Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 481. Menonton Film



V 481. Menonton Film

0"Yeayyyyyy, I love you dad." Ucap Ratu sambil memberikan kode ibu jari dan jari telunjuknya disilangkan yang merupakan kode cinta trending berasal dari negeri ginseng. Darren mengikuti kode yang diberikan oleh Ratu, anak ceriwisnya. Ratu terkekeh melihat ayah tampannya melakukan gimmick seperti dirinya. Ibu hamil yang menyaksikan pemandangan dari jauh itu tersenyum senang bahkan sempat terkekeh melihat keakraban suami dan kedua anaknya.     

Siapa mengira kalau dulu pria itu adalah pria yang dingin dan kaku tapi kini begitu hangat dan menyenangkan.     

"SIAP?" Darren yang berada jauh di belakang kedua anaknya, mulai memberikan aba-aba.     

"SIAP!" Kedua anaknya yang sudah berada jauh didepannya menjawab dengan suara lantang.     

"MULAI!" Darren berkata dan kedua anaknya sudah berenang lebih dulu dengan lincah dan gesit. Darren mulai menyusul setelah kedua anaknya hampir mencapai ujung.     

-----     

Seorang perempuan tampak duduk termenung didalam kamarnya. Dia teringat dengan kejadian semalam yang membuat wajahnya memerah.     

"Aku ... melakukan itu untuk pertama kalinya dan itu dengan pria itu. Aaaaaahh!" Ruby menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu merebahkan punggungnya ke atas kasur. Mereka berdua keluar dari kantor sekitar pukul 2 malam.     

Ada seorang petugas keamanan yang melihat keduanya keluar dari kantor namun Jay sudah mendoktrin petugas itu untuk tidak menyebarkan isu yang tidak-tidak. Jika sampai isu ini tersebar keluar, maka petugas itu langsung dipecat tanpa uang pesangon sama sekali. Petugas itu tentu saja bukan perempuan yang suka bergosip jadi dengan cepat dan sigap dia menyetujui tanpa syarat apapun. Karena baginya bekerja di tempat ini adalah suatu anugerah luar biasa dengan gaji yang sangat besar dibandingkan tempat lain dan berbagai tunjangan yang membuat dia bisa membiayai kuliah kedua anak-anaknya.     

Kembali ke perempuan yang baru selesai mandi itu, Ruby masih terbayang-bayang percintaannya semalam dengan pria pemarah itu.     

"Bagaimana aku bisa menghadapi dia di kantor nanti? Kenapa aku bisa berbuat sembrono seperti ini? Aahhh, aku bodoh sekali. Menyerahkan keperawanan yang sudah kujaga selama dua puluh delapan tahun lamanya pada pria yang bukan suamiku." Jawab Ruby. Meskipun pergaulan di negaranya sudah sangat bebas namun tidak dengan Ruby. Baginya bercinta itu tidak boleh dengan sembarang orang. Dia hanya akan memberikan tubuhnya pada pria yang menurutnya benar-benar pantas menerimanya.     

TOK TOK TOK ...     

"Ruby, ini aku tante Sara."     

"Iya tante, sebentar." Ruby bergegas menuju cermin dan mematut dirinya, terutama lehernya yang banyak bekas kiss mark ditutupi Ruby dengan scarf yang melilit lehernya.     

"Iya tante, ada apa?" Ruby membuka pintu dan berusaha tersenyum.     

"Apa kamu sakit? Kamu tidak keluar untuk makan pagi." Sara bertanya namun matanya melirik scarf motif floral warna pink dan biru cantik tersebut.     

"Ti-tidak tante, aku hanya lelah jadi ingin tidur lebih lama." Jawab Ruby.     

"Kamu pulang hampir subuh semalam. Apa pekerjaanmu di kantor sangat banyak?" Sara bertanya lagi.     

"Eh masuk dulu tante, maaf aku lupa mempersilahkan masuk." Ruby membuka pintu lebar-lebar dan Sara pun masuk dengan langkah pelan.     

"Pekerjaan banyak membuat aku lupa waktu dan aku justru senang karena aku tidak merasa jenuh menunggu, tante." Jawab Ruby dengan lesu. Sara memicingkan matanya melihat perubahan di wajah Ruby.     

"Kamu sakit? Aku akan panggilkan dokter keluarga sekarang." Ujar Sara.     

"Tidak, tidak perlu tante. Aku baik-baik saja. Mungkin karena lembur sampai dini hari jadi aku agak sedikit kurang enak badan. Aku akan tidur lagi." Jawab Ruby.     

"Kamu sarapan dulu. Aku sudah minta pelayan untuk bawakan sarapan ke kamar. Kamu makan dulu, baru lanjut tidur lagi." Jawab Sara dengan suara lembut penuh keibuan.     

"Baiklah tante, kalau begitu." Ruby tidak ingin berdebat jadi dia langsung menyetujui saja saran Sara. Tidak berapa lama kemudian, datanglah pelayan yang membawakan nampan berisi sarapan dan minuman untuk Ruby. Nampan tersebut di letakkan di atas nakas.     

"Kalau begitu, tante keluar dulu ya. Sarapannya harus kamu makan ya. Nanti tante datang lagi setengah jam kemudian untuk memastikan kamu makan atau tidak. Jangan sakit ya sayang, makan yang banyak terus istirahat. Mumpung hari ini dan besok libur." Jawab Sara sambil mengecup dahi Ruby.     

Ruby senang sekali mendapat perhatian dari Sara. Semua orang disini sangat baik padanya sehingga membuat Ruby betah dan tidak ingin kembali ke London.     

Sementara itu di tempat lain, seorang pria dan wanita sedang duduk di sofa panjang didalam bioskop menunggu pintu theatre dibuka. Sang pria tampak dari tadi menatap karpet dibawah kakinya dengan sorot mata tak berkedip. Pikirannya melayang ke kejadian semalam dengan perempuan bermata biru yang penuh erotis dan gairah luar biasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Baru membayangkannya saja membuat pria itu ingin mengulanginya lagi dan lagi. Kejantanannya mengeras seketika karena suara Ruby yang mendesah dibawahnya semalam terngiang-ngiang di pikirannya.     

"Anton, ahhhh, pelan-pelan,"     

"Anton, ahhhhhh, sakkk-kit."     

Mata Anton terpejam membayangkan kejadian semalam dan dahinya berkerut. Suara-suara itu selalu memanggil namanya setiap saat hingga pikirannya sekarang tidak selaras dengan tubuhnya dimana dia berada.     

"Anton, haiii," Perempuan itu menepuk bahu Anton dan membuat lelaki itu kaget bukan main.     

"IYAAA!" Mendengar Anton berteriak kaget membuat perempuan yang sedang menggenggam kotak popcorn itu melebarkan matanya terkejut. "Oh maaf, maaf." Anton tersadar kalau dia kini berada di dalam bioskop untuk menonton film bersama Ayu, perempuan yang pernah diincarnya.     

"Kamu tidak apa-apa? Atau kita kembali pulang?" Ayu berkata dengan nada cemas.     

"Tidak apa-apa. Lagipula filmnya sebentar lagi mau dimulai. Sayang sudah beli tiketnya dan kita jarang bisa keluar berdua seperti ini." Anton berusaha menghilangkan bayang-bayang Ruby di mata dan pikirannya.     

"Pintu Theather satu sudah dibuka. Harap calon penonton yang sudah memiliki tiket untuk segera masuk .."     

"Nah sudah dibuka. Ayo kita masuk!" Anton mengajak perempuan imut yang memakai kemeja dan rok pendek itu untuk segera masuk. Mereka menonaktifkan ponselnya sesaat setelah duduk di kursi sesuai dengan nomor di tiket. Perempuan imut itu sangat senang akhirnya rencananya untuk berduaan dengan Anton terlaksana juga. Sang Arjuna menegakkan tubuhnya dan mencari posisi nyaman untuk duduk.     

"Ponselnya mati. Mungkin dia sedang bersama temannya." Ujar Donni.     

"Teman mana yang membuat temannya mematikan ponsel?" Agnes tampak gelisah setelah mendengar kabar dari Sara kalau Ruby harus masuk rumah sakit karena menderita demam tinggi.     

Sara bertanya pada Donni pekerjaan apa yang diberikan pada Ruby hingga pulang larut malam namun Donni merasa semua pekerjaan biasa saja dan semua karyawan sudah pulang tepat jam pulang kantor.     

Tiba-tiba Donni teringat dengan aduan Jay yang mengatakan kalau Anton dan Ruby menghabiskan waktu di ruangan kerja Ruby berdua saja selama berjam-jam dan keluar dari kantor dini hari berdua saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.