Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 477. Percikan Api



V 477. Percikan Api

0"Selamat siang, ayo silahkan masuk." Agnes, nyonya rumah menyambut Ruby dengan wajahnya yang cantik berseri penuh bahagia. Lengan Ruby digandengnya langsung menuju meja makan. Namun, mata Ruby tiba-tiba melotot lebar ketika melihat penampakkan seseorang yang sudah duduk di kursi makan. Penampakkan disana pun melotot lebar tidak percaya dengan yang dilihatnya.     

"Apa maksudnya ini?" Pikir Ruby. Lelaki yang duduk dihadapannya menyeringai tajam dan tersenyum sinis.     

"Tante, ini maksudnya apa?" Ruby bertanya pada Agnes yang langsung duduk di sebelahnya, dekat dengan kursi pemilik rumah.     

"Suamiku yang mengusulkan ide ini. Tapi, dia sendiri tidak bisa hadir karena harus pergi ke suatu tempat. Tante mengundang kalian kerumah ini karena tante ingin kalian mengenal lebih dekat satu sama lain." Jawab ibu dari Axel tersebut.     

"APA?" Baik Ruby maupun Anton melebarkan matanya.     

"Apa maksud tante?" Anton yang selalu diingatkan Donni dan Agnes untuk memanggilnya dengan sebutan papah mamah ini, merasa tidak nyaman dengan panggilan ini. Jadi, pria Jogja itu tetap memanggil dengan sebutan tuan saat di kantor dan om tante saat di luar kantor.     

"Anton, Ruby tidak punya teman sama sekali di negara ini. Kamu tolong bantu dia untuk beradaptasi dengan baik di kantor ya. Kalian kan bekerja saling berhubungan satu sama lain. Oh sebentar, Axel sepertinya sudah pulang sekolah." Agnes meninggalkan meja makan begitu mendengar deru mobil datang tanda Axel baru pulang dari sekolah.     

"Dua kali sudah aku gagal bertemu dengan Ayu karena kamu. Apa kamu sengaja melakukan ini?" Satu jam yang lalu saat Anton berada didalam lift sudah bersiap-siap untuk turun, tiba-tiba jay berkata kalau Anton diminta makan siang dirumah tanpa membantah. Anton yang memang tidak bisa mengelak perintah tante Agnes, menghela napas pasrah dan akhirnya pria itu membatalkan pertemuan dengan Ayu untuk kedua kalinya. Anton pun keluar lift dengan langkah lurus ke depan. Ayu yang sudah menunggunya di pintu dekat lift, tidak dilirik Anton sama sekali karena hati pria itu sudah terlanjur kecewa. Bukan karena perintah dari tuan Donni dan nyonya Anton tidak bosa dibantah, tapi Anton merasa sudah terlalu banyak hutang budi pada keluarga ini. Kedua orangtuanya di Jogja sudah hidup sangat layak dan bahkan tidak perlu bekerja keras karena Agnes sudah membuatkan 1 tempat penginapan dekat Malioboro untuk dikelola oleh kedua orangtuanya. Tempat itu selalu penuh dipesan oleh wisatawan dari luar atau dalam negeri yang ingin berwisata ke Jogja dan menikmati Malioboro dari dekat.     

"Aku juga tidak tahu. Aku pikir aku diundang kesini hanya untuk makan bersama tuan Donni dan istrinya. Mana aku tahu kalau ada kamu? Aku lebih baik makan di restoran sendirian daripada harus makan berdua dengan pria pemarah." Jawab Ruby sambil menyeringai sinis dan memalingkan wajahnya ke samping.     

"Apa? Pria pemarah? Kalau begitu kamu adalah perempuan absurd." Jawab Anton tidak mau kalah.     

"Perempuan absurd? Huh, kalau aku perempuan absurd, maka kamu adalah pria pemarah pecundang yang tidak bisa menyatakan perasaan pada perempuan yang disukai. Hehehe," Ruby senang sekali punya kesempatan untuk mendebat pria yang merupakan wakilnya di kantor itu.     

"Pecundang? Kamu ..."     

"Aduh, maaf yaa jadi lama menunggu. Tante harus mengganti baju seragam Axel terlebih dahulu. Ayo duduk sini, sayang. Kenalan sama tante Ruby. Tante Ruby cantik yaa ..." ujar Agnes memuji Ruby didepan anak lelakinya yang ketampanannya diwarisi dari sang daddy.     

"Halo, anak tampan. Nama tante Ruby. Senang bertemu dengan kamu. Ayo, sini duduk dekat tante." Ruby menarik kursi di sebelah kirinya agar Axel bisa duduk disebelahnya.     

"Halo tante, namaku Axel. Tante Ruby temannya om Anton ya?" Perempuan yang ditanya itu semula tersenyum lalu berubah menjadi sedikit masam.     

"Teman? Aku ini bosnya om kamu itu. Dia itu anak buah tante." Jawab Ruby dengan senyum bangganya.     

"Huh, bos." Anton berdecih mendengar ucapan Ruby yang dibuat-buat. Agnes berdeham merasakan interaksi dua anak muda didepannya ini sepertinya masih jauh dari harapannya. Namun, wanita cantik ini tetap berusaha tersenyum untuk meredam percikan api yang kalau dibiarkan bisa membakar suasana di meja makan ini.     

"Baiklah, kita makan dulu ya. Om Anton dan tante Ruby harus kembali ke kantor lagi. Ayo, kita berdoa dulu sebelum mulai makan." Mereka pun mulai berdoa sebelum makan sesuai keyakinan masing-masing. Anton makan sambil memikirkan Ayu yang ditinggalnya. Sementara Ruby makan sambil berinteraksi dengan Axel yang langsung disukainya sejak pertama bertemu.     

Selesai makan, mereka berdua kembali ke kantor dalam satu mobil yang disupiri oleh supir Agnes. Didalam mobil, keduanya saling diam membisu enggan untuk bercakap-cakap mengingat julukan yang mereka terima satu sama lain saat di meja makan tadi.     

"Aku ingin bicara berdua denganmu sepulang kerja, bisakah?" Anton akhirnya memulai percakapan, dengan matanya menatap Ruby yang melirik aneh. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Anton mengernyitkan alisnya mendapat tatapan mencurigakan dari perempuan yang suka bertindak semaunya itu.     

"Tidak apa-apa. Hanya saja, apa kamu tidak mau janjian dengan perempuan itu lagi?" Tanya Ruby dengan ekspresi menyindir.     

"Aku pasti akan bertemu dengannya, setiap hari. Oleh karena itu, aku ingin bicara berdua denganmu malam ini. Tidak perlu ke tempat manapun, aku akan ke ruanganmu sekitar jam 7 malam ini. Itu kalau kamu tidak keberatan." Jawab Anton.     

"Sama sekali tidak. Aku juga malas kemana-mana bersama lelaki pemarah. Lebih baik aku mencari pria yang hangat dan bisa diajak komunikasi dengan baik. Aku dengar di dekat kantor ada klab malam terkenal yang musik dan minumannya enak-enak. Aku akan kesana malam ini, setelah bicara denganmu." Jawab Ruby penuh semangat. Bibirnya terus menyunggingkan senyuman dengan wajahnya menatap ke luar kaca jendela. Anton mengerutkan alisnya mendengar ucapan perempuan asing yang tidak punya teman sama sekali di negeri ini. Namun dia tidak ingin menunjukkan kepeduliannya dengan bertanya. Anton diam saja seolah tidak peduli.     

Mereka berdua sampai di lobi kantor dan keluar mobil secara bersamaan. Beberapa karyawan yang mengenal Anton langsung memanggil Anton dengan kode-kode siulan. Anton mengabaikan ledekan mereka, tapi tidak dengan tatapan seorang perempuan mungil di ujung sana yang melihat Anton keluar mobil bersama perempuan bule. Anton tidak bisa begitu saja menghampiri Ayu karena status mereka berdua juga belum jelas. Anton hanya melihat lalu melewatinya.     

"Kenapa kamu tidak tegur dia? Kasihan loh, dia nungguin begitu. Kalau perempuan itu direbut temanmu yang lain bagaimana? Nanti kamu menyesal lagi karena terlambat menyatakan cinta. Hehehe," Ruby bergumam sendiri meski dia tahu didalam lift ini hanya ada dia dan Anton.     

"Jangan ikut campur urusanku! Antara aku dan kamu hanyalah hubungan bos dan anak buah." Ujar Anton sinis.     

"Huuuu, takuuuutt," Ruby tertawa cekikikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.