Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 479. I Want You, Babe



V 479. I Want You, Babe

0"Masuk," Suara Ruby yang tampak sangat lelah terdengar dari luar. "Huft, katakan saja segera apa yang ingin kamu katakan. Kepalaku sudah berat sekali butuh hiburan. Dokumen hari ini kenapa sangat banyak?" Ruby menyandarkan punggung dan kepalanya ke kursi kebesarannya. Anton yang ingin berbicara serius, jadi maju mundur untuk mengucapkan sesuatu.     

"Jam kerja sudah berakhir, bolehkah aku panggil dengan nama saja?" Ucap Anton.     

"Terserah kamu saja. Ada apa?" Ruby menegakkan tubuhnya kembali dan menatap pria berkacamata yang berdiri cukup jauh darinya.     

"Ruby, aku hanya ingin katakan padamu. Kalau diantara kita tidak akan pernah terjadi apa-apa. Tentang lamaran yang kamu lakukan saat itu, aku anggap itu hanya ucapan orang mabuk. Jadi, aku minta, hubungan kita hanya sebatas rekan kerja. Kamu bos aku dan aku anak buah kamu. Okay?" Anton berkata. Sosok pria asli Jogja yang tinggi jangkung itu memang tidak ada tampang dingin dan mendominasi seperti para CEO atau pemimpin lainnya. Bahkan bila dibandingkan dengan Donni, bos mereka, Anton hanya seorang pria biasa dengan segala kekurangannya. Namun, Ruby tidak mengerti bagaimana dia bisa langsung terpikat dengan pria pemarah ini.     

"Okay! Deal! Aku dan kamu hanyalah rekanan kerja." Ruby berdiri dan mengitari mejanya lalu menyandarkan bokongnya didepan mejanya. Setelan kerja yang dikenakan Ruby malam ini sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rok yang dikenakan sepanjang lutut dengan sepatu tumit tinggi membuat tubuhnya menjadi lebih sempurna seperti pekerja kantoran pada umumnya.     

Tapi tunggu dulu, apa yang dia lakukan? Anton melebarkan matanya ketika Ruby membuka jasnya didepan matanya.     

"Kamu mau apa?" Anton memundurkan tubuhnya melihat gelagat mencurigakan dari perempuan yang selalu memberikan kejutan tiba-tiba. Tampak kaos dalaman, lebih tepatnya kemben yang hanya setinggi jengkal tangannya itu terlihat jelas didepan mata Anton.     

"Aku? Oh, jam kerja sudah usai. Aku mau bersenang-senang. Aku dengar disini ada klab malam ekskutif yang hanya didatangi oleh para eksekutif kelas atas saja. Aku mau mencoba melepaskan lelah disana. Siapa tahu aku bertemu dengan pria yang mau aku nikahi segera. Hehehe,"     

"APA? Kamu gila? Dengan pakaian seperti itu bukan hanya ekskutif yang mengincarmu, tapi juga preman tidak segan akan mengulitimu hidup-hidup." Anton kaget bukan main mendengar Ruby akan bersenang-senang sendirian di tempat yang banyak buaya daratnya.     

"Kenapa? Terserah aku mau kemana dan dengan pakaian bagaimana. Kamu sendiri yang bilang kalaun hubungan kita hanya sebatas rekanan kerja. Jadi, kamu tidak berhak untuk melarang apalagi mengaturku. Sekarang kamu pulanglah, atau aku dengar kamu sudah janjian sama siapa nama perempuan yang kamu taksir? Pulanglah, aku juga akan siap-siap." Ruby menutup laptopnya. Rambut ikal yang digulungnya saat bekerja, kini dibiarkan tergerai sempurna. Menambah kadar kecantikannya berkali-kali lipat.     

"Aku antarkan kamu pulang dulu." Jawab Anton.     

"Tidak akan! Aku tidak mau pulang." Ruby berjalan melewati Anton. Belum sampai depan pintu, tiba-tiba tangan Anton menarik kuat tangan Ruby hingga perempuan itu menubruk dada bidang Anton.     

"Jangan pernah bermain dengan api kalau kamu tidak menyediakan airnya. Kamu belum tahu seberapa ganasnya pria kalau melihat perempuan yang berjoget hanya mengenakan pakaian kurang bahan seperti ini." Ujar Anton sambil melirik kemben yang dipakai Ruby.     

"Ganas? Kurang bahan? Mungkin otakmu yang terlalu negative thinking. Lepaskan aku!" Ruby meghempaskan tangan Anton tapi tangan itu bukannya terlepas malah mendorong tubuh Ruby menempel ke dinding.     

"Aaahh apa yang kamu lakukan? Jangan gila!" Ruby berusaha mendorong dada pria pemarah namun tubuh itu bergerak sesentipun tidak.     

"Aku diberikan amanah oleh om Donni dan tante Agnes untuk memastikan keselamatan kamu. Aku tidak ingin dikatakan tidak becus bekerja." Ucap Anton. "Sekarang ikut pulang denganku. Aku tidak menerima penolakan." Jawab Anton dengan wajah keduanya berdekatan tanpa jarak sama sekali. Anton menempelkan kedua tangan Ruby di dinding hingga tas Ruby terjatuh ke lantai.     

Perempuan London itu menelan saliva merasakan tubuh mereka sangat amat dekat saat ini.     

"Lepaskan aku dulu! Aku tidak bisa bicara kalau begini."     

"Kamu tidak perlu berbicara, kamu hanya perlu bercinta denganku. Eh maksudku pulang kerumah denganku. Mak-maksudku pulang ke rumah tante Sara." Anton mengeraskan rahangnya dan memejamkan mata menyadari ucapan yang keluar dari mulutnya adalah sesuai dengan isi hatinya saat ini.     

"SIAL! Apa yang aku katakan?" Gumam Anton dalam hati. Ruby tersenyum mendengarnya. Perempuan itu melingkarkan kedua tangannya di leher Anton. Tanpa ragu-ragu, Ruby mengecup tipis bibir Anton lalu tersenyum manis penuh menggoda. Pria mana yang akan tahan dengan godaan perempuan yang sudah mencuri hatinya sejak pertama bertemu.     

Anton mendiamkan Ruby sejenak karena telah mencuri ciuman darinya.     

"Aku menginginkanmu malam ini." Ruby mencium bibir Anton untuk kedua kalinya tapi kali ini dengan penuh penekanan dan melumat bibir Anton lebih dalam. Anton memejamkan matanya. Perang batin pun terjadi di hatinya. Dia tidak ingin tergoda dan tidak boleh terhanyut dengan permainan perempuan bule ini. Tapi, ciumannya terlalu manis untuk ditolak. Merasakan kalau ciumannya tidak disambut dengan baik, Ruby pun menyudahi aksinya dan menundukkan wajahnya.     

Seperti ada dorongan yang kuat dari dalam, Anton menarik tengkuk Ruby dan memberikannya ciuman lebih intens dan dalam.     

"Uhmmp," Ruby kaget mendapatkan balasan ciuman dari pria yang selalu memarahi dan menolaknya itu. Bahkan ciuman Anton lebih liar dan buas.     

"Aku menginginkanmu juga malam ini. Bagaimana ini?" Anton menurunkan kemben yang dipakai Ruby dan menghisap kuncup buah dada perempuan yang selalu menggodanya itu.     

"Aaahhh, Anton, enak sekali." Anton semakin buas dan liar. Pria itu mengangkat tubuh Ruby ke atas sofa panjang dan mendudukannya diatas pangkuannya.     

"Jangan salahkan aku karena kamu yang menggodaku lebih dahulu." Tubuh Ruby didekapnya erat-erat sehingga pria Jogja itu membenamkan kepalannya di tengah-tengah belahan dada milik perempuan yang sudah terangsang sejak tadi.     

"Anton, ahhh ... pelan-pelan."     

Tidak lama kemudian, keduanya sudah bertelanjang seutuhnya. Ruby mengaktifkan penguncian pintu otomatis jadi tidak ada yang bisa masuk.     

Anton mengusap kaki dan paha mulus sang perempuan lalu mencium perut, dada, dan leher Ruby. Hubungan antara atasan dan bawahan itu kini benar-benar diluar status yang mereka sandang saat jam kerja.     

Ruby menggigit bibirnya menahan desahan agar tidak terdengar keras keluar ruangannya. Anton melumat sekali lagi bibir Ruby dalam-dalam. Lidah mereka saling berpagutan satu sama lain seolah tak ingin terlepaskan.     

"Ruby,"     

"Hmmm,"     

"Aku akan memasukimu sekarang. Kamu sudah basah sekali dibawah sini." Tangan Anton mengusap kewanitaan Ruby sehingga membuat kulit perempuan itu menggelinjang sekujur tubuhnya.     

"Yessss, I want you, babe." Ruby pasrah saat kedua tangan Anton menjamah seluruh kulit tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.