Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 472. Menggoda Pria Muda



V 472. Menggoda Pria Muda

0"Aku tidak tahu apakah ini lelucon atau bagaimana, tapi kalau kamu mau menjalani masa percobaan tiga bulan, maka aku tidak alasan untuk menolakmu." Jawab Donni.     

"Baiklah, aku terima masa percobaan ini. Kalau begitu, kapan aku bisa mulai bekerja?" Ruby menjawa dengan penuh semangat.     

"Aku harus memastikan posisi untukmu sudah tersedia dengan benar. Oya, katakan pada kakekmu kalau undangan makan malam dariku akan dilakukan malam ini. Maafkan aku kalau semua serba mendadak karena lusa aku harus segera pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis." Ujar Donni.     

"Siap pak, aku akan memberitahukan kakek Roberts dan saat makan malam ini aku harap aku bisa mendapatkan kejelasan kapan aku bisa mulai bekerja." Jawab Ruby dengan mata berbinar-binar penuh semanta.     

"Baiklah, kamu bisa pergi sekarang. Aku masih banyak pekerjaan."     

"Oh baiklah, terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Aku pamit dulu." Ruby keluar dari ruangan Donni dengan wajah penuh harapan membumbung tinggi akan pengalaman baru bekerja di negara orang dan tentu saja ... bisa lebih dekat dengan si pria kasar. Gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.     

"Hei, sedang apa kamu disini?" Anton bertemu lagi dengan Ruby di pintu keluar lift. Ruby yang biasanya senang menempel pada Anton, kini pura-pura tidak mengenal dan tidak peduli.     

"Maaf, Anda siapa ya? Jangan sok akrab." Jawab Ruby. "Bagaimana bahasa Indonesiaku? Apakah lebih baik sekarang? Fuhh," Bisik Ruby di telinga Anton sambil meniup telinganya dengan lembut. Kulit Anton mendadak merinding mendapati telinganya ditiup seorang perempuan untuk pertama kalinya.     

"Dasar perempuan sembarangan!" Anton mengusap telinganya dengan tangannya. Ruby malah tampak menikmati respond yang diberikan Anton.     

"Kita akan sering bertemu nanti. Jadi bersiaplah untuk selalu melihat perempuan cantik ini sepuasnya. Bye," Ruby melambaikan tangannya pada pria yang mengernyitkan dahinya.     

"Apa maksud perempuan gila itu?" Gumam Anton dalam hati.     

"Anton,"     

"Eh Ayu, iya ada apa?" Ayu, perempuan yang ditaksirnya kini lebih sering muncul di hadapannya. Anton merasa kalau ini adalah jodoh karena sepertinya Tuhan sedang mendekatkan dia pada perempuan yang dicintainya.     

"Nanti malam ada acara, tidak? Aku mau mengajak kamu makan malam." Ayu menggigit bibirnya malu-malu sambil menundukkan wajahnya.     

-----     

Anton mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ajakan yang ditunggu-tunggunya sejak lama dari perempuan yang disukainya harus terkubur dalam-dalam karena malam ini papah Donni mengundang dirinya untuk menemani tamu yang akan makan malam dirumahnya sebentar lagi. Tante Agnes sudah mempersiapkan rumah lebih rapih dari biasanya.     

"Anton, nanti kamu tolong antarkan tamu kita langsung ke ruang makan ya. Mamah mau lihat Axel dulu." Agnes tampil sangat cantik dan anggun malam ini. tidak tampak usianya yang sudah hampir mendekati kepala lima.     

"Baik mah," Anton yang tidak tahu siapa tamunya, hanya bisa menggeram kesal karena acara kencannya malam ini batal. Tidak berapa lama, muncullah dua mobil hitam yang datang beriringan. Anton segera keluar pintu dan menyambut rombongan tamu tersebut. Betapa terkejutnya dia karena yang datang adalah tuan James dan nyonya Sara, beserta kakek Roberts dan ... Ruby? Anton melebarkan matanya.     

Hanya dengan sekali lihat, dia tahu kalau perempuan cantik dengan rambut pirang disanggul bun sehingga menampakkan leher putihnya yang jenjang dengan warna matanya yang biru sedalam lautan itu berhasil menghipnotisnya hingga mulutnya terbuka menganga tanpa dia sadari.     

"Anton ... Anton ... ANTON!"     

"Iya iya!" Anton kaget bukan main dipanggil oleh tuan James dengan suara kencang. Susah payah dia menelan saliva berharap tidak ada yang melihat dirinya berbuat konyol dan salah tingkah.     

"Kamu kenapa melamun begitu? Tuan Donni dan nyonya Agnes ada didalam?" Ucap James mengulangi kalimatnya.     

"A-ada tuan, silahkan masuk. Maaf ..." Anton segera berjalan cepat mendahului para tamu untuk membuka pintu dan mempersilahkan rombongan tersebut untuk masuk.     

Ruby terkekeh melihat Anton yang salah tingkah. Berjalan melewati pria yang lebih muda lima tahun darinya itu, Ruby berbisik lagi-lagi di telinga Anton.     

"Jangan gugup, tenang saja. Kita akan lebih sering bertemu nanti. Fuhhh," Ruby menghembuskan udara tipis lagi-lagi menggoda Anton sambil terkekeh. GULP! Anton menelan saliva susah payah.     

"Kurang ajar! Dua kali hari ini dia sengaja menggodaku. Awas saja!" Ucap Anton sambil mengepalkan tangannya.     

"Selamat datang di rumah kami yang sangat sederhana ini. Aku minta maaf karena undangannya mendadak. Lusa aku harus ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Sebelum kita mulai mendiskusikan sesuatu, bagaimana kalau kita langsung makan malam saja?" Donni dan Agnes menyambut besan mereka dengan ramah. Sara dan Agnes langsung terlibat obrolan seru karena mereka memang mudah bergaul dan sudah mengenal satu sama lain sebelum menjadi besan. Donni dan James pun saling berbicara layaknya teman lama. Hanya Roberts yang berjalan beriringan bersama Ruby. Semua sudah menempati kursinya masing-masing.     

"Mohon maaf, selama waktu makan, kita tidak membicarakan topik utama dan yang berat-berat ya. Aku tidak ingin lambungku menjerit ketika mendengar kalimat sakti yang membuat nafsu makanku hilang." Ucap Donni. Semua mengangguk setuju dan bahkan tertawa kecil mendengarnya. Memanglah waktu makan bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu.     

Suasana makan pun berjalan penuh keakraban. Sara dan Agnes saling melemparkan candaan sehingga menimbulkan suasana lebih santai. Donni dann James ikut menambah-nambahi agar tidak terkesan kaku. Hanya Roberts yang mengangguk-angguk dan sesekali menjawab jika ditanya. Anton melirik diam-diam perempuan cantik yang duduk didepannya. Ruby tampak sangat cantik dan tidak terlihat lebih tua lima tahun diatasnya. Bahkan jika dibandingkan dengan Ayu, Ruby terlihat jauh lebih muda dan lebih cantik.     

Setelah setengah jam lebih akhirnya waktu makan pun selesai dan semua orang menuju ruangan baca milik Donni untuk membicarakan hal serius.     

"Kita langsung saja pada topik utama malam ini." Ucap Roberts yang tidak sabar untuk membuka percakapan sejak tadi.     

"Hmm, baiklah. Sepertinya tuan Roberts sudah tidak sabar." Ucap Donni dengan senyum penuh arti.     

"Semua orang sudah tahu kalau kedatangan kami kesini adalah untuk meminta bantuan kamu sebagai orangtua dari Calista, untuk melepaskan Calista dari cucu saya, Darren agar dia bisa menikah dengan Ruby."     

"APA?" Baik Ruby maupun Anton terkejut hingga tidak sadar berteriak cukup kencang. Sara dan Agnes memijat dahinya yang tidak pusing. James mematahkan lehernya ke kanan dan ke kiri.     

"Pertunjukkan dimulai," Gumamnya dalam hati.     

"AKU TIDAK SETUJU! Kakek, apa-apaan ini? Aku tidak akan menikah dengan Darren!" Ruby langsung berdiri dan menolak keputusan sepihak tersebut.     

BRAK!     

"Ruby, ini bukan kamu yang memutuskan, tapi aku dan kakek kamu sudah sepakat sejak kalian masih kecil. Inilah perjodohan sebenarnya, bukan perjodohan yang dilatar belakangi uang." Ucap Roberts sambil menghentakkan tongkatnya ke atas lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.