Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 482. Siapa Yang Melakukan Itu Padanya?



V 482. Siapa Yang Melakukan Itu Padanya?

0Tiba-tiba Donni teringat dengan aduan Jay yang mengatakan kalau Anton dan Ruby menghabiskan waktu di ruangan kerja Ruby berdua saja selama berjam-jam dan keluar dari kantor dini hari berdua saja.     

"Kita kerumah sakit saja sekarang. Anton bisa menyusul belakangan." Donni menuju mobilnya yang terparkir, sementara Agnes langsung menuju kamarnya untuk mengambil jaket menutupi gaun rumahan tanpa lengan dan juga mengambil dompet besar yang bisa muat ponsel didalamnya. Kebetulan Axel hari ini tidak ada dirumah karena baru saja diantar kerumah Dave untuk bermain bersama dengan Devan.     

Donni melesat meninggalkan rumahnya menuju rumah sakit tempat Ruby dirawat. Sepanjang jalan, Agnes tampak cemas.     

"Tenang saja, dia sudah langsung ditangani dokter." Donni berusaha menenangkan sang istri yang mengigit kuku jarinya kalau sedang cemas.     

"Ruby awalnya akan dinikahkan dengan Darren, beruntung perempuan bule itu tidak tertarik dengan menantu kita. Namun, sekarang aku mencium aroma percikan asmara antara Ruby dan Anton. Apa kamu merasakan itu?" Agnes memalingkan wajahnya menatap sang suami.     

"Aku tahu. Aku tahu lebih banyak dari yang kamu duga." Jawab Donni dengan senyuman mencurigakan.     

"Maksud kamu apa?" Agnes memalingkan tubuhnya dan menghadap suaminya yang sedang menyetir tersebut.     

"Nanti kamu akan tahu sendiri." Donni mengusap pipi sang istri dan mencubit hidungnya.     

"Awww, kamu membuatku penasaran."     

"Aku suka membuatmu penasaran. Hehehe,"     

Agnes menyeringai sebal dengan sikap misteri sang suami. Biar bagaimanapun dia memang harus mengetahuinya. Anton sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Jadi, dia ingin yang terbaik untuk anak angkatnya itu.     

-----     

"Sara, apakah aku tidak salah lihat?" Agnes berbisik sangat pelan pada Sara, besannya itu. Sara menggelengkan kepalanya pelan.     

Bercak-bercak merah tampak sangat banyak di sekujur dada, leher, dan bahkan perut juga punggungnya. Sara tidak melihat ini saat dirumah karena Ruby mengenakan sweater lengan panjang.     

"Siapa yang melakukan itu padanya?" Agnes sungguh tidak bisa langsung memahami situasi dari kejadian yang saling berhubungan beberapa waktu ini.     

"Kamu benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?" Sara mengernyitkan alisnya.     

"Euhhhhh," Suara kedua wanita yang sudah tidak berbisik lagi itu sampai ke alam mimpi Ruby yang sedang tertidur pulas efek dari cairan infus yang diberikan padanya. Sara dan Agnes meloncat mundur karena kagetnya.     

"Ru-ruby, kamu sudah bangun?" Sara bertanya dengan rasa sedikit was-was.     

"Tante, tante Agnes? Aku dimana?" Ruby melihat dua wanita di hadapannya berdiri di sisi ranjangnya dan langit-langit di atasnya berwarna putih bersih, tidak seperti kamar menginapnya dirumah keluarga Anderson yang berwarna cerah.     

"Kamu demam tinggi dan pingsan. Jadi, kami larikan ke rumah sakit. Bagaimana keadaanmu? Masih tidak enak badan?" Sara menempelkan telapak tangannya ke atas dahi Ruby untuk mengecek suhu tubuhnya secara manual. "Sudah tidak demam lagi. Syukurlah." Ujar Sara sambil tersenyum ke arah Agnes juga.     

"Kenapa kamu bisa demam? Apa kamu bekerja lembur sampai lupa makan dan istirahat?" Agnes kini yang bertanya. Rasa penasaran dari kalimat yang diucapkan suaminya saat di mobil tadi sungguh membuat Agnes ingin cepat-cepat mengetahui kebenarannya.     

"Oh tidak tante, aku cukup makan dan istirahat. Hanya saja ..."     

"Ruby!"     

BRAK! Pintu ruangan itu terbuka tiba-tiba dari luar dan yang mencengangkan adalah Anton yang masuk dengan wajah paniknya.     

"Kamu tidak apa-apa?" Kedatangan Anton, membuat Sara dan Agnes menyingkir ke dinding sebelah nakas.     

"Aku tidak apa-apa. Kenapa kamu panik begitu?" Ruby melihat Anton yang datang dengan napas terengah-engah.     

"Aku tidak mendengar telpon dari om Donni karena ponselku sedang dinonaktifkan. Pas aku buka, pesan singkat dari om Donni menuliskan kalau kamu dirawat disini." Jawab Anton dengan berbicara sambil mengatur napas dengan normal.     

"Kamu pasti sedang berduaan dengan Ayu, bukan?" Wajah Ruby yang belum sepenuhnya pulih, menjadi tambah lesu dengan kalimat yang diucapkannya sendiri.     

"Aku ..." Sedang asyik-asyiknya dua nenek muda itu membesarkan telinga mereka untuk mendengarkan obrolan sepasang anak muda didepannya, Anton melirik ke arah mereka.     

"Kami akan keluar sekarang." Ucap Sara dengan kikuk.     

"Iya iya, dari tadi kami mau keluar kok. Lekas sehat ya, Ruby." Agnes melambaikan tangan pada Ruby dan mereka berdua melesat meninggalkan ruangan rawat inap eksklusif tersebut.     

"Sekarang aku tahu apa yang dimaksud suamiku." Ujar Agnes begitu mereka sudah duduk di kursi tunggu di luar ruangan. Donni sudah tidak ada karena langsung meluncur kerumah Dave untuk melihat anak dan juga cucu-cucunya.     

"Maksud apa?"     

"Maksud percikan asmara antara Anton dan Ruby." Jawab Agnes dengan tersenyum lebar.     

"Maksud kamu, kamu baru tahu kalau diantara mereka telah tersebar benih-benih asmara?" Sara bertanya dengan melebarkan matanya.     

"Ya, aku tidak tahu sebelumnya kalau Anton menerima cinta Ruby. Makanya aku dan Donni membuat mereka beberapa kali bertemu berdua agar semakin akrab." Jawab Agnes.     

"Huh, aku tidak yakin kalau itu yang dinamakan cinta. Tapi, kalau nafsu, iya aku yakin. Kamu lihat sendiri kan kiss mark dimana-mana? Siapa lagi kalau bukan Anton pelakunya." Jawab Sara sambil menggoyang-goyangkan satu kaki yang diatas satu tumit kaki lainnya.     

"APA? Jadi, itu semua ulah Anton?"     

"Sssttt, suaramu membangunkan semua orang yang sedang sakit." Sara menutup mulut Agnes yang berteriak kaget keceplosan. Agnes mengatupkan bibirnya.     

"Kenapa kamu bisa pingsan?" Anton berdiri dengan kedua tangannya berada di samping tubuhnya     

"Entahlah, aku sedang istirahat setelah mandi, tiba-tiba aku sudah disini. Aku belum bertanya pada tante dan dokter tapi kamu sudah datang lebih dahulu." Jawab Ruby dengan lemas.     

"Ohhh," Hanya itu yang bisa diucapkan Anton. Pria itu sedikit menyadari kalau sakitnya perempuan yang terbaring dihadapannya itu karena perlakuan dirinya semalam yang sangat keterlaluan. Anton merasakan momen itu terlalu indah jika hanya sebentar jadi pria itu melakukannya berkali-kali meski Ruby sudah kepayahan dibuatnya.     

"Bagaimana dengan ..."     

"Maafkan aku, Maafkan aku yang keterlaluan semalam. Aku tidak menyangka itu bisa membuat kamu sakit seperti ini." Anton memotong ucapan Ruby dan meminta maaf tanpa menatap wajah perempuan sakit itu. Ruby tersenyum mendengarnya.     

"Bagaimana dengan kencanmu hari ini? Pasti sangat menyenangkan ya, mengingat dua kali kamu gagal berkencan dengannya dan itu selalu berkaitan denganku." Ruby menatap langit-langit kamar yang ada diatas kepalanya sambil menyatukan kedua genggaman tangannya diatas perutnya.     

"Kami hanya menonton saja dan setelah itu aku langsung kesini setelah membuka ponselku." Jawab Anton lugas.     

"Bagaimana dengan dia? Apa kamu tidak mengantarkannya pulang?" Ruby melebarkan matanya.     

"Aku tidak terpikir kesana. Aku hanya tahu kalau aku ... harus segera kesini." Jawab pria itu yang mengeraskan rahangnya.     

Ruby terdiam mendengarnya.     

"Haruskah aku senang karena dia buru-buru ingin melihat keadaanku? Atau, aku kecewa karena dia adalah pria yang hanya selalu menuruti perintah om Donni apapun isi perintahnya?" Gumam Ruby dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.