Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 494. Daniela Emma Kingstone



V 494. Daniela Emma Kingstone

0"Terima kasih, tidak usah repot-repot kemari." Ujar Calista.     

"Sama sekali tidak repot. Kebetulan sekarang jam makan siang." Ucap Ruby lagi.     

"Untuk apa kamu kesini?" Darren menghadang Ruby mendekati istrinya. Pria ini tidak ingin istrinya mengenal Ruby lebih akrab. Si mata hijau khawatir istrinya bisa terkontaminasi jika terlalu sering bergaul dengan perempuan yang banyak bicara dan selalu dihindari oleh Jack dan Lewis.     

"Darren," Calista memukul pelan tangan kiri suaminya. Darren tetap berdiri tidak peduli dan terus menatap Ruby dengan pandangan tidak suka. Anton yang melihat interaksi keduanya bagaikan anjing dan kucing, perlahan mendekati Ruby dan menarik lengannya untuk menyingkir. Ruby justru menolaknya.     

"Memang kenapa kalau aku mau dekat dengan istrimu? Kamu takut dia akan mengenal pergaulan bebas dan lupa dengan keluarganya? Aku kasih tahu kamu ya, aku juga tahu diri di negara orang. Aku tidak akan mengajari istrimu untuk berbuat yang tidak pantas. Atau ... sebenarnya kamu itu ... takut kalau aku ... memberitahukan istrimu tentang ... perempuan yang kamu sukai saat masih kecil?" Ruby menyeringai sinis. Seolah menemukan kartu truff, perempuan berambut pirang itu menyingkirkan Darren dengan satu tangan. "Minggir!" Semua orang yang melihat momen itu langsung menganga lebar dan menahan napas tidak percaya.     

"Calista, kalau kamu sudah bosan dengan pria egois seperti itu, aku punya banyak teman pria yang masih single ..."     

"RUBY!" Kini semua lelaki diruangan itu kompak meneriaki perempuan yang menghela napasnya.     

"Ruby, aku tahu kamu perempuan baik-baik. Tapi, terkadang niat baik kita tidak dianggap kalau kita tidak bisa bersikap baik. Aku berterima kasih tapi aku sudah sangat cukup dan senang bersuamikan Darren. Dia adalah ayah dari tiga anak kami. Sampai kapanpun dia adalah suami aku dan aku adalah istrinya." Calista menggenggam telapak tangan Ruby dan berbisik sesuatu ke telinga perempuan itu. "Apakah kamu sudah tidur dengan adikku?"     

Ruby tersentak kaget dan wajahnya memerah dengan kedua bola matanya berkeliling kesana kemari.     

"Aku ... kenapa kamu bisa bicara begitu?" Ruby menggenggam tangan Calista dan berbisik dekat di telinganya.     

"Karena ... tidak ada yang bisa menolak pesona wakil manager berkacamata yang tampak dingin di luar tapi kalau sudah mengenalnya maka dia adalah pria yang penuh perhatian." Jawab Calista lagi, dengan sambil berbisik tentunya.     

Calista tahu betul seperti apa adiknya. Dulu sewaktu masih SD dan SMP satu sekolah, banyak yang menitip salam padanya namun Anton hanya menanggapinya dengan seringai sinis. Baginya, perempuan itu sangat merepotkan. Hampir saja Calista saat itu menyangka adiknya ada kelainan orientasi seksual tapi langsung terpatahkan ketika Calista melihat kalau adiknya ternyata tidak suka duduk berdekatan dengan sejenisnya.     

"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa harus berbisik?" Darren mencurigai istrinya yang mulai terpengaruh oleh Ruby.     

"Tidak ada sayang, Ruby hanya bilang kalau dia tidak bisa lama-lama karena harus kembali ke kantor." Ujar Calista sambil tersenyuum.     

"Oh benar sekali. Tidak terasa waktu berjalan cepat. Sepuluh menit lagi jam istirahat berakhir. Kalau begitu, kami kembali ke kantor duluan. Selamat ya mbak. Aku senang bertambah lagi keponakanku." Ujar Anton sambil menarik lengan Ruby untuk memintanya keluar dari kamar.     

"Selamat untuk kalian. Aku hanya bisa membawa ini. Lain kali aku pasti membawa yang lebih bagus lagi." Ruby meletakkan buket buah diatas nakas disamping Calista.     

"Terima kasih ya, hati-hati dijalan."     

"Daagh," Ruby melambaikan tangan ke semua orang yang hadir disana tapi hanya para perempuan yang membalas lambaian tangannya.     

"Aku rasa diantara mereka berdua terjadi sesuatu." Jack berkata tiba-tiba.     

"Sudah terlihat jelas, Ruby dan Anton sedang berpacaran, hehehe," Carol menimpali sambil terkekeh.     

"Benarkan? Aku juga merasa begitu. Padahal tadinya aku ingin menjodohkan Anton dengan salah seorang temanku." Likha ikut menimpali Carol.     

"Sudahlah sayang, kita tidak usah ikut campur urusan mereka. Kamu tidak akan tahu seberapa kuatnya pengaruh perempuan bule itu pada sifatmu nanti." Lewis mendekap bahu sang istri dan mengecup puncak kepalanya.     

-----     

"Dia cantik sekali ya," Dian yang sama-sama baru melahirkan di hari yang sama dengan sahabatnya, Calista, menatap anak perempuannya yang masih merah. Suster mengijinkan Dian untuk mendekap anaknya karena akan diberi ASI.     

"Ya, dia mirip sekali dengan kamu. Hidungnya, bibirnya, dan pipinya sangat lembut." Dave ikut menatap sang anak perempuan dengan berbaring di sisi sang istri dan memeluknya dari belakang.     

"Dave, Devan sama siapa dirumah?" Tiba-tiba Dian teringat anak pertamanya.     

"Ada sama pengasuhnya. Aku sudah bilang untuk diantarkan kesini setelah pulang sekolah." Jawab Dave.     

"Oh syukurlah, aku yakin Devan akan sangat senang sekali punya adik perempuan. Dia akan melindunginya dengan sangat baik." Ujar Dian sambil tersenyum dan memutar wajahnya menatap sang suami.     

"I love you, babe. I love you so much." Dave mengecup bibir sang istri yang polos tanpa polesan make up. Bukan hanya mengecup, pria itu juga melumat bibir Dian dan memainkan lidahnya.     

"Ummph, Dave."     

"Maafkan aku. Aku terbawa suasana." Ayah dari Devan itu mengusap bibir sang istri yang nyaris bengkak.     

Daniela Emma Kingston, begitulah nama yang diberikan Dave dan Dian pada anak kedua mereka yang berjenis kelamin perempuan. Nama yang sudah mereka cari sejak Dian mengandung anak keduanya di usia 5 bulan.     

"Aku tidak menyangka hidupku akan seindah dan sebagus ini, jika membayangka kembali seperti apa kehidupanku sebelumnya." Ujar Dave memeluk sang istri erat-erat. Daniela yang sudah puas menikmati ASI mommynya, langsung di letakkan oleh Dave di dalam boks cantik di sebelah ranjang istrinya karena sudah pulas tertidur.     

"Jangan diingat-ingat lagi yang dulu. Aku rasa dulu aku akan gila jika terikat denganmu. Aku hampir bunuh diri saat itu, kamu ingat kan?" Dian berbaring di lengan kiri sang suami sambil menikmati usapan tangan Dave pada pipinya.     

"Tapi aku bersyukur aku mendapatkanmu, meskipun dengan penuh perjuangan. Kelak Devan harus memiliki istri seperti mommynya. Kuat, punya prinsip, dan cantik lahir batin." Jawab Dave sambil sesekali mencium pipi Dian.     

"Kamu pintar sekali merayu. Tetap saja, kamu puasa selama empat puluh hari kedepan."     

"Aaaahhhh, aku bisa gila dibuatnya. Inilah yang aku tidak suka setelah kamu melahirkan." Dave menyembunyikan wajahnya dibawah lengan kanannya dan berpura-pura lemas. Dian terkekeh melihat sang suami yang merajuk.     

-----     

Pupil mata Ruby sontak melebar, begitu juga Anton yang berdiri di belakangnya, ketika melihat sesosok wanita dengan rambut pirang duduk di sofa ruang tunggu diluar ruangan kerja Ruby. Dialah mommy Ruby yang tidak sabar untuk segera membawa anaknya pulang ke London.     

"Mom,"     

"Ruby, bisakah kita bicara berdua saja?" Diane bertanya dengan sorot mata tajam dan seringainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.