Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 484. Kejutan Pada Istri



V 484. Kejutan Pada Istri

0"Aahhh terserah kalian saja lah." Jenny memulai jogging sorenya dengan suasana hati yang santai dan nyaman.     

Dua putaran, tiga putaran, lima putaran berhasil Jenny lewati. Beberapa hari ini dia selalu pulang malam karena banyak pertemuan dengan beberapa anggota Ikatan Dokter Indonesia dan juga jadwal prakteknya semakin panjang. Sehingga Jenny melewatkan waktu olahraga, tubuhnya jadi mudah lelah.     

Jenny beristirahat sejenak di pinggir trotoar dengan kaki diluruskan. Napasnya tampak jelas tersengal-sengal dan keringat sebesar biji jagung menetes di sekujur tubuh dan wajahnya.     

"Minuman buat mami." Jenny mendongakkan kepalanya melihat ada suara kecil disertai botol air mineral dingin yang disodorkan padanya.     

"Boy? Sejak kapan kamu disini?" Jenny tersenyum senang. Meski dia juga membawa air minum sendiri tapi minuman dari anak kecil tampan ini tidak mungkin disia-siakan.     

"Boy baru pulang main sepakbola sama teman di lapangan. Boy lihat mami olahraga lari dari tadi. Ini minumannya belum Boy minum kok." Jawab Boy polos. Anak yang sebentar lagi akan masuk sekolah dasar ini selalu sopan dan tutur katanya menyenangkan semua orang.     

"Bekas Boy juga tidak apa-apa. Ayo duduk sini disamping mami." Jenny menggeser duduknya untuk anak muda yang bongsor itu. Tubuh Boy mirip dengan Jhonny dengan tulang yang besar dan lebar, sehingga membuat dada anak ini bidang sejak kecil dan penampilannya tidak seperti anak kecil pada umumnya.     

"Mami, aku tidak mau sekolah lagi. Aku mau sekolah sepakbola saja." Ucapan Boy membuat Jenny terhenyak dan hampir menyemburkan air yang masih menyangkut di tenggorokannya.     

"Apa? Kenapa bisa begitu? Apa ada anak nakal di sekolah Boy? Bilang sama mami biar mami hadapi." Jawab Jenny. Meskipun dia dan Jhonny belum diberikan kepercayaan untuk memiliki anak namun kehadiran Boy cukup membuat Jenny merasa puas dan tidak pernah kesepian.     

"Tidak kok mam, Boy hanya ingin ... menjadi pesepakbola terkenal jadi harus berlatih sejak kecil." Jawab Boy.     

"Huft, Boy sayang. Mau jadi apapun Boy, selama itu baik dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Boy bebas mau jadi apa saja. Tapi, sekolah tetap nomor satu. Mami bisa jadi dokter karena mami dulu sekolah rajin tidak pernah bolos. Lagipula, Boy kan bisa latihan sepakbola sepulang sekolah. Jadi anak mami jangan sampai berhenti sekolah ya?" Jenny mengusap rambut Boy dan memberikan sentuhan kasih sayang seorang ibu untuk anaknya. Boy merasa sangat beruntung bisa mendapatkan ibu tiri sebaik Jenny yang sangat baik, pengertian, dan tidak pernah marah padanya.     

"Tapi mam,"     

"Boy sayang, kita pulang dulu yuk. Mami sudah selesai joggingnya dan langit sudah mau gelap. Nanti kita bicarakan lagi dirumah ya." Ucap Jenny. Ibu dan anak itu pun pulang dengan berpeluh keringat karena olahraga masing-masing yang mereka lakukan sore ini.     

"Mami mandi dulu, Boy juga mandi yaa. Nanti mami buatkan potato wedges dan ayam goreng saus keju kesukaan Boy." Jenny mengusap rambut Boy dengan penuh kelembutan.     

"Asyiiikk, siap mam." Boy langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya.     

"Bi, tolong bantu Boy ya."     

"Siap, nyonya." Jenny segera menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk bersiap mandi dan memasak makanan kesukaan Boy.     

Dokter cantik itu tidak menyadari ada sepasang mata memperhatikannya dari balik dressing room. Jhonny sengaja menyembunyikan kedatangannya dengan meletakkan mobilnya di garasi kedua yang letaknya di dekat pos penjagaan. Pria itu baru kembali dari tugas luar kotanya selama 5 hari. Seharusnya pria tinggi besar itu kembali dua hari lagi namun pria itu mempercepat tugasnya untuk segera pulang karena dia sudah menghitung masa subur sang istri jauh-jauh hari.     

Jenny masuk ke dalam kamar mandi dan mengelap keringatnya yang sudah berkurang basahnya. Perempuan cantik itu melucuti satu persatu pakaiannya dan mulai menghidupkan kran air shower dengan menyetel suhu air hangat. Seketika tubuhnya menjadi lebih segar dan pikirannya pun lebih relaks. Sungguh obat terbaik untuk melemaskan otot-otot yang tegang dan pikiran sumpek adalah mandi air hangat dibawah kran shower.     

Namun, tiba-tiba kedua matanya melotot lebar manakala dia merasakan tangan besar berotot memeluk perutnya dari belakang. Tubuhnya bergidik merinding merasakan bukan hanya tangan besar yang menempel di perutnya, tapi juga punggungnya menempel ke dada agak berbulu milik pria yang sudah tidak asing lagi buatnya.     

"I miss you, honey. Dadaku terasa sesak bila berjauhan sangat lama darimu. Apa kamu merasakan hal yang sama?" Suara Jhonny yang berat dan dalam, sangat terasa di telinga Jenny sehingga perempuan itu tidak bisa berkutik sama sekali. Tubuhnya mematung dengan jantungnya yang masih saja berdegup kencang meskipun mereka sudah sering berhubungan intim.     

"Sejak kapan kamu pulang? Kenapa kamu tidak memberitahu aku?" Ujar Jenny protes.     

"Aku ingin memberi kejutan pada istriku."     

"Dan, kamu sukses membuat aku terkejut."     

"Hehehe, maafkan aku." Jhonny memutar tubuh istrinya menjadi menghadapnya. Kini tampaklah wajah cantik yang basah oleh air shower itu terpampang nyata di hadapannya.     

Jhonny mendorong tubuh sang istri dengan lembut hingga menempel di dinding. Satu tangannya menempel di dinding mengurung sang istri, sementara satu tangannya lagi sibuk membuat gerakan melingkar di dada sang istri dengan jari telunjuknya. Jenny memejamkan matanya dan menggigit bibirnya.     

"Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak merindukan aku?"     

"Jhonny, aku baru ingat kalau aku sudah berjanji pada Boy akan membuatkan makanan untuknya."     

"Tidak bisa, aku menginginkanmu saat ini." Jhonny langsung mencium bibir istri yang lama ditinggalkannya itu. Jhonny benar-benar lihai membuat Jenny terhanyut dan terbuai dengan mainannya. Mereka bercinta didalam kamar mandi menumpahkan hasrat rindu karena lama tidak berjumpa.     

-----     

"Kamu yakin sudah boleh pulang?"     

"Yakin kok tante. Kalau dirumah sakit terus malah badanku sakit semua. Lebih baik aku pulang dan beristirahat di rumah jadi besok aku bisa kerja kembali." Jawab Ruby setelah menempelkan bokongnya ke atas tepi kasur.     

"Masuk kerja? Tidak tidak, besok kamu libur dulu, minimal tiga hari untuk pemulihan." Jawab Sara.     

"Betul itu, aku akan katakan pada Donni untuk memberimu ijin sakit lebih lama lagi." James yang turut menjemput Ruby pulang, mengatakan pendapatnya yang sesuai dengan istrinya.     

"Jangan om, aku baik-baik saja kok. Aku tidak enak jadi karyawan baru tapi sudah ijin tidak masuk lama. Malam ini aku akan tidur lebih cepat jadi besok bisa bangun tidur lebih segar dan fit." Jawab Ruby sambil tersenyum cerah.     

"Memangnya pekerjaan kamu itu lebih penting dari kesehatan kamu? Pindah saja bekerja di kantor Darren! Perusahaan kami lebih hebat dan lebih terkenal dibandingkan perusahaan mereka." Tiba-tiba Roberts muncul dan membuat suasana menjadi lebih tegang dan lebih sesak.     

"Kakek, aku tidak ingin keluar dari sana. Kalau aku bekerja di tempat Darren, aku akan diperlakukan istimewa. Aku ingin memulai dari 0. Lagipula om Donni sangat baik padaku." Jawab Ruby lebih ngotot lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.