Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 493. Balas Dendam



V 493. Balas Dendam

0"Cih, tentu saja tidak. Aku akan datang karena aku adalah anak buah dari tuan Donni. Begitu lebih baik, bukan?" Ucap Ruby sambil tersenyum menggoda pada pria yang berdiri di hadapannya.     

Keduanya kini sudah berada di depan sebuah rumah sakit bersalin. Anton dan Ruby langsung menuju ke lantai yang dituliskan kakak iparnya di pesan singkat ke ponsel Anton.     

"Senangnya mereka sudah punya tiga anak sekarang." Ruby tanpa sadar mengungkapkan kebahagiaannya pada pasangan yang baru dikaruniai anak ketiga tersebut. Anton hanya tersenyum tipis mendengarnya. Mereka tidak sempat berbincang lebih lama karena pintu lift sudah dibuka.     

Kamar Calista berada tidak jauh dari pintu lift. Baru sampai di lantai tersebut, mereka sudah diperlihatkan beberapa tamu yang menjenguk Calista juga Dian karena berada dalam kamar yang bersebelahan.     

Ruby melongo keheranan karena para pria yang datang adalah lebih banyak temannya semasa kecil di London.     

"Jack, apa kabar? Senang bertemu kamu kembali. Apa ini istrimu? Hai, namaku Ruby. Aku teman Jack sejak kecil. Tapi hanya sebentar sih. Karena dia langsung ke Indonesia." Ruby mengulurjan tanganya pada Carol untuk berjabat tangan.     

"Bahasa Indonesia kamu bagus sekali. Pasti sudah lama tinggal di Indonesia." Ucap Carol dengan senyum ramahnya. Tapi tidak dengan sang suami yang diam tanpa ekspresi.     

"Aku menguasai lima bahasa. Inggris, Mandarin, Hangeul, Rusia, dan Indonesia. Apakah Bahasa Indonesiaku terdengar lancar?"     

"Sangat lancar," Ucap Carol sambi terkekeh.     

"Haiii Lewis, long time no see. Kamu makin tampan saja. Apa es kutub ini sudah mencair? Atau, aku harus carikan api yang bisa membuatmu meleleh? Hmm," Ruby tidak mengetahui kalau Lewis sudah menikah dan punya anak. Likha yang sedang duduk bersama Leon, memang tidak berdekatan dengan Lewis sehingga sosoknya tidak nampak oleh Ruby.     

"Kamu jangan sembarangan bicara. Dia sudah punya istri dan anak." Bisik Anton pda Ruby sambil menekan bahu perempuan yang sejak tadi bicara sendirian.     

"Ah kamu sudah menikah? Dengan siapa? Oh aku tahu! Pasti Grace kan?"     

"Ruby!" Jack dan Anton spontan berkata dengan suara keras. Ruby terkejut mendengar namanya dipanggil tiba-tiba.     

"Kalian kenapa sih? Memangnya aku salah bicara?" Ruby tidak terima diteriakin begitu saja.     

Semua orang memijat dahi dan menghela napas melihat kelakuan perempuan bule ini yang bicara tanpa melihat situasi. Tampak Likha tersenyum tipis melihat beberapa orang menatap dirinya.     

"Sudah bicaranya? Aku tidak perlu api untuk mencairkan hatiku. Cukup air yang sejuk yang bisa membuat hatiku yang beku menjadi cair dan sikapku yang buruk terhapus seiring air yang menyiram semua keburukanku. Perkenalkan, ini istriku. Likha dan ini anakku, Leon." Lewis menghampiri sang istri yang sedang memangku anak tampannya.     

"Kamu istrinya Lewis?" Tanya Ruby dengan wajah sendu.     

"Iya betul, nama saya Likha. Tapi, kenapa anda tampak bersedih?" Likha balik bertanya pada perempuan yang duduk setengah berlutuut dihadapannya sehingga Likha menjadi sedikit risih.     

"Karena ... aku mengucapkan, turut berduka cita memiliki suami seperti Lewis. Perempuannya banyak dimana-mana ...,"     

"Ruby, kamu sudah terlalu banyak bicara." Anton menarik tangan Ruby agar menjauh dari Likha yang wajahnya masih bingung.     

"Kamu itu! Kalau bukan perempuan, sudah aku hajar sampai babak belur." Ucap Lewis kesal.     

"Apakah kalian semua sudah menjenguk?" Tanya Anton merubah topik pembicaraan demi keselamatan semua pasangan yang ada ditempat ini.     

"Masih belum. Didalam sedang ada orangtua Calista dan orangtua Darren. Menjenguknya tidak boleh rombongan." Jawab Carol.     

"Oh begitu. Baiklah sambil menunggu antrian menjenguk, aku akan perkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Ruby Judith. Aku lahir dan besar di London. Saat ini aku bekerja di perusahaan tuan Donni sebagai seorang Manager, dan ini adalah wakil manager saya, Anton." Ingin rasanya Ruby menambahkan embel-embel status 'pacar' dibelakangnya. Namun, dia dan Anton berkomitmen untuk menutup rapat-rapat hubungan mereka, minimal untuk tiga bulan kedepan selama masa percobaan Ruby bekerja.     

"Kamu yakin ... hanya teman? Aku punya banyak kenalan karyawan perempuan yang suka pada Anton." Lewis seperti menemukan celah untuk balas dendam pada perempuan yang berani membuat istrinya menatap curiga pada Lewis.     

"Maksud kamu apa? Kami ... memang hanya teman." Ucap Ruby mengelak.     

"Oh begitu? Anton, kemarilah!" Lewis memanggil adik angkat Calista untuk mendekat. Ruby merasa Lewis sedang mencoba balas dendam padanya.     

Pria berkacamata itu mendekati ayah dari Leon dan Lewis tampak mengeluarkan ponselnya.     

"Ini beberapa karyawanku yang masih lajang. Atau, kamu mau calon istri seorang perawat? Ini beberapa teman istriku yang masih single. Kami bisa usahakan nomer ponsel mereka kalau kamu mau." Ujar Lewis dengan seringai sinisnya.     

Jack, Carol, dan Likha hanya tersenyum melihat tingkah Lewis yang sukses memanas-manasi Ruby. Tampak sorot mata perempuan yang sejak tadi memancing kemarahan Lewis itu melotot tajam dan menampakkan kebencian yang teramat sangat pada pria blasteran itu.     

"Ba-baiklah, nanti aku kabari kalau aku berminat. Untuk saat ini, aku belum ingin berpacaran dulu." Jawab Anton sambil matanya tidak lepas menatap Ruby yang kesal bukan main.     

"Jangan lama-lama! Kamu itu anak baik-baik jadi harus mendapatkan perempuan yang baik-baik juga." Jawab Lewis.     

"Cih! Memangnya kamu pria baik-baik? Entah keberuntungan apa yang kamu dapatkan bisa mendapatkan perempuan secantik dan berjilbab pula seperti itu?" Jawab Ruby dengan seringai sinisnya.     

"Sudah-sudahlah, tidak akan ada habisnya kalian bertengkar." Jack berdiri karena mendengar pintu dibuka dari dalam.     

"Tuan Donni, nyonya Agnes," Carol dan semuanya menyapa sepasang orangtua Calista yang keluar lebih dulu. Disusul James dan Sara.     

"Kalian boleh masuk, tapi jangan banyak-banyak. Kami mau menjenguk anak Dian dan Dave." Sara berkata dan empat orang dewasa itu pun menuju kamar Dian yang sudah lainnya jenguk sebelum ke tempat Calista.     

"Calista, dimana baby boynya?" Carol dan Likha sangat antusias untuk bisa melihat anak ketiga Calista dan Darren. Tampak Darren langsung dkerubungi Lewis dan Jack juga Anton dan dihujani ucapan selamat karena mendapatkan anak ketiga. Ruby berjalan dibelakang para wanita dengan ragu-ragu.     

"Selamat yaa, rumah semakin ramai dengan bertambahnya anak." Jawab Carol.     

"Iya, doakan aku juga segera hamil. Karena Leon iri pada yang lainnya sudah punya adik. Hehehe," Ucap Likha kemudian.     

"Terima kasih yaa, Carol dan Likha. Juga suami kalian masing-masing. Aku senang kalian mau datang melihat kami."     

"Ini sudah merupakan kewajiban antara sesama teman."     

"Betul itu," Sahut Likha membenarkan ucapan Carol, dengan senyum manisnya.     

"Hai, kita bertemu lagi. Selamat yaa," Calista masih menampakkan kelelahan karena tidak tidur semalaman dan bayi laki-lakinya kuat menyusu setiap dua jam sekali.     

"Terima kasih, tidak usah repot-repot kemari." Ujar Calista.     

"Sama sekali tidak repot. Kebetulan sekarang jam makan siang." Ucap Ruby lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.