Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 474. Manager Baru



V 474. Manager Baru

0"Siapa sayang?" Darren yang baru datang dari kamar mandi, langsung duduk diatas kasur disamping sang istri yang selesai menelepon.     

"Kamu pasti tidak akan percaya,"     

"Coba saja,"     

"Tadi mamah telepon dan mengatakan kalau Ruby melamar Anton didepan semua orang." Calista melebarkan mulutnya masih tidak percaya dengan berita yang didengar dari mamahnya.     

"Aku tahu." Jawab Darren dengan santai. Pria itu merebahkan punggungnya diatas kasur dengan kedua kaki tetap menginjak karpet kamar.     

"Kamu tahu darimana? Mommy?" Siapa lagi yang akan girang bukan main mengabarkan berita seperti ini kalau bukan para orangtua.     

"Yep, mommy mengatakannya dengan berapi-api. Sampai aku merasa telingaku akan tuli jadinya." Jawab Darren. Calista terkekeh mendengar suaminya mengeluhka sifat mommy yang kadang terlalu semangat sehingga lupa kalau lawan bicaranya adalah beruang kutub yang tidak mudah tersenyum.     

"Darren, menurutmu Ruby itu seperti apa?" Calista ingin tahu lebih jauh mengenai perempuan yang dengan hebatnya melamar pria.     

"Dia itu perempuan yang penuh spontanitas. Kalau dia ingin marah, dia akan marah. Kalau dia ingin tertawa, dia akan membuat semua orang sakit telinganya mendengar suaranya, kalau dia ingin menangis, siapapun tidak akan bisa tahan dengan mata merah dan sendunya. Lewis pernah bertemu dengannya sekali dan dia langsung tidak mau bertemu dengan Ruby lagi."     

"Kenapa?"     

"Karena ... Ruby bilang, Lewis itu seperti patung Winston Churcill yang tinggi besar dan gagah tapi tidak bisa bersuara." Jawab Darren sambil mengenang masa itu.     

"Apa? Hahaha, yang benar saja disamakan dengan patung. Lagipula yang namanya patung ya tidak bisa berbicara." Ujar Calista sambil terkekeh. "Aku tidak sabar untuk memberitahukan Likha cerita ini. Hehehe," Calista hendak menekan nomor Likha namun Darren segera mengambilnya.     

"Jangan membuat keadaan meruncing, sayang. Kamu tidak ingin teman kamu itu cemburu dan marah-marah ke suaminya kan? Aku juga tidak ingin Lewis menerorku karena istrinya marah-marah mendengar cerita ini." Jawab Darren dengan wajah serius.     

"Darren, tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku tahu Likha yang sekarang tidak akan seperti Likha yang dulu. Lagipula Likha bukanlah perempuan yang mudah cemburu. Dia sudah terlatih dengan karakter Lewis di masa lalu yang ... playboy." Ucap Calista dengan suara menyindir.     

"Sayang, aku tidak mau tanggung jawab kalau tiba-tiba Lewis dan Likha bertengkar karena cerita yang kamu sampaikan." Jawab Darren. Pria itu keluar kamar untuk mencari kedua anaknya yang dititipkan pada Jack.     

"Cih, aku jadi tidak tega kan kalau begini. Huh, Darren bisa banget membuatku merasa serba salah sebelum kejadian." Calista pun membatalkan niatnya menelepon Likha. Perempuan hamil itu justru kembali merebahkan dirinya dan memejamkan mata karena sangat mengantuk.     

"Terima kasih mau menjaga si kembar." Ucap Darren pada Jack dan Carol yang sedang mengawasi empat anak bermain bersama di atas karpet dengan mainan terbaru yang dibawa Gendhis dari Jakarta.     

"Tidak masalah, Gendhis dan Nathan jadi punya teman juga." Ujar Carol.     

"Dimana istrimu? Kenapa ditinggalkan sendirian?" Jack kini yang bertanya.     

"Dia sedang bermain api dengan Likha dan Lewis." Jawab Darren. Tanpa dia ketahui sebenarnya Calista tidak jadi menelepon Likha.     

"Memangnya kenapa? Bermain api apa maksudnya?" Carol dan Jack saling bertukar pandangan.     

"Kamu ingat, Jack, si pirang yang pernah bermain dengan kita sebentar saja, Ruby." Darren mengingatkan masa lalunya dengan pria tersebut.     

"Ruby? Ahhh tentu saja, perempuan yang membuat Lewis pulang kembali ke Italia dalam waktu satu hari? Hahaha," Suara Jack menggema membuat ke empat anak kecil melihat semua ke arah pria tersebut. Carol masih tidak mengerti maksud dari pembicaraan dua pria ini.     

"Maksudnya apa sih?"     

"Sayang, Ruby pernah menyebut Lewis patung Winston Churcill hanya karena daddynya Leon itu terlalu pendiam dan seperti patung tidak ekspresif sama sekali. Hahaha, kamu mengingatkanku dengan peristiwa yang sudah lama sekali. Memangnya ada apa dengan si pirang itu?" Jack balik bertanya.     

"Mommy bilang, dia melamar Anton, adiknya Calista untuk dijadikan suaminya." Jawab Darren santai.     

"APA?" Jack dan Carol lagi-lagi membuat ke empat bocah yang sedang asyik bermain langsung menatap heran dua orang dewasa yang sedang berteriak.     

"Kalian berisik sekali, astaga! Untung saja aku tidak duduk dekat kalian." Darren menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Ruby melamar Anton? Luar biasa!" Jack bertepuk tangan mengungkapkan kesalutannya. "Aku tahu dari dulu dia memang perempuan yang sebra terus terang dan selalu berani untuk mengungkapkan perasaannya lebih dulu." Jawab Jack. Carol tidak berkata apapun. Ibu dari Gendhis dan Nathan itu hanya menyimak obrolan para pria, sambil mengawasi empat bocah yang bermain di depan mereka.     

"Semoga Anton tidak kabur di kejar-kejar perempuan seperti dia." Ujar Darren lagi.     

"Memangnya, Ruby itu perempuan seperti apa?" Carol benar-benar penasaran ingin tahu.     

"Dia perempuan cukup baik sebenarnya. Hanya saja kalau dia sudah punya keinginan, siapapun tidak akan bisa menghalanginya." Jawab Darren.     

"Meskipun jarak usia tidak menjadi penghalang, tapi kebudayaan dan kebiasaan mereka bertolak belakang jauh." Jawab Jack lagi. Darren mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan salah satu teman baiknya itu.     

-----     

"Selamat pagi semua, hari ini di rapat kali ini, saya ingin memperkenalkan seorang karyawan baru yang akan langsung menempati posisi yang telah kosong selama satu minggu ini, yaitu posisi Manager Perencanaan dan Pembangunan. Silahkan masuk," Jay yang ditugaskan Donni untuk memperkenalkan Ruby pada para karyawan lainnya itu, mempersilahkan perempuan berambut pirang itu untuk masuk kedalam ruangan rapat.     

Spontan semua terpana dengan kedatangan seorang perempuan cantik dengan rambut pirang dan mata birunya. Perempuan yang tidak terlihat bule sama sekali seperti orang Eropa pada umumnya. Hanya warna rambut dan warna mata yang membedakannya dengan yang lain.     

"Selamat pagi, salam kenal. Nama saya Ruby Judith. Saya yang akan menggantikan manager lama. Mohon bantuan rekan-rekan semuanya." Ruby yang menggerai rambut ikalnya, tampak semakin cantik dengan sikapnya yang anggun dan selalu menebar senyuman ke semua orang. Ada satu pria yang melongo dan mengernyitkan alisnya.     

"Apa ini yang dia bilang akan sering-sering bertemu denganku? Apa maksud tuan Donni mengangkatnya menjadi manager?" Anton, pria yang menjabat sebagai Wakil Manager Perencanaan dan Pembangunan itu terdiam dan memejamkan matanya. Berusaha menetralisir darahnya yang mudah naik jika dekat dengan perempuan pirang ini.     

"Ruby, kamu akan bekerja bersama dengan Anton karena dia adalah wakil yang akan selalu membantu semua pekerjaanmu. Bukan begitu, Anton?" Jay berkata dengan senyum menyeringai. Jay tahu dari cerita bosnya, Donni, kalau manager baru ini sempat melamar Anton di acara makan malam bersama.     

"Sungguh seorang perempuan yang sangat berani dan punya inisiatif langsung." Pikir Jay yang langsung tahu maksud dari bosnya, menempatkan Ruby sebagai bos dari Anton.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.