu datang ke kantor ini?" Donni yang baru selesai dari rapatnya, menerima tamu seorang perempuan muda berambut pirang yang seusia dengan anaknya, Calista.     

"Tuan Donni Rickman, ijinkan saya bekerja di kantor Anda minimal tiga bulan saja." Jawab Ruby penuh percaya diri.     

"Huh, hahaha, atas dasar apa kamu yang seorang cucu dari keluarga terpandang di London, mau menjadi karyawan saya?" Ucap Donni sambil melipat kedua tangannya.     

"Atas dasar saya mampu untuk melakukannya." Ucap Ruby balik penuh percaya diri.     

"Tapi, yang aku tahu kamu itu seorang psikolog. Apa yang bisa seorang psikolog lakukan di kantor?" Tanya Donni.     

"Anda tidak salah. Aku memang seorang psikolog, tapi aku juga lulusan S2 jurusan ekonomi. Aku ambil dua jurusan dalam sekali waktu saat aku kuliah di luar. Dan, itu bukanlah hal yang aneh." Jawab Ruby lagi.     

Donni terdiam, tidak mungki dia mempekerjakan seseorang hanya berdasarkan kepercayaan diri dan ijazahnya saja. Apalagi, dia adalah seorang perempuan yang akan dijadikan istri kedua Darren jika anaknya tidak mau menceraikan suaminya. Donni sudah tahu maksud dari Roberts sejak dia datang ke Indonesia. Donni juga haru tahu kemampuan seseorang sebelum menyewa dan menggajinya.     

"Aku tidak tahu apakah ini lelucon atau bagaimana, tapi kalau kamu mau menjalani masa percobaan tiga bulan, maka aku tidak alasan untuk menolakmu." Jawab Donni.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.