Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 496. Memperhatikanku Diam-Diam



V 496. Memperhatikanku Diam-Diam

0"Wah, senang sekali dokter anak saya adalah teman Calista." Ucap Dian sambil melihat anaknya diperiksa.     

"Daniela sangat sehat dan nanti sore boleh pulang." Ucap Erwin, dokter muda tersebut.     

"Oh iya dok, terima kasih."     

"Maaf kalau saya boleh tanya, ibu teman dekat Calista?"     

"Iya, kami berteman dekat sejak dia masih kuliah menyambi bekerja. Apa dokter teman dekat Calista juga?" Dian yang duduk di kursi dekat anaknya, bertanya pada dokter yang berdiri dengan jarak kurang lebih dua meter darinya.     

"Tidak dekat, kami hanya teman satu kampus saja. kami beda jurusan jadi hampir jarang mengobrol satu sama lain."     

"Ohhh, apa dokter juga yang memeriksa anaknya Calista?"     

"Calista ... sudah punya anak?" Erwin tampak bingung, cenderung tidak percaya dengan yang didengarnya.     

"Hahaha, dia baru saja melahirkan anak ketiga, dok. Dokter juga pasti sudah berkeluarga dan punya anak." Dian senang sekali ada teman berbicara di pagi ini. Feni belum datang jadi kamar rawat inapnya terasa sepi kalau Daniela sudah tidur.     

"Anak ketiga? Wah, saya baru tahu. Ya betul, saya yang akan memeriksa anak dia setelah dari Daniela. Kalau begitu, saya permisi dulu. Maaf, saya sudah bertanya banyak jadi mengganggu istirahat Anda." Dokter Erwin berkata dengan santun.     

"Tidak masalah, saya senang berbicara dengan Anda." Dian pun mengangguk.     

Erwin keluar dari kamar Dian dan sekarang giliran mengecek kondisi bayi Kral yang ada di sebelahnya.     

Tok tok tok ...     

"Silahkan masuk."     

"Maaf, saya akan melakukan pemeriksaan di pagi hari." Erwin masuk ke dalam kamar dengan Hera yang menjumpainya. Tidak dilihatnya Calista di dalam ruangan.     

"Oh ada dokter. Kral sudah bangun, bu Hera?" Ternyata Calista ada di dalam kamar mandi dan keluar begitu mendengar suara orang mengetuk pintu.     

Erwin langsung melakukan pemeriksaan pada Kral. Sama seperti Daniela, kondisi tubuhnya sangat bagus dan bisa pulang sore ini juga.     

"Kral tampan, kamu bisa pulang sore ini ya. Sehat-sehat selalu anak tampan." Wajah Kral memang sangat tampan meski masih bayi. Ketampanannya sudah terlihat jelas diwariskan dari sang ayah.     

"Dokter Erwin, Anda sibuk pagi ini? Aku ingin berbicara sebentar kalau Anda tidak sedang tugas keliling. Erwin melihat arlojinya dan berkata,     

"Aku punya waktu sekitar lima belas menitan. Mau bicara dimana?" Erwin bertanya kembali.     

"Bu Hera, dokter ini adalah teman kampusku tapi kami beda jurusan. Dokter, ini adalah bu Hera yang sudah lama bekerja dengan keluarga suamiku sejak aku belum menikah dengan suamiku.     

"Oh, pak dokternya teman nyonya Calista? Wah, senang sekali bisa reunian lagi." Ucap Hera.     

"Hehehe, biasa saja bu. Aku juga bukan teman dekat dokter. Kami hanya pernah bertemu sesekali. Kalau pak dokter tidak keberatan, kita bicara disini saja." Ucap Calista.     

Calista berjalan menuju dua kursi dan meja bundar kecil yang ada di dekat jendela.     

"Bagaimana kabar dokter Erwin? Lama tidak berjumpa, dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Selalu tampak tenang." Ujar Calista dengan santainya.     

"Hehehe, kamu ternyata salah satu perempuan yang memperhatikanku diam-diam ya." Erwin kini mulai bisa berbicara dengan santai.     

"Tidak juga. Oya, kamu sudah berkeluarga juga kan?"     

"Hmm, sayangnya belum."     

"Oh, maafkan aku."     

"Tidak masalah. Aku hanya belum beruntung dalam hal percintaan. Perempuan yang aku cintai, sudah jadi milik orang lain." Jawab Erwin sambil menatap pemandangan diluar dari balik kaca jendela kamar.     

Calista termenung sejenak dan menghela napas.     

"Kamu pasti sangat menyukai Linda sampai rela tidak menikah hingga kini."     

"APA? Linda? Apa hubungannya dengan Linda?" Erwin kaget sekali mendengar nama Linda disebut. Memang benar sih dulu ada gosip kalau teman perempuan jurusan ekonomi itu menyukainya. Tapi, Erwin tidak menganggap itu semua dan baginya Linda hanyalah salah satu dari perempuan yang mengeluk-elukkan kehadiran dirinya.     

"Jadi bukan Linda? Aku dengar Linda sudah menikah dengan teman kakaknya dan sekarang mereka sudah punya anak. Gosipnya satu kampus kamu dan Linda adalah pacaran." Jawab Calista sambil tersenyum lebar.     

"Hahaha, bukan bukan. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Linda dari dulu sampai sekarang. Oya, maafkan aku, waktu lima belas menitku sudah selesai dan aku harus keliling pasien lagi. Selamat atas kelahiran anak ketiga. Maaf aku tidak bisa memberikan hadiah apa-apa karena aku baru tahu." Erwin berdiri memberi salam dan meninggalkan Calista juga Hera yang duduk sejak tadi di sofa panjang dekat boks bayi Kral.     

"Hmm, kalau bukan Linda, siapa ya? Lelaki tampan seperti dia mana mungkin ada yang menolak? Sayangnya, aku tidak kenal dekat dengan dia, kalau tidak ... hihihi," Calista bergumam dan cekikikan sendiri.     

"Perempuan itu ... kamu, Calista. Aku ingin mendekatimu sejak dulu tapi kamu terlalu sibuk dengan kuliah dan pekerjaan sambilanmu. Bahkan teman-teman kamu bilang kalau kamu tidak ingin berpacaran sebelum wisuda. Jadi, aku pikir aku bisa mengungkapkan perasaanku di saat hari wisuda kita. Tapi, ternyata Tuhan berkehendak lain. Hah, senang melihat kamu kembali. Semangat hidupku mulai kembali lagi. Meskipun kamu sekarang, sudah menjadi istri orang lain dan ibu dari tiga anak-anak kamu." Erwin berhenti berjalan di tengah-tengah lorong dan bergumam dalam hati.     

-----     

"Setelah makan siang, atur rapat dengan tim perencanaan." Darren yang baru kembali dari rapat pertamanya hari ini, langsung menuju ruangannya untuk menelepon istri tercinta yang dia tinggalkan di rumah sakit. Calista menyuruh Darren untuk masuk kerja karena telpon berdering terus sejak kemarin dan telinga Calista rasanya mau pecah mendengar ayah tiga anak itu sibuk menerima telpon dari rekan bisnisnya. Suaminya sedang melakukan mega proyek dan kehadiran Darren sangat dibutuhkan setiap saat di kantor.     

"Siap, tuan." Andrew yang berjalan di belakangnya mengangguk hormat dan berjalan keluar meninggalkan ruangan presdir.     

"Sayang, apa kamu sudah makan?" Darren duduk di kursi kebesarannya. Demi ingin mendengar suara istrinya, Darren buru-buru menyelesaikan dapat dan membuat pe-er untuk semua orang yang hadir di rapat untuk menyerahkan tugasnya sebelum pulang hari ini.     

"Sudah, kamu sudah makan juga kan?" Calista yang baru saja menyusui Kral, menerima telpon dari suaminya bertepatan dengan dirinya yang baru selesai mengancing daster yang dikenakannya.     

"Aku baru selesai memimpin rapat. Oya, dokter bilang apa? Kamu boleh pulang hari ini?"     

"Ya Darren, kami sudah boleh pulang hari ini tapi agak sorean. Kamu tidak perlu menjemput. Kami akan pulang bersama Hera dan supir." Ucap Calista dengan suara yang membuat Darren tiba-tiba ingin kerumah sakit.     

"Tidak tidak, kalian tunggu aku datang. Aku akan langsung pulang begitu selesai meeting." Ujar Darren.     

"Tapi,"     

"Aku ingin menggendong Kral pulang ke rumah. Bolehkan?" Suara Darren tiba-tiba lembut merendah membuat Calista tidak bisa menolaknya.     

"Haahh, ya tentu saja. Kenapa tidak?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.