Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 492. Anak Lelaki dan Anak Perempuan



V 492. Anak Lelaki dan Anak Perempuan

0"Dave, kenapa kamu disini? Dimana Dian?" Donni berjalan cepat menghampiri Agnes yang melesat duluan setelah turun dari mobil.     

"Dian ... Ada didalam." Jawab Dave lemas. Donni dan Agnes melihat ke arah yang ditunjuk.     

"Dian ... Juga melahirkan?" Agnes menutup mulutnya tidak percaya. Dave kini hanya bisa mengangguk lemas.     

"Jadi saat ini kita sedang menunggu Calista dan Dian melahirkan. Bagus sekali!" Agnes memekik gembira. "Darren, apa Calista baik-baik saja?"     

"Dia baik-baik saja, mah. Aku langsung membawanya kesini ketika dia ketika perutnya mulas hebat." Ujar sang calon ayah untuk anak ketiganya itu.     

"Syukurlah, semua baik-baik saja. Semoga persalinan keduanya berjalan lancar." Ucap Agnes dan di-Aamiin-kan oleh ketiga pria lainnya.     

Tiba-tiba suara mami Sara terdengar mengejutkan mereka lagi.     

"Darren, Calista sudah melahirkan? Ahh, Agnes. Kamu sudah datang."     

"Mereka masih didalam. Kita tunggu dan berdoa saja agar mereka bisa melahirkan dengan mudah." Donni berdiri dan memberi kursinya untuk Sara agar duduk di dekat istrinya. Kedua kakek yang masih tampak segar di usianya yang tidak lagi muda itu, berjabat tangan dan berdiri berdampingan.     

"Mereka? Ada lagi yang melahirkan?"     

"Dian, istri Dave. Dia juga dilarikan kesini karena akan melahirkan." Jawab Agnes lagi.     

"Oh ya ampun, betapa menakjubkannya malam ini." Sarah melebarkan matanya. Suasana pun kembali sunyi. Masing-masing orang berdoa sepenuh hati agar dua perempuan hamil didalam diberikan kelancaran dan tidak mengalami hambatan. Kurang dari setengah jam kemudian, suara tangisan anak bayi bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Mereka ber enam spontan berdiri dan mendekati pintu masuk.     

"Keluarga dari nyonya Calista?"     

"Iya sust," Semuanya menghampiri seorang perawat yang baru keluar.     

"Selamat ya, anaknya laki-laki sehat. Ayahnya boleh silahkan masuk kedalam."     

Sontak seruan rasa syukur dan pekikan Alhamdulillah terdengar memenuhi lorong yang semula sepi. Darren pun bergegas masuk kedalam mengikuti perawat tadi. Tidak berapa lama kemudian, datang lagi seorang perawat lainnya. Kini Dave yang degdegan.     

"Keluarga nyonya Dian?"     

"Iya, saya suaminya. Bagaimana sust?"     

"Selamat ya pak, anaknya perempuan cantik sekali, seperti ibunya." Dave spontan berlutut dan menangis sesenggukan. Setelah melalui banyak sekali rintangan, akhirnya istrnya bisa melahirkan anak yang sangat cantik. Tapi, menurut Dave pasti lebih cantik lagi. "Mari pak, ikut dengan saya kalau mau melihat anak bapak."     

Dave langsung berjalan mengikuti perawat tadi. Kini tinggallah dua pasang suami istri yang malam ini sah menambah jumlah cucu mereka. Sara dan Agnes saling berpelukan senang. Ditengah kebahagiaan itu, datang pasangan suami istri lainnya yaitu Andrew dan Rosa yang ingin menyaksikan adik mereka melahirkan.     

"Selamat jadi om dan tante." Ucap Sara dan Agnes bergantian. Rosa menutup mulutnya dengan ekspres senang luar biasa. Rosa menangis sesenggukan. Dia dan adiknya, Dian, adalah yatim piatu, sehingga kebahagian ini hanya bisa dirasakan oleh segelintir orang.     

Rosa sedih namun Andrew menguatkannya dengan menepuk bahu sang istri dan mendekap wajahnya dalam pelukannya.     

"Rosa, Dave adalah anak angkat kami jadi otomatis Dian dan keluarganya sudah menjadi bagian dari kami. Kalian tidak perlu bersedih. Kami akan terus mendukung kalian karena kita sudah menjadi satu keluarga." Agnes menepuk punggung Rosa berusaha untuk menenangkannya.     

-----     

"Selamat pagi,"     

"Selamat pagi, miss."     

Ruby yang keluar rumah Anton lebih dulu menggunakan taksi, menyapa Anton yang sudah duduk lebih dulu di kursi kerjanya.     

"Ton, nona Ruby cantik sekali ya? Aku kalau berdiri bersebelahan dengannya, aroma parfumnya enak sekali. Wajahnya pun kalau dari dekat mulus sekali. Aku membayangkan bagaimana rasanya kalau ..."     

"Bro, bukankah ini jam kerja? Kamu kesini sudah selesai mengantarkan dokumen. Bukankah seharusnya kamu kembali ke mejamu?" Alis mata Anton dinaikan ke atas sebagai tanda kalau dia tidak ingin melanjutkan percakapan tidak faedah ini.     

"Ahhhh, kamu kerja terus. Sesekali santai lah. Oya, kamu sudah diundang Ayu pesta ulang tahun nanti malam di tempat karaoke yang eksklusif? Sejak dia jadi sekretaris presdir, gaya hidupnya langsung berubah. Biasa karaokean di restoran, kini di hotel bintang lima. Hahaha," Ujar teman Anton beda divis yang masih saja terus mengatakan hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.     

"Oh, aku belum menerima undangannya. Lagipula, hari ini pekerjaanku bertumpuk karena banyak proyek yang akan dimulai dalam waktu bersaman." Ucap Anton sambil menyandarkan punggung dan membuka kacamatanya.     

"Ckckck, kamu benar-benar tidak bisa diselamatkan. Lihatlah usiamu berapa sekarang? Kapan kamu akan menikah kalau kamu tidak punya pacar? Kapan kamu akan punya pacar kalau kamu tidak berkenalan dengan perempuan?" Suara teman pria Anton tersebut cukup keras sehingga terdengar dari dalam.     

"Anton? Ada apa diluar berisik sekali?" Ruby menelpon Anton dengan sambungan internal kantor. Anton menatap mata temannya untuk segera pergi karena sebelumnya sudah diperingatkan kalau yang menelpon adalah Ruby, bosnya langsung. Lelaki itu pun berjalan pelan-pelan lalu lari secepat mungkin sebelum bosnya Anton keluar dari ruangannya.     

"Hanya seorang teman yang memberitahukan aku kalau nanti malam ada undangan pesta ulang tahun Ayu." Jawab Anton jujur.     

"Dan, kamu mau datang?" Ruby bertanya     

"Tergantung," Jawab Anton.     

"Tergantung apa?" Perempuan yang sedang berdiri didekat jendela bagian dalam itu menatap Anton dari belakang.     

"Tergantung, apakah akan ada yang datang kerumahku dan menghabiskan malam denganku." Jawab Anton dengan seringai menggoda.     

"Huh, aku tidak bisa datang kerumahmu lagi. Mommy ku sudah marah terus sejak tadi karena aku tidak pulang kerumah semalam." Jawab Ruby sambil menggigit bibirnya gemas.     

"Kalau begitu, aku akan menghadiri ulang tahun Ayu. Aku tidak akan melakukan apapun disana. Aku harap kamu akan bersenang-senang dengan mommy mu." Ucap Anton sebelum mematikan panggilan.     

"Arggh, dasar pria egois!" Ruby kembali ke kursinya dengan langkah kaki menghentak. Hingga siang menjelang, Ruby selalu marah dan uring-uringan. Ditambah lagi panggilan telpon dari mommynya yang selalu mengingatkannya untuk pulang kerumah tante Sara secepatnya.     

"Bos ... Ruby, jam makan siang ini aku akan kerumah sakit untuk menjenguk mbakku Calista yang semalam melahirkan. Aku usahakan akan kembali sebelum jam dua siang." Anton masuk kedalam ruangan Ruby dan meminta ijin untuk datang telat setelah makan siang.     

"Apa? Calista sudah melahirkan? Aku juga ingin menjenguknya." Sorot mata Ruby berbinar bahagia. Akhirnya dia ada alasan agar bisa berpergian berdua saja dengan Anton.     

"Atas dasar apa? Kamu kan tidak mengenalnya dekat. Dan, tentu saja kamu tidak menjenguk untuk menegaskan hubungan kita berdua, bukan?" Anton menaikkan lensa kacamatanya yang dirasa kendur.     

"Cih, tentu saja tidak. Aku akan datang karena aku adalah anak buah dari tuan Donni. Begitu lebih baik, bukan?" Ucap Ruby sambil tersenyum menggoda pada pria yang berdiri di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.