Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 487. Sekretaris Baru



V 487. Sekretaris Baru

0Terlepas dari semua itu, Ruby ingin membawa Anton ke London dan memperkenalkannya pada kedua orangtuanya paling telat dua tahun lagi. Terkesan buru-buru memang tapi lelaki muda itu juga sudah banyak yang mengincar untuk dijadikan menantu. Begitu yang Ruby dengar di bisik-bisik saat makan siang di cafetaria.     

"Ehem," Anton dan Ruby melihat ke arah deheman halus. Tampak Anton dan Ruby agak malu-malu dan gugup.     

"Anda Ruby?" Calista berdiri dan tersenyum ramah menyambut perempuan cantik yang baru kali ini ditemuinya, menurutnya.     

"Hai, kamu pasti Calista ya? Pantas saja Darren sangat tergila-gila dengan kamu. Ternyata kamunya cantik dan menggemaskan. Aku saja perempuan suka melihatnya." Jawab Ruby dengan penuh keramahan.     

"Hahaha, kamu pintar sekali bicara." Calista dan Ruby terkekeh bersama, diiringi tatapan Anton yang bingung dengan bahasa antara sesama perempuan yang usianya hampir sama itu.     

Ruby pun mempersilahkan masuk Calista ke ruangannya.     

"Anton, kamu tolong keluar dulu ya. Aku mau bicara dengan bos kamu." Anton menaikkan alisnya mendengar permintaan sang kakak. Ruby tersenyum tipis padanya.     

"Apa yang mau dibicarakan perempuan ini? Apa dia sudah tahu apa yang terjadi antara aku dan adiknya? Tidak mungkin, bukan?" Gumam Ruby dalam hati.     

Anton pun keluar meninggalkan dua perempuan dengan senyum di wajah mereka masing-masing namun entah apa maksud dari senyuman mereka. Setelah tinggal berdua didalam ruangan, Calista menatap wajah Ruby lekat-lekat.     

"Memang perempuan yang sangat cantik namun syukurlah dia bukan tipe Darren." Gumam Calista dalam hati.     

"Perempuan yang sangat sederhana namun sorot matanya sangat tajam dan auranya yang tenang namun bisa membuat orang salah mengira." Gumam Ruby dalam hati.     

"Aku dengar dari suamiku kalau kamu adalah teman kecilnya dan juga Jack dan Lewis. Bagaimana rasanya berteman dengan lelaki-lelaki most wanted idaman para wanita?" Tanya Calista dengan senyuman tipisnya.     

"Ah hahaha, jadi kamu kesini hanya untuk bertanya itu? Rasanya? Biasa saja. Sejak kecil sampai sekarang, mereka bukan seleraku jadi aku tidak punya perasaan apapun kecuali teman," Jawab Ruby santai.     

"Apa? Biasa saja? Wah, kamu tahu tidak? Banyak perempuan yang hampir kehilangan nyawanya karena wajah mereka. Termasuk aku." Jawab Calista pelan.     

"Karena wajah mereka? Mungkin harus ditambahkan lagi, karena wajah dan kekayaan mereka." Ujar Ruby.     

"Ya boleh juga."     

"Sayangnya, aku bukan perempuan yang tergila-gila dengan wajah dan kekayaan. Semua sudah aku miliki sejak aku masih dalam kandungan." Jawab Ruby penuh percaya diri.     

"Wah, hebat sekali perempuan ini. Rasa percaya dirinya sangat tinggi." Gumam Calista dalam hati.     

"Keren! Kalau memang semua sudah kamu miliki, sepertinya tidak ada lelaki yang bisa sesuai kriteriamu."     

"Hahahaha, tentu saja ada. Aku menyukai lelaki pemarah, keras kepala, dan tidak menyukaiku." Jawab Ruby sambil berdiri dan berjalan ke arah sofa tamu yang menurutnya lebih santai untuk berbicara dari hati ke hati dengan calon kakak iparnya itu.     

"Pemarah, keras kepala, dan tidak menyukai kamu? Sungguh kriteria yang sangat tidak wajar." Calista memutar kursinya tanpa bangkit dari duduknya karena malas untuk berjalan kesana kemari dengan perut yang sudah besar itu.     

"Memang benar tapi aku suka dengan tantangan. Semakin dia menghindar, semakin aku merasa tertantang." Jawab Ruby dengan sorot mata berbinar-binar.     

"Apa ... kamu sudah menemukan lelaki itu?" Tanya Calista penasaran.     

"Ehem, sudah." Jawab Ruby malu-malu sambil menyibak helaian rambut ke belakang telinganya.     

"Wah, sungguh beruntung lelaki itu bisa menaklukan seorang perempuan yang tidak mudah terpesona dengan kharisma seorang pria mapan dan tampan." Jawab Calista dengan senyum merekah di bibirnya.     

"Lebih tepatnya lagi ... aku yang beruntung. Karena akhirnya aku bisa membuat dia menyukaiku." Jawab Ruby dengan tersenyum lebar.     

"Waahh, sepertinya kamu sudah jatuh cinta."     

"Jatuh cinta?" Ruby terbengong mendengar ucapan Calista. "Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Aku memang belum pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya. Tapi, masa di umurku yang sekarang ini aku baru mengalami yang biasa dialami anak remaja pada umumnya?" Gumam Ruby dalam hati.     

"Selamat ya kalau begitu. Lelaki itu sangat beruntung mendapatkan cinta kamu. Kamu bisa beritahu aku siapa orangnya? Mungkin aku kenal dia." Calista memiringkan dagunya dan mengedipkan satu mata mencoba mencari tahu dengan naluri detektifnya.     

"Ahh, tidak tidak, kamu tidak perlu tahu siapa orangnya. Yang pasti, dia membuat aku semangat datang bekerja setiap hari dan membuatku lebih menyukai arti lembur sesungguhnya." Jawab Ruby sambil menampakkan barisan gigi putihnya yang terawat rapih.     

"Baiklah kalau begitu, maaf aku sudah mengganggu jam kerja kamu. Kalau begitu, aku pergi sekarang. Aku ... eh maaf tunggu sebentar." Baru saja Calista bangun dari duduknya, tiba-tiba telpon masuk dari suaminya membuatnya harus menerima panggilan.     

"Iya sayang, sudah aku sudah selesai. Iya aku akan pulang sekarang. Masih lama tidak? Ya sudah aku tunggu kalau begitu. Okay, jangan lupa makan siang yaa. Love you too. Mmuahhh," Ruby memperhatikan interaksi antara Calista dengan seseorang yang diujung telpon sudah pasti Darren. "Suami istri sangat menyayangi dan hidup bahagia, mana mungkin aku hadir menjadi orang ketiga di antara mereka? Dasar kakek tua itu tidak berperikemanusiaan dan berperasaaan! Untung saja aku tidak pernah menyukai si mata hijau." Gumam Ruby dalam hati.     

"Kalau begitu, aku pamit dulu. Terima kasih atas waktunya." Calista mengambil tas tangannya dan akan berjalan keluar namun Ruby mencegahnya.     

"Supirnya belum datang kan? Kamu tunggu disini saja. Nanti turun kalau sudah datang supirnya." Jawab Ruby.     

"Tidak tidak, aku tidak ingin mengganggu kamu lebih lama lagi. Aku akan menunggu di ruangan papah saja." Jawab Calista.     

"Disana tidak ada orang. Pak Jay juga sedang menemani tuan Donni bertemu dengan klien." Jawab Ruby lagi.     

"Ada sekretaris baru papah disana. Aku bisa menunggu di depan ruangannya." Calista berjalan keluar ruangan sambil memegang perutnya.     

"Sudah mbak? Mau kemana sekarang? Supirnya kak Darren sudah datang?" Anton yang sedang bekerja di depan laptopnya, langsung menghampiri Calista yang sudah ada di luar ruangan.     

"Belum, aku ingin ke ruangan papah saja. Mudah-mudahan bisa bertemu papah sebelum pulang." Jawab Calista.     

"Disana tidak ada orang, mbak. Tunggu disini saja lebih baik."     

"Kamu lupa ya kan ada sekretaris baru papah disana. Sepertinya dia perempuan yang baik. Aku akan mengobrol dengannya sambil menunggu papah." Jawab Calista.     

"Tuan Donni punya sekretaris baru? Bukankah selama ini Pak Jay yang menjadi asisten pribadi sekaligus sekretaris?" Tanya Ruby pada Anton. Lelaki yang ditanya mematung dan bingung harus menjawab apa.     

"Ada ... dia sekretaris baru dimutasi ke kantor om Donni." Jawab Anton dengan suara sedikit bergetar.     

"Siapa?" Ruby menatap Anton curiga karena biasanya lelaki itu selalu menatap matanya kalau sedang berbicara padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.