Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 476. Dalam Gerakan Melingkar



V 476. Dalam Gerakan Melingkar

0"Huft," Darren mendesah. Pria ini tidak kuat ngambek lama-lama dihadapan istrinya. Wajah ayu dan kelembutannya membuat Darren menyerah untuk menahan kesal lebih lama. Pria itu pun menarik kedua tangan sang istri dengan lembut setelah dia menegakkan tubuhnya. Kedua tangan Calista dilingkarkan ke lehernya.     

"Kamu mau tahu?" Tanya Darren. Calista menganggukkan kepalanya. Senyum terbit di bibirnya karena sang suami kini sudah mencair hatinya.     

"Karena aku tidak mau kamu termakan omongan tidak sedap tentang aku dan perempuan itu selama disana. Cukup Grace dan Britney yang sempat merusak hidup kita dan membuat kita terpisah. Aku tidak ingin ada perempuan lain yang hadir di tengah keluarga kita dan menghancurkan semuanya lagi. Aku takut kejadian lima tahun yang lalu terulang lagi. Dan, itu saat kehamilanmu juga." Jawab Darren. Pria itu menempelkan dahinya ke dahi sang istri yang tingginya tidak lebih dari bahunya.     

Calista tersenyum dan memeluk erat leher sang suami seperti akan bergantungan disana.     

"Semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku. Feelingku mengatakan kalau Ruby itu perempuan yang baik. Hanya saja, yang aku khawatirkan adalah Anton. Dia lelaki yang tidak mudah bergaul dengan perempuan. Dan, dia lelaki yang sedikit meledak-ledak emosinya. Aku khawatir kalau Anton bertemu dengan Ruby yang agresif ... entahlah, hehehe," Calista menyeringai lebar.     

"Sudahlah, untuk apa memikirkan yang tidak penting. Mereka sudah dewasa. Biarkan mereka mengurus dirinya masing-masing. Besok akhir pekan, kamu ada rencana?" Darren menarik kepala sang istri dan mengecup ubun-ubunnya. Pria itu mengajak sang istri keluar dari dressing room dan berjalan menuju ruangan tidurnya.     

"Aku masih lelah kalau harus bepergian lagi. Kalau kamu sama anak-anak mau jalan-jalan, silahkan saja. Aku tidak ikut." Jawab Calista sambil duduk perlahan di tepi ranjang.     

"Aku mau kerumah Dave. Andrew akan kesana, sekaligus aku ingin menanyakan sesuatu pada dia diluar jam kantor." Jawab Darren.     

"Kerumah Dave? Ahhh aku ikut. Kalau kerumah Dian aku tidak keberatan. Toh disana aku akan lebih sering duduk." Jawab Calista dengan mata berbinar-binar penuh semangat.     

"Hmm, kita berangkat agak siangan. Aku akan beritahu Dave perihal kedatangan kita besok." Jawab Darren.     

"Okay." Calista memberikan kode dengan ibu jari dan jari telunjuk dalam gerakan melingkar sementara ke tiga jari lainnya berdiri tegak.     

-----     

"Anton, ditunggu Ayu di lantai 1. Perempuan itu tampaknya makin sering kemari. Kalian sudah jadian ya?" Ucap salah seorang teman Anton yang menyampaikan amanah dari Ayu, perempuan yang sudah lama diincar Anton namun pria itu hanya bisa memandangnya dari jauh. Bahkan, ketika dirinya harus kalah cepat dengan rekan kerjanya yang lain karena lebih dulu menyatakan cintanya pada Ayu, Anton hanya bisa jadi pemerhati yang menggunakan hati dengan sepenuh hati.     

"Hush, kamu jangan menebar gosip. Sebentar lagi aku turun." Ucap Anton dengan wajah malu-malu dibalik kaca mata minusnya.     

"Hahaha, kamu bukan anak kecil lagi. Santai saja, bro!" Teman Anton itu pun berlalu meninggalkan Anton yang tersenyum-senyum sendiri.     

"Wah, ada yang mau kencan ini?" Suara dari belakang yang tiba-tiba membuat Anton melebarkan matanya. Tidak salah lagi, pastilah perempuan bule yang selalu mau tahu apa yang dia lakukan. Anton berdiri dan menghadapkan tubuhnya pada Ruby yang berjarak kurang dari dua meter itu.     

"Ini sudah jam makan siang. Saya permisi dulu." Anton melewati Ruby dengan senyum penuh kemenangan. Senyuman kegembiraan karena akhirnya dia bisa memiliki waktu berdua dengan perempuan yang sudah lama diincarnya sejak pertama kali bekerja di kantor papah Donni.     

"Kamu lupa satu hal!" Ucapan Ruby menghentikan langkah Anton yang belum jauh.     

"Apa yang aku lupakan?"     

"Kamu lupa kalau aku ... sudah melamar kamu." Ruby mengucapkan tiga kalimat terakhir dengan suara rendah. Anton mengeraskan rahangnya dan berkata.     

"Tolonglah, lebih punya malu sedikit. Kamu itu perempuan tapi bisa-bisanya sangat agresif dan tidak tahu malu! Huh!" Anton hendak meninggalkan Ruby dan berjalan menuju lift.     

"Beraninya kamu berkata begitu pada bosmu sendiri?" Ruby mengeratkan gigi menahan ucapan yang keluar dari mulutnya. Anton melambaikan tangan tanpa memutar tubuhnya.     

"Huh, awas ya!" Ruby mengibaskan rambut ikalnya yang tergerai dan kembali ke ruangannya. Perempuan itu juga lapar tapi tidak tahu harus makan siang dimana karena dia tidak punya teman di kantor ini. Namun, tiba-tiba pintunya diketuk dari luar.     

Tok tok tok!     

"Masuk," Meskipun Ruby tidak tahu siapa yang mengetuk pintu, perempuan itu mengira pastilah urusan sangat penting sehingga datang pada jam makan siang seperti ini.     

"Nona Ruby, tuan Donni meminta anda ikut dengannya makan siang." Ternyata Jay yang mengetuk pintunya.     

"Oh baiklah, kebetulan aku juga sangat lapar. Dari pagi dokumen dan email tidak ada hentinya berdatangan." Ruby mengambil tas kecilnya yang berisi dompet dan ponsel lalu perempuan cantik itu pun mengikuti Jay dari belakang.     

"Kita mau makan dimana, pak?" Ruby bertanya pada pria yang usianya hampir sama dengan usia bosnya, Donni.     

"Nyonya Agnes mengundang nona makan dirumahnya." Ujar Jay.     

"Apa? Dirumahnya ... lagi? Tidak tidak, aku tidak mau merepotkan mereka lagi. Aku mau makan diluar saja. Aku bisa makan di restoran dekat kantor. Aku biasa makan sendirian." Ujar Ruby mengibas-ngibaskan tangannya menolak ajakan bosnya makan bersama dirumahnya.     

"Mohon maaf nona, aku hanya menyampaikan amanah saja." Ucap Jay dengan senyum kebapakannya. Kebapakan? Entahlah, apakah pria ini sudah berkeluarga dan punya anak. Yang pasti, sikapnya sangat dewasa dan tenang. Tinggal Ruby yang menghela napas pasrah.     

"Tuan Donni sudah jalan lebih dulu, nona akan saya antarkan sekarang." Ucap Jay.     

"Iya," Ruby tidak bisa menolak saat ini. Dia akan menyampaikan keberatannya nanti setelah acara makan siang selesai.     

Kantor Donni dan rumahnya lumayan cukup jauh jaraknya namun kelihaian Jay menyetir dan kondisi jalan yang mendukung sepi sepertinya memuluskan jalan Ruby untuk sampai ke rumah Donni lebih cepat. Ruby melihat tampilan rumah Donni lekat-lekat. Dia pernah datang kerumah ini di malam hari, kini di siang hari ternyata eksterior rumahnya terlihat lebih sejuk dan suasananya adem juga tenang. Ruby langsung jatuh hati dengan suasana rumah disini.     

"Mari nona," Jay mempersilahkan Ruby yang tersadar sedang menatap rumah tanpa berkedip.     

"Oh iya iya, maafkan aku."Perempuan cantik itu pun segera melangkahkan kakinya memasuki rumah bosnya itu.     

"Selamat siang, ayo silahkan masuk." Agnes, nyonya rumah menyambut Ruby dengan wajahnya yang cantik berseri penuh bahagia. Lengan Ruby digandengnya langsung menuju meja makan. Namun, mata Ruby tiba-tiba melotot lebar ketika melihat penampakkan seseorang yang sudah duduk di kursi makan. Penampakkan disana pun melotot lebar tidak percaya dengan yang dilihatnya.     

"Apa maksudnya ini?" Pikir Ruby.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.