Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 491. Menghela Napas Pasrah



V 491. Menghela Napas Pasrah

"Suster, tolong istriku mau melahirkan!" Suara Dave yang menggema memecah kesunyian malam di sebuah rumah sakit bersalin ternama di Jakarta itu.     

"Dave?"     

Beberapa petugas pun langsung membantu mengeluarkan seorang ibu hamil lagi yang akan melahirkan. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang dan menegangkan karena dalam waktu bersamaan para petugas medis itu akan membantu proses melahirkan dua wanita sekaligus, setelah beberapa pasien sebelumnya yang sudah datang menunggu untuk melahirkan.     

"Dave!" Panggilan Darren sebelumnya tidak didengar Dave tapi untuk yang kedua ini, ayah dari Devan itu mendengarnya.     

"Darren? Sedang apa kamu disini?"     

"Calista mau melahirkan." Suara Darren beriringan dengan langkah cepatnya menyusul sang istri yang sedang dibawa menuju ke tempat khusus.     

"Jadi istri kita sama-sama mau melahirkan malam ini?"     

"Ya, apa Dian tidak terlalu cepat waktunya untuk melahirkan?" Darren merasa kalau jarak usia kehamilan istrinya dengan Dian ada sekitar dua-tiga minggu seperti perkataan Calista.     

"Itu ..." Dave kebingungan untuk menjawabnya. Para suami pun duduk menunggu di ruang tunggu khusus keluarga yang menantikan persalinan para istri.     

Beberapa jam sebelumnya ...     

"Sayang, kamu masih lama kerjanya?" Dian menghampiri Dave yang masih sibuk didepan laptop dengan jari jemarinya yang lincah diatas papan angka huruf dan sebagainya. Perempuan hamil besar itu merasa jenuh sendirian didalam kamar. Devan sudah tidur sejak jam 8 malam. Sekarang sudah jam 10 tapi Dian masih belum mengantuk juga.     

"Iya sebentar lagi ya, aku harus segera mengirim email balasan ini sekarang juga ke klien di New York." Jarak perbedaan waktu antara New York dan Jakarta yang dua belas jam terkadang memaksa Dave untuk kembali membuka laptopnya setelah memastikan istrinya tertidur pulas.     

Dian menunggu sang suami yang masih sibuk mengetik, dengan duduk di lengan kursi yang diduduki Dave. Meski Dian tidak membaca isi email itu, Dian tahu kalau Dave sedang sibuk mengerjakan mega proyeknya yang baru saja didapatkan setelah mengalahkan banyak pesaing bisnis lainnya.     

Lima menit, sepuluh menit, pinggang Dian pegal juga. Kedua tangannya mulai merayapi leher sang suami. Wanita hamil itu mulai mengusap-usap rambut tebal sang suami dan mengecup puncak kepalanya. Dave yang masih sibuk mengetik tersenyum mendapatkan belaian lembut dari sang istri. Pertahanannya mulai goyah juga. Sehingga ayah dari Devan itu pun mempercepat ketikannya dan akhirnya dia menekan tombol 'Send'.     

"Selesai. Apa kamu mau aku temani tidur?" Dave mengambil tangan sang istri dan mengecupnya dengan penuh kelembutan. Dian mengangguk dengan rona manja menggemaskan yang sangat disukai Dave. Apapun yang ada pada istrinya, Dave menyukainya. Senyumannya, ucapannya, sikapnya, bahkan marahnya pun Dave akan menerima dengan hati lapang.     

Suami istri itu pun berjalan saling memeluk pinggang meninggalkan ruangan kerja Dave yang ada di lantai 1. Sejak istrinya hamil besar, Dave menjadikan kamar lain di lantai satu yang cukup besar menjadi kamar utama mereka. Sehingga Dian tidak perlu naik turun tangga lagi.     

"Tidurlah, sudah malam. Adiknya Devan juga pasti sudah sangat mengantuk." Dave mengusap perut besar sang istri setelah Dian berbaring diatas kasur dengan nyaman.     

"Adiknya Devan kangen sama daddynya. Dia ingin bertemu daddy katanya." Ucap Dian dengan intonasi manja. Dave tersenyum paham apa maksud dari perkataan sang istri.     

"Jadi, cuma baby saja yang kangen sama daddynya? Mommynya tidak kangen juga kah?" Dave berpura-pura kecewa dan sedih.     

"Mommynya sangaaaat kangen setiap saat." Dian memegang tangan Dave yang mengusap perutnya.     

Sorot mata lembut penuh kehangatan diberikan Dave pada istrinya, sambil tangan kanannya masuk ke dalam daster sang istri dan meraba perut besar itu langsung tanpa penghalang lagi. Dan, seperti yang Dave duga sebelumnya, sang istri tidak pernah memakai branya saat mau tidur. Tidak hanya mengusap perut sang istri, tangan Dave yang lebar dan besar juga menyentuh buah dada sang istri. Dian memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang sudah sejak tadi dia tunggu.     

"Kamu suka?" Dian mengangguk pelan menjawab pertanyaan sang suami.     

Sesunguhnya Dave juga sudah menunggu momen untuk bercinta dengan sang istri. Tiga hari sudah mereka tidak berhubungan dan itu membuat Dave sangat tersiksa setiap kali melihat istrinya berganti pakaian didepan matanya dengan tubuhnya yang sangat seksi di mata Dave. Perlahan Dave melepaskan daster sang istri melewati kepalanya. Dave pun melepaskan piyama dan segitiga yang menutup kejantanannya.     

"Aaah," Wanita hamil itu merasakan tangan sang suami yang mulai merayapi dada, perut, dan berakhirdi pangkalan pahanya. Dave mengusap kemaluan sang istri dengan lembut sehingga Dian melenguh sambil menggigit bibirnya.     

"Aku tidak mengijinkan kamu untuk menyakiti bibir indahmu." Dave pun melumat bibir Dian dengan penuh cinta. Lidah mereka saling menyambut dan memberikan sensasi kenikmatan yang sudah mereka tunggu sekian lama.     

"Sayang, aku akan memasukimu. Maukah kamu duduk diatas tubuhku?" Pinta Dave. Dian pun menyanggupinya. Dave membantu sang istri untuk berpindah posisi. Dengan Dian berada diatas tubuhnya, Dava akan bisa lebih mudah memasuki sang istri.     

"Aahhhhhh," Dian mengerang menahan kenikmatan yang diinginkannya sejak lama. Kejantanan Dave yang sangat Dian banggakan itu masuk menghujam kewanitaannya. Wanita hamil berpegangan pada sepuluh jari sang suami yang direntangkan ke atas. Kedua buah dada istrinya yang mengembang sempurna sejak hamil, ingin rasanya Dave raup sepuasnya sebelum menjadi hak milik adik dari Devan sepenuhnya.     

Dave pun memindahkan tangan Dian ke pahanya untuk berpegangan tangan. Perlahan Dave bangun dan kini posisi sang istri berada diatas pangkuannya. Dave pun melakukan keinginan yang sudah dia nantikan sejak tadi. Kedua buah dada sang istri di lahapnya dengan penuh kelembutan. Dave berharap bisa menikmatinya lebih lama. Sang istri menggigit bibirnya untuk menahan desahan yang akan terdengar sampai keluar. Dave memainkan payudara bengkak miliknya dengan cara yang paling seksi.     

"Dave, ahhh, aku ... mau keluaaaaaar." Dian mengerang merasakan cairan kentalnya keluar lebih dulu. Dave memegang punggung sang istri dengan kuat karena Dian mendongakkan kepalanya ke atas menahan kenikmatan dari klimaks yang dia alami lebih dulu.     

"Sayang, tunggu aku! Eughhh," Dave melakukan lagi dan lagi hingga Dian cukup lelah.     

"Tidak lama setelah itu dia mengalami kontraksi dan ... disinilah kami berada." Dave menundukkan kepalanya lesu.     

"Sama seperti nasibku ternyata." Darren menimpali.     

"Hahhhhh," Kedua pria itu sama-sama menghela napas pasrah. Perbuatan yang mereka lakukan disaat istri masing-masing sedang hamil besar, membuat mereka tengah malam harus melarikan para istri ke rumah sakit untuk melahirkan.     

"Darren ... Dave? Apa yang kamu lakukan disini? Kamu meninggalkan Dian sendirian dirumah?" Agnes datang dengan tergopoh-gopoh untuk menunggu anaknya melahirkan cucu ketiga untuknya. Namun, Agnes kaget ketika melihat Dave yang duduk disampingnya.     

"Aku ..."     

"Dave, kenapa kamu disini? Dimana Dian?" Donni berjalan cepat menghampiri Agnes yang melesat duluan setelah turun dari mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.