Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 488. Turunan Dari Mommynya



V 488. Turunan Dari Mommynya

0"Ada ... dia sekretaris baru dimutasi ke kantor om Donni." Jawab Anton dengan suara sedikit bergetar.     

"Siapa?" Ruby menatap Anton curiga karena biasanya lelaki itu selalu menatap matanya kalau sedang berbicara padanya.     

"Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sebagai anak buah papah sudah tahu siapa sekretarisnya." Ujar Calista.     

"Aku baru tahu hari ini kalau tuan Donni punya sekretaris perempuan. Dan, aku belum sempat keruangan beliau setelah bertemu klien." Jawab Ruby lagi.     

"Oooh, kamu mau antarkan aku ke ruangan papah?" Calista bertanya pada adiknya, Anton yang tampak senyum-senyum tipis seperti ingin menghindari Ruby dengan semua pertanyaannya. Ruby tahu kalau Ayu pernah jadi incaran Anton, sebelum mereka kini sedang resmi berpacaran walaupun masih rahasia.     

"Baiklah. Maaf bos, aku antarkan mbak Calista ke ruangan om Donni. Permisi. Ayo mbak." Anton mempercepat memencet tombol lift naik dan akhirnya pintu pun terbuka. Keduanya langsung menghilang dari pandangan Ruby.     

"Ada apa sih? Sepertinya mencurigakan sekali." Gumam Ruby sendiri.     

"Fyuh, selamat." Anton menyandarkan punggungnya pada dinding lift.     

"Selamat dari apa? Kamu sedang dikejar-kejar orang?" Wanita hamil keheranan karena adiknya tampak sangat panik dengan tertawa yang terpaksa.     

"Hehehe, tidak apa-apa. Om Donni pasti sudah sampai ruangan karena Ruby juga sudah kembali."     

"Ruby? Kamu memanggil bos kamu dengan nama saja?"     

"Hah? Oh maksudku ... nona Ruby." Anton panik merevisi kalimatnya namun Calista terlanjur curiga pada tingkah adiknya itu.     

TING!     

Lagi-lagi pintu lift menyelamatkan Anton. Pria itu segera keluar dan menemani sang kakak yang berjalan perlahan-lahan.     

"Tuan Donni sudah kembali?" Tanya Anton pada Ayu yang sudah melihat mereka dari jauh.     

"Sudah, baru saja. Aku juga sudah memberitahukan perihal kedatangan nona kesini." Jawab Ayu sambil tersenyum ramah. "Dia ini calon kakak iparku jadi aku harus bisa mengambil hatinya sebaik mungkin." Gumam Ayu dalam hati.     

"Terima kasih. Apa aku bisa masuk sekarang?" Tanya Calista.     

"Silahkan, nona."     

Calista mengetuk perlahan pintu yang terbuat dari kayu tebal itu.     

"Masuk." Suara papahnya yang terdengar berat dan dalam itu, seperti suara suaminya namun suara Darren lebih menggema terdengar sampai jarak jauh. "Calista? Ada apa kamu kesini?" Donni dan Jay yang melihat perempuan hamil ke kantor itu, agak bingung juga karena tidak ada urusan yang mengharuskan mereka bertemu disini.     

"Pah, apa kabar?"     

"Baik, kamu sendiri bagaimana? Perutmu semakin besar tapi kamu masih saja pergi kemana-mana." Donny meraih tangan anaknya dan duduk di sofa yang disediakan untuk tamu tersebut.     

"Ini belum seberapa dibandingkan waktu aku hamil Raja dan Ratu." Jawab Calista sambil tersenyum.     

"Oh iya, papah lupa kalau kamu punya pengalaman sangat mengesankan dan tak terlupakan kala hamil dan melahirkan si kembar." Calista dan Donni sama-sama tersenyum. Ayah dan anak itu pun terlibat obrolan seru mengenai kehamilan Calista, si kembar, Axel, mamah, dan juga semua yang mereka bicarakan kesana kemari.     

Setengah jam kemudian pun, mobil jemputan Calista sudah menunggu di lobi seperti yang sudah dijanjikan.     

"Aku pulang dulu, pah. Maaf mengganggu jam kerja papah." Ujar Calista sambil tersenyum lebar.     

"Iya tidak apa-apa. Aku senang kamu mau meluangkan waktu datang kesini. Sering-seringlah menjenguk mamahmu. Dia juga butuh teman berbicara." Ujar Donni.     

"Iya pah, besok aku usahakan kerumah mamah. Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu lagi. aku harus pulang sekarang." Calista dan Donni pun berpisah di ruangan. Jay mengantarkan sampai lobi anak dari bosnya tersebut.     

Anton yang langsung kembali ke mejanya setelah mengantarkan Calista, mendapatkan tatapan sinis dari Ruby yang memanggilnya ke dalam ruangan.     

"Jadi, sekretaris baru tuan Donni adalah perempuan yang kamu sukai itu?" Ruby berdiri dengan menyandarkan bokongnya didepan meja besar kerjanya.     

"Ya, aku juga baru tahu itu sekarang. Tapi, aku harap kamu tidak akan mempermasalahkan itu. kita sudah sepakat untuk memisahkan antara hubungan pribadi dengan hubungan pekerjaan, bukan?" Ujar Anton sambil membetulkan kacamatanya agar lebih pas diatas hidungnya.     

Ruby manggut-manggut setuju. Dia hampir saja terbawa emosi karena cemburu yang tidak beralasan. Anton benar, selama jam kerja mereka harus bisa bersikap profesional. Semua perasaan pribadi harus dikesampingkan.     

"Baiklah, kamu boleh keluar. Aku harus memeriksa dokumen yang banyak ini." Ruby membalikkan badannya untuk duduk di kursi kerjanya.     

"Aku sudah membeli tiket nonton di bioskop untuk kita berdua malam ini. Kamu mau kan?" Tiba-tiba entah kapan datangnya, Anton berdiri di belakang Ruby dan berbisik dekat sekali dengan wajahnya.     

"Ahhh kamu, bikin aku kaget saja." Ruby hampir melompat tapi Anton sudah mendekapnya dari belakang. "Kata kamu kita harus profesional? Ini masih jam kantor." Jawab Ruby dengan wajah masam dan ketus.     

"Aku hanya ingin menenangkan pacarku sebentar saja. Sepertinya hatinya sedang kacau dan cemburu." Anton mengecup leher Ruby dan menarik wajahnya dari samping dengan lembut. Ciuman panas pun tak terelakkan. Baik Ruby maupun Anton sama-sama saling melumat dan memagut lidah mereka didalam lebih intens.     

Hampir saja Anton kebablasan kalau saja tidak ada bunyi telpon masuk yang membuyarkan momen mereka berdua.     

"Aku kembali kerja dulu."     

"Tung ... gu!" Anton yang sudah keluar ruangan Ruby setelah membereskan kemeja dan kacamatanya, tidak mendengar panggilan Ruby yang mengharapkan dirinya tidak pergi secepat ini.     

"Siapa sih mengganggu saja?" Ruby melihat nama penelpon yang menghubunginya. Nomor tidak dikenal. "Siapa ya?" Dahi Ruby berkerut.     

"Ruby Judith! Apa yang kamu lakukan? Cepat pulang!" Suara menggelegar dari ujung telpon mendadak membuat telinga Ruby seperti dipukul benda tumpul yang sangat kencang sehingga menjadi berdengung hebat.     

"Mommy?"     

"Kamu masih menganggap aku mommy kamu? Cepat pulang!" Ujar wanita di ujung telpon tanpa mengecilkan volume suaranya.     

"Mommy dimana? Aku tidak mungkin pulang secepat ini." Jawab Ruby santai. Perempuan yang baru saja berciuman dengan pacar rahasianya itu, duduk di kursi kebesarannya sambil memilin ujung rambut pirangnya.     

"Mommy sedang berada di rumah tante Sara. Cepat kemari!"     

"Tidak bisa sekarang. Ini masih jam kerja." Jawab Ruby dengan suara tegas.     

"Apa? Bahkan kamu sekarang bekerja di negara orang? Luar biasa kamu! Kamu pulang atau mommy yang akan mengobrak abrik tempat itu sekarang!" Sifat keras kepala Ruby adalah turunan dari mommynya. Mereka berdua terkenal sering berdebat hebat hanya karena tidak mau mengalah satu sama lain, walau pada akhirnya Ruby yang memenangkan perdebatan karena dia tidak akan menuruti semua perkataan mommynya.     

"Aku akan pulang setelah jam kerja selesai." Jawab Ruby lalu mematikan telpon sepihak.     

"Huh, untuk apa sih mommy datang ke negara ini? Baru saja aku memulai hubungan dengan lelaki idamanku. Ahhhh, kesal kesal." Ruby menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan dahi dibentur-benturkan.     

Sara menatap sambil tersenyum wanita dengan rambut keemasan didepannya yang baru saja datang dari London, demi menjumpai anak satu-satunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.