Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 480. I Love You, Dad



V 480. I Love You, Dad

0"Yessss, I want you, babe." Ruby pasrah saat kedua tangan Anton menjamah seluruh kulit tubuhnya.     

"Aaahhhhhh," Ruby mengerang panjang dan kedua tangannya memeluk erat punggung pria saat kejantanan pria ini memasuki kewanitaanya yang ... masih tersegel. Anton melebarkan matanya. Dia mengira Ruby adalah perempuan yang sudah tercemar pergaulan bebas dengan suka bergonta ganti pasangan. Ternyata ... perempuan bule ini masih perawan. Bulir air mata mengalir di kedua sudut mata Ruby merasakan sakit yang teramat perih karena keperawanannya baru saja jebol. Anton mencium mata Ruby yang memejamkan matanya.     

"Aku tidak bisa berhenti. Kenapa kamu tidak bilang .... eugghhh ... kalau kamu ... masih ... perawan? Aahhhh," Anton terus saja meracau sambil memacu kewanitaan Ruby yang sudah terlanjur pecah oleh kejantanannya.     

"Aahhhh, sakk ...ittt," Ruby mencakar punggung pria diatasnya tanpa disadarinya. Anton merasakan perih di punggungnya tapi kenikmatan dibawah sana tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Akhirnya lelaki itu mencengkeram kedua tangan Ruby diatas kepalanya.     

"Aaahhh," Suara-suara erotis Anton dan Ruby yang sama-sama baru merasakan untuk pertama kali bercinta, bersahut sahutan dan saling mendamba lebih lama hingga tanpa terasa mereka melakukannya hingga tengah malam. Berbagai jejak merah Anton tinggalkan di sekujur tubuh Ruby yang putih mulus. Mereka tertidur dalam keadaan saling berpelukan satu sama lain.     

"Tuan, sepertinya aku tahu dimana Anton." Ucap Jay. Pria itu mencari keberadaan anak angkat majikannya yang akan diajak berbicara empat mata mengenai kelanjutan hubungannya dengan Ruby. Perempuan London itu meminta secara khusus ke Donni untuk menikahkan dirinya dengan Anton, tanpa sepengetahuan Anton. Jay menghela napasnya. Sepasang anak muda yang mengingatkannya akan masa lalunya dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan, hingga sampai sekarang pria ini memilih untuk tidak menikah.     

-----     

"Hera, dimana istriku dan anak-anak?" Darren bangun tidur tidak mendapati istrinya disebelahnya. Ibu hamil itu akhir-akhir ini sering bangun lebih dulu karena mungkin tidurnya lebih sore dari biasanya.     

"Nyonya Calista dan tuan juga nona muda sedang ada di kolam renang, tuan." Jawab Hera.     

"Sepagi ini?" Ucap Darren spontan. Semalam hujan cukup deras jadi pasti air kolam renang sangat dingin.     

"Air kolam renang sudah dibersihkan sejak Subuh, tuan. Dan, airnya sudah diganti dengan lebih hangat. Jadi, sudah lebih aman dipakai." Jawab Hera dengan tetap berdiri tegak dan wajahnya menunduk.     

"Oh begitu. Oya, tolong bawakan banyak buah-buahan dan minuman kesana. Bawakan aku juga handuk." Jawab Darren. Pria bermata hijau itu sebenarnya sudah mandi tapi akhir pekan seperti ini lebih enak menghabiskan waktu bersama keluarga.     

"Kakak curang! Aku sampai lebih dulu tapi kenapa kakak yang menang?" Seperti biasa, kedua anak kembar ini selalu bersaing dalam segala hal. Ratu dengan sifat ceriwis dan cerianya sementara Raja dengan sifat pendiam dan menang dalam segala hal.     

"Tangan kamu tidak menyentuh dinding kolam saat sampai di garis finish, bagaimana bisa menang?" Ujar Raja dengan kalemnya.     

"Aku menyentuh dinding kolam renang."     

"Tapi aku lebih dulu karena tanganku lebih panjang." Ujar Raja tidak mau kalah.     

"Aku lebih dulu karena aku lebih cepat." Jawab Ratu lebih ngotot lagi.     

Calista hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Perempuan hamil itu tidak mengenakan pakaian renang tapi terusan sampai lutut dengan bahan lembut bermotif batik campuran warna, kiriman dari ibu angkatnya di Jogja, Dini, yang juga merupakan ibu kandung Anton.     

"Sayang, kamu mau kemana?" Darren menahan bahu Calista dari belakang.     

"Kamu sudah bangun? Aku mau ke anak-anak. Biasalah mereka berdebat apa saja." Jawab Calista.     

"Sudah kamu duduk saja diam. Biar aku yang kesana." Jawab Darren.     

"Tapi, kamu sudah mandi."     

"Ya lalu kenapa? Kamu makan buah saja. Aku minta Hera bawakan sebentar lagi." Jawab Darren. Suami siaga yang langsung membuka kaos yang baru dipakainya belum ada satu jam itu dan memberikannya pada Calista untuk di pegang, segera menuju kedua anak kembar yang terlalu cerdas dan aktif sehingga kadang membuatnya kesusahan sendiri.     

"Kalian berdua berdebat apalagi kali ini?" Darren berjongkok dipinggir kolam renang. Bertanya pada dua makhluk kecil yang wajahnya sangat mirip namun sifatnya sangat jauh berbeda.     

"Ayah, kakak curang. Aku menang tapi kakak bilang dia yang menang." Celoteh Ratu dengan suara nyaringnya melebihi emak-mak yang memanggil anaknya pulang setelah seharian bermain.     

"Benar itu, Raja?" Ujar Darren pada anak lelakinya yang mewarisi sifatnya hampir delapan puluh persen. Dua puluh persen yang belum terwarisi adalah sifat mesum dan impulsifnya. Karena anak lelaki ini sudah pintar dalam mengoperasikan komputer dan otak bisnisnya sudah terlatih sejak dini.     

"Kalau tidak percaya, tanya ibu. Ibu yang jadin jurinya." Jawab Raja kalem.     

"Huft," Darren menghela napasnya. Pria itu pun berdiri dan dalam sedetik kemudian, pria itu terjun ke dalam air kolam renang layaknya atlet.     

"Hoaaaaa, ayah sedang apa?" Ratu tampak sangat gembira sekali melihat ayahnya yang sangat sibuk mau meluangkan waktu untuk berenang bersama.     

"Sekarang kita taruhan, siapa diantara kalian yang bisa mengalahkan ayah berenang, kalian boleh minta apa saja." Jawab Darren. Calista yang melihat dari jarak cukup jauh, tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Darren dan kedua anaknya. Perempuan hamil itu sibuk memasukkan buah-buahan kedalam mulutnya.     

"Mana mungkin kami menang? Tubuh ayah lebih panjang pastinya sampai lebih dulu." Jawab Ratu protes sambil mengerutkan bibirnya. Anak perempuannya yang mirip sekali dengan istrinya itu atau bisa dibilang Calista versi kecil itu, memalingkan wajahnya. Persis seperti Calista yang kalau ngambek selalu bersikap seperti itu.     

"Kalian boleh mulai berenang sampai tengah lebih dulu, setelah itu ayah menyusul. Jadi kalian tidak akan dirugikan, bukan?" Jawab Darren.     

Raja dan Ratu berpikir sesaat. Mereka bukan berpikirberenangnya tapi mereka sedang berpikir apa yang akan mereka minta kalau mereka menang.     

"Begini ayah, jadi kalau kakak Raja menang, aku juga menang kan ya?" Ucap Ratu dengan senyum lebarnya.     

"Mana bisa begitu, aku menang ya hanya aku yang menang." Jawab Raja menimpali.     

"Kan yang berlomba bukan kakak dan aku tapi antara ayah dengan kita jadi anggap saja kita satu tim." Jawabb Ratu tidak mau kalah.     

"Kenapa otakmu itu selalu licik dan tidak mau mengaku kalah?" Raja akhirnya terpancing emosinya karena ulah adik kembarnya itu.     

"Karena aku memang tidak kalah!"     

"STOP! Astaga kalian itu, berdebat setiap saat tidak ada lelahnya. Jadi berenang tidak?" Darren menatap tajam mata kedua anaknya. Raja dan Ratu menghela napas.     

"Jadi." Mereka kompak menjawab dan menempati posisi start masing-masing.     

"Kalau salah satu diantara kalian menang, maka kalian berdua menang." Ujar Darren.     

"Yeayyyyyy, I love you dad." Ucap Ratu sambil memberikan kode ibu jari dan jari telunjuknya disilangkan yang merupakan kode cinta trending berasal dari negeri ginseng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.