Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 478. Kolaborasi Dua Ibu Hamil



V 478. Kolaborasi Dua Ibu Hamil

0"Jangan ikut campur urusanku! Antara aku dan kamu hanyalah hubungan bos dan anak buah." Ujar Anton sinis.     

"Huuuu, takuuuutt," Ruby tertawa cekikikan.     

"Hahhh," Anton keluar dari lift dan langsung menuju kamar mandi pria yang letaknya tidak jauh dari lift. Ruby menyeringai sinis dan langsung menuju kamar mandi wanita yang letaknya di sebelah kamar mandi pria.     

-----     

Calista, Dian, dan Rosa saling bercengkerama melepas kerinduan dengan membuat kue di dapur Dian seperti yang dulu mereka biasa lakukan sebelum masing-masing menikah dengan pria yang kini sudah memberi mereka masing-masing anak. Sementara para lelaki, Darren, Dave, Donni, dan Andrew sedang duduk melingkari meja teras samping rumah yang mengarah ke kolam renang.     

"Andrew, Dave, bagaimana perkembangan kasus penculikan Dian dan harta warisan Baron?" Donni yang paling dituakan, bertanya pada anak-anak muda yang usianya tidak jauh dengan anaknya itu, Calista.     

"Semua sedang diurus pengacara kami. Kami menyewa satu pengacara untuk menyelesaikan semuanya, mulai dari harta warisan sampai dengan urusan pidana yang melibatkan Dian dan dua orang asisten almarhum tuan Baron." Ujar Dave. Meskipun Andrew adalah kakak ipar Dave sekarang, tapi aura kepemimpinan Dave sangat kuat dan tidak terbantahkan.     

"Baguslah. Hati-hati dengan perempuan yang bernama Laura itu. Aku merasa, dia bukanlah perempuan baik-baik." Ucap Donni lagi.     

"Tentu saja, tuan. Aku sudah mengeceknya dan dia ternyata bernama ... Britney." Ujar Andrew dengan nada lirih. Tiga dari empat orang pria yang sedang berkumpul pernah memiliki masa lalu dengan Britney. Ketiga pria yang ada pun diam sambil memijat dahi mereka masing-masing.     

"Itu hanya masa lalu. Yang lalu sudah jangan dibahas lagi." Jawab Dave.     

"Masa lalu siapa, sayang?" Suara Dian mengagetkan ke empat pria tersebut, terutama Dave.     

"Oh, bukan siapa-siapa," Ujar Dave. Sambil membantu sang istri yang membawa nampan berisi kue kering, sedangkan Calista membawakan cangkir berisi minuman, dan Rosa membawakan tekonya.     

"Kenapa kamu yang membawa? Kemana para pelayan?" Dave tampak tidak suka istrinya yang kerepotan membawa sendiri semuanya.     

"Sudahlah, biarkan saja. Ibu hamil tidak boleh banyak duduk. Biar mudah persalinannya, benar bukan Calista?" Lirik Dian.     

"Benar sekali," Jawab Calista dengan tersenyum lebar. "Oya, masa lalu siapa yang tadi aku dengar?" Calista kini yang penasaran.     

"Perempuan yang menyamar menjadi Laura itu adalah Britney." Jawab Andrew tanpa merasa bersalah. Spontan tiga pria melebarkan matanya pada Andrew. Mendapati tatapan tajam dari tiga orang presdir di perusahaannya masing-masing, Andrew ciut juga nyalinya. Pria itu menelan salivanya. Rosa menepuk punggung sang suami mencoba membuatnya nyaman. Suaminya ini memang benar-benar naif dan tidak mengenal situasi kalau sedang bicara.     

Calista dan Dian kompak meletakkan gelas berisi air putih yang mereka sudah tenggak habis isinya. Keduanya pun menatap wajah masing-masing suaminya. Calista dan Dave mengerutkan alisnya melihat tatapan penuh intrik dari para istri mereka masing-masing.     

"Britney adalah masa lalu suamiku," Ujar Dian.     

"Dan, dia juga masa lalu dari papahku." Calista menyambung ucapan Dian.     

"Bagaimanapun, setiap orang punya masa lalu."     

"Dan, itu kita tidak bisa cegah."     

"Karena kita ada hari ini, berkat masa lalu juga." Balas Dian.     

"Ya, jadi tidak perlu takut dengan masa lalu."     

"Yang terpenting adalah masa kini dan masa depan."     

"Tidak akan mengulangi kembali kejadian di masa lalu ... demi apapun." Jawab Calista mengakhiri ucapan sambung menyambung kedua ibu hamil tersebut.     

Prok prok prok ..."     

"Waahhh hebat sekali, kolaborasi yang kompak antara dua ibu hamil memang tidak terbantahkan." Rosa senang sekali melihat keakraban adik kandung dan adik angkatnya yang saling sahut bersahutan. Namun, dibalik sahut menyahut itu, ada dua pria yang berusaha untuk tetap tersenyum manis dihadapan istrinya masing-masing.     

"Sudahlah, bisa tidak ganti tema? Aku belum makan siang." Donni berusaha menyelamatkan dua pria yang terkurung didekat tubuh istri mereka masing-masing.     

"Oh betul sekali, papah pasti belum makan. Ayo, kita semua ke meja makan. Makanan pasti sudah siap. Ayo sayang, kita makan sekarang. Adiknya Devan pasti butuh makan banyak. hehehe," Dave menarik lembut lengan sang istri dan menuntunnya ke ruang makan mereka. Semua sudah bergerak, kecuali pasangan Calista dan Darren.     

"Ada yang ingin kamu katakan, sayang?" Darren menyibak helaian rambut tergulung bun diatas kepala sang istri ke belakang telinganya. Darren selalu suka melakukan hal kecil-kecil entah itu memainkan rambut, mengusap pipi, atau hanya sekedar memainkan bulu mata Calista yang panjang dan lebat meskipun tanpa mascara dan ekstension.     

"Kembalinya Britney pasti bukan mengincar Dian. Perempuan itu mendekati almarhum tuan Baron untuk menguras harta kekayaanya lalu dia akan mendekatimu untuk mendapatkan perhatianmu lagi. Ternyata, cintanya padamu sangat kuat dan bukan sekejap saja. Hahhh." Calista mendongakkan kepalanya ke kepala sofa. Lelah yang dia rasakan bukanlah dari fisiknya. Tapi dari hati dan mentalnya yang terus diuji dengan berbagai masalah yang menimpa keluarganya. Sepertinya, sejak menikah, Calista merasakan lebih banyak masalah dibandingkan kebahagiaan. Namun, ketika dia melihat wajah Raja dan Ratu, semua lelah itu sirna. Bahkan, melihat wajah Darren juga merupakan obat lelah untuknya meskipun pria ini sebenarnya yang sering membuatnya lelah dalam arti lain.     

"Ayo, kita makan siang. Aku malas membahas yang tidak penting. Aku tidak peduli lagi apa yang terjadi padanya. Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu. Aku yang sekarang sudah punya istri yang sangat cantik dan berbudi luhur, dua anak kembar yang sangat hebat dan cerdas, juga calon anak yang akan segera meramaikan rumah. Semua itu tidak akan bisa menggantikan posisi kalian dihati dan otakku." Ucap Darren sambil mendekap pinggang ibu hamil dan berjalan menuju meja makan yang tidak jauh jaraknya dari ruangan keluarga.     

"Aku percaya kamu, tapi aku masih belum lega kalau perempuan itu tertangkap. Jangan lupa, dialah yang hampir menghilangkan nyawa aku dan Raja juga Ratu." Jawab Calista kesal.     

"Iya iya sayang, aku akan ingat itu sampai kapanpun."     

-----     

Waktu beranjak semakin sore dan akhirnya malam pun tiba. Di sebuah kantor yang salah satu ruangannya masih terang dengan cahaya lampu, sementara lampu diluar sudah gelap dan hanya beberapa lampu lorong yang masih menyala, Anton mengetuk pintu bosnya yang tidak lain adalah Ruby Judith.     

"Masuk," Suara Ruby yang tampak sangat lelah terdengar dari luar. "Huft, katakan saja segera apa yang ingin kamu katakan. Kepalaku sudah berat sekali butuh hiburan. Dokumen hari ini kenapa sangat banyak?" Ruby menyandarkan punggung dan kepalanya ke kursi kebesarannya. Anton yang ingin berbicara serius, jadi maju mundur untuk mengucapkan sesuatu.     

"Jam kerja sudah berakhir, bolehkah aku panggi dengan nama saja?" Ucap Anton.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.