Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 473. Marry Me, Please



V 473. Marry Me, Please

0BRAK!     

"Ruby, ini bukan kamu yang memutuskan, tapi aku dan kakek kamu sudah sepakat sejak kalian masih kecil. Inilah perjodohan sebenarnya, bukan perjodohan yang dilatar belakangi uang." Ucap Roberts sambil menghentakkan tongkatnya ke atas lantai.     

"Aku akan bilang ke kakek kalau aku tidak akan mau menerima perjodohan aneh ini. Aku menganggap Darren hanya teman. Kami tidak ada hubungan lebih selain itu." Jawab Ruby tidak mau kalah mendebat pria tua itu.     

Semua orang diam menyaksikan pertarungan lisan yang cukup sengit itu. Dalam hati kecil semua orang, mendukung Ruby dengan segala keberaniannya menentang Roberts. Bahkan James saja tidak berani berteriak pada orangtua itu.     

"Kakek Roberts, aku pikir aku datang kesini hanya karena ingin bertemu biasa saja. Ternyata, membicarakan hal yang tidak menarik sama sekali." Jawab Ruby dengan bibir menyeringai sinis.     

"Tidak menarik? Lalu apa yang menarik menurutmu?" Jawab Roberts setelah menghela napasnya dalam-dalam.     

"Aku mau menikah ... asalkan dengan lelaki lain." Jawab Ruby dengan senyum liciknya. Anton melebarkan matanya mendengar ucapan Ruby.     

"Perempuan ini benar-benar sesuatu. Dia bisa mengatakan apa yang dia ingin katakan." Gumam Anton dalam hati.     

"Ruby, tidak semua orang bisa menikah denganmu. Kamu tahu itu!" jawab Roberts.     

"Kalau begitu, aku tidak akan menikah selamanya." Jawab Ruby kembali. Perempuan itu merebahkan bokongnya di atas sofa yang semula dia duduki dengan kedua tangan terlipat didepan dada.     

"Ruby, sebaiknya kita bicarakan itu nanti dirumah. Sekarang bukan waktunya yang tepat membicarakan pernikahan kamu." Ucap Sara. Hatinya sudah tenang dan lega sekarang karena Ruby sendiri menentang perjodohannya dengan Darren.     

"Tidak tante, justru saat ini adalah waktu yang baik." Ucap Ruby sambil memegang kedua pipinya dengan kedua tangannya.     

Semua orang mengernyitkan alis. Sungguh, perempuan ini sulit untuk ditebak. Entah apa yang ingin dilakukannya lagi kali ini.     

"Kenapa harus saat ini?" Tanya Sara keheranan.     

"Karena ..." Ruby berdiri dan berjalan ke arah seseorang. "Aku hanya ingin menikah ... dengan pria ini." Perempuan berambut pirang itu berdiri tepat dihadapan Anton yang sedang duduk dengan mulut menganga tidak percaya, dan menunjuk tepat di wajahnya.     

"Uhuk uhuk," Minuman yang masih berada di tenggorokan Anton membuat pria itu tersedak karena kaget bukan main. Sudah pasti semua orang sama terkejutnya. Sara dan Agnes menganga lebar mulutnya tidak percaya. Donni dan James lagi-lagi memijat dahinya merasakan sepertinya usia mereka berkurang sepuluh tahun ke belakang. Roberts mengeraskan rahangnya tidak percaya.     

Anton berdiri berhadapan dengan perempuan yang tingginya hanya sebatas bahu kekarnya.     

"Apa kamu sudah cukup main-mainnya?" Entah mengapa, setiap melihat perempuan ini, Anton selalu merasa darahnya naik dan ingin memakinya.     

"Aku tidak main-main, aku serius. Kamu belum punya pacar kan? Jadi, kenapa kita tidak menikah saja?" Ruby mengerlingkan satu matanya menggoda pria yang selalu marah-marah ini.     

"Gila!" Anton melangkah keluar ruangan meninggalkan semua orang. Ruby mengejarnya berusaha menarik tangan pria asli Jogja itu.     

Namun, malang menghampiri dirinya lagi-lagi, kakinya menginjak rok yang dipakainya sehingga tubuhnya oleng dan terjatuh ke depan, kalau saja tidak ada Anton yang menangkapnya. Dan, mereka pun terjatuh diatas karpet ruangan kerja dengan tubuh Anton berada dibawahnya, menyangga tubuh Ruby yang ada diatasnya. Semua orang berteriak memanggil nama Ruby.     

"Owhhh, hei bangunlah." Anton meminta Ruby untuk berdiri namun perempuan bule itu meringis.     

"Kakiku sakit. Mungkin keseleo. Hiks ..." Anton melebarkan matanya. Wajah Ruby yang memelas sedih, spontan membuat Anton tidak tega untuk memarahinya lagi. Lelaki Jogja itu pun mengangkat tubuh Ruby dan menggendongnya sampai ke atas sofa.     

"Mana yang sakit?" Anton membuka sepatu Ruby dan mencoba untuk memijat kakinya.     

"Ehem, sepertinya istriku sudah menyiapkan puding buah yang segar. Bagaimana kalau kita mencicipinya?" Donni mengajak James dan semua orang pun setuju untuk keluar dan memberikan waktu pada dua anak muda yang belum terikat apa-apa ini. Kecuali Roberts yang tidak rela melihat pemandangan sepasang anak muda beda benua tersebut.     

"Ruby, sebentar lagi kita pulang. Kamu jangan lama-lama." Roberts menatap Anton yang tidak melihat dirinya.     

"Sssshhh, sakit sekali. Jangan diremas." Ruby menggigit bibirnya menahan sakit akibat terjatuh.     

"Huh, tidak bisakah kamu berhati-hati? Selalu saja mencelakakan diri sendiri." Ujar Anton sambil ngomel-ngomel meskipun tangannya tetap memijat tumit mulus yang keseleo.     

"Dan kamu, tidak bisakah kamu tidak marah-marah setiap bertemu aku? Apa wajahku terlalu menjijikan sehingga kamu selalu marah-marah jika melihatku? Cih!" Ruby memalingkan wajahnya ke samping.     

Anton tiba-tiba teringat sesuatu.     

"Oh iya, aku melupakan sesuatu yang penting. Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan ingin menikah denganku? Kalau ini cara kamu menghindar dari perjodohan, sebaiknya cari lelaki lain untuk dijadikan tumbal." Jawab Anton.     

"Tum-bal, apa itu tumbal?" Ruby mengerutkan bibirnya.     

"Tumbal itu korban. Kamu mau menjadikan aku korban agar kamu tidak mau dinikahi dengan lelaki lain kan? Aku katakan, kamu jangan bermimpi! Aku bukan pengusaha ataupun CEO yang akan membuat kamu menjadi bangga. Aku hanya ...Umhhpp,"     

Ruby menarik tangan Anton dan menciumnya sambil berjingkat dengan kedua tangannya di lingkarkan ke leher Anton.     

"What the ..." Gumam Anton dalam hati. Namun, Anton tidak bisa menolaknya. Pria itu justru merangkul pinggang Ruby dan menarik tengkuknya sehingga ciuman mereka bertambah intens. Bahkan Anton berani melesakkan lidahnya ke dalam mulut Ruby yang terbuka menyambut sang Arjuna untuk memagut lidah mereka bersama.     

"Hah hah hah,"Anton melepaskan ciuman yang diawali oleh Ruby, untuk memberi waktu Ruby bernapas.     

"Apa yang kamu lakukan?" Bisik Anton di depan wajahh Ruby.     

"Marry me, please!" Sorot mata Ruby yang teduh dan sendu membuat Anton tidak bisa lagi marah-marah dan menolak.     

"Apa? Apa kamu sudah ..."     

"Gila! Ya aku gila! Mungkin aku memang sudah gila! Aku ... menyukaimu sejak pertama kita bertemu." Jawab Ruby tanpa malu-malu.     

-----     

"APA? Ini gila!" Calista menjerit tertahan mendengar laporan dari Agnes, mamahnya perihal Anton yang dilamar Ruby di hadapan keluarga semalam.     

"Kalau kamu ikut hadir semalam, kamu juga pasti akan bingung dan tidak tahu harus menjawab apa." Ucap Agnes sambil terkekeh. "Oya, bagaimana liburanmu? Menyenangkan? Apa kabar cucu mamah? Mamah dan Axel kangen mau bermain bersama Raja dan Ratu." Ucap Agnes mnegubah topik pembicaraan.     

"Kami bersenang-senang disini mah, mamah juga baik-baik saja kan?" Tanya balik Calista.     

"Tentu saja, kami semua baik-baik saja." Jawab Agnes. "Selamat bersenang-senang. Jangan lupa jaga kesehatan dan kehamilan kamu ya sayang. Mamah senang kalau kamu senang." Ucap Agnes sebelum mereka berdua mengakhiri percakapan via telpon.     

"Siapa sayang?" Darren yang baru datang dari kamar mandi, langsung duduk diatas kasur disamping sang istri yang selesai menelepon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.