Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 497. Menggebrak Meja



V 497. Menggebrak Meja

0"Aku ingin menggendong Kral pulang ke rumah. Bolehkan?" Suara Darren tiba-tiba lembut merendah membuat Calista tidak bisa menolaknya.     

"Haahh, ya tentu saja. Kenapa tidak?" Calista benar-benar tidak berdaya jika Darren sudah merajuk. Si mata hijau tahu betul kelemahan istrinya jika dia ada maunya. Darren tersenyum penuh kemenangan.     

"Andrew, rapat siang ini dimulai pukul satu tepat. Jam tiga aku harus menjemput istriku pulang dari rumah sakit." Darren menelpon Andrew lewat telpon intern kantor.     

"Siap tuan," Jawab Andrew di luar.     

Tok tok tok …     

"Siapa lagi?" Gumam Darren dalam hati. "Masuk!"     

"Hai bro," Lewis, salah satu pemilik saham di perusahaan ini yang juga teman dan sepupunya itu masuk seorang diri. Tidak, bukan sendirian, tapi ternyata ada Jack.     

"Ada apa kalian berdua kesini? Aku harap ini penting sekali ya." Ujar Darren mengancam kedua sahabatnya.     

"Kamu pikir aku kesini untuk main-main? Lebih baik aku dirumah menemani istriku berkebun daripada harus bertemu denganmu." Jawab Lewis dengan seringai sebal.     

"Ya, aku juga lebih baik menemani Nathan bermain daripada harus kesini." Ujar Jack.     

Darren tersenyum mendengar ucapan kedua sahabatnya. Mata hijau tidak menduga ada hari dimana sekarang mereka bertiga lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarganya, dibandingkan nongkrong-nongkrong seperti dulu saat mereka masih lajang.     

"Katakan, ada apa?" Darren ikut duduk di sofa khusus tamu yang disediakan di ruangannya.     

"Britney, dia membuat ulah lagi." Jack memulai percakapan yang langsung terasa penting untuk Darren.     

"Apa maksud kamu?" Ayah dari si kembar dan Kral itu bertanya sambil mengernyitkan dahi.     

"Aku melihat dia di kafe dan kali ini dengan pria berbeda." Jawab Lewis.     

"Kafe? Bukankah dia masuk DPO?" Darren tidak mengerti ulah apa lagi yang akan perempuan ular itu lakukan. Setiap kejahatan yang dia perbuat, selalu berhasil lolos dari jeratan hukum. Entah karena bantuan orang kuat dibelakangnya, atau meloloskan diri dari penjara.     

"Tentu saja dengan menyamar. Tapi aku tahu itu dia dari gerakannya. Meskipun dia mengganti wajahny berkali-kali." Ujar Lewis lagi. Darren terdiam sejenak. Otaknya berpikir keras bagaimana membekuk perempuan yang sialnya pernah mengisi hatinya dan membuatnya berpaling dari istrinya di awal-awal pernikahan mereka.     

"Kamu kasih pengawalan lagi untuk keluargamu. Dia terobsesi padamu jadi dia pasti akan berusaha segala cara untuk mencelakai Calista lagi dan anak-anakmu." Kali ini Jack berkata. Darren menatap Jack lekat-lekat lalu berpikir kembali.     

"Aku akan menempatkan Ivan kembali untuk menjaganya. Okay, terima kasih peringatannya. Lalu apa ada lagi?"     

"Hmm, kita selama ini belum pernah melakukan libur bersama dengan para istri dan anak-anak kita. Jadi, aku dan Jack memiliki rencana untuk kita semua menginap di villa bukit milik keluargaku di Bromo. Kira-kira satu minggu dari sekarang. Bagaimana?" Lewis mengusap dagu yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu sambil melirik Darren.     

"Hey, istriku baru saja melahirkan. Dan, kalian mengajak Dave juga kan? Dia juga sama istrinya baru saja melahirkan. Kenapa harus mendadak seperti ini?" Darren mengernyitkan alisnya.     

"Karena dua minggu lagi, aku, Likha, dan Leon akan ke Bali untuk berlibur. Lagipula villa di Bromo sudah siap huni kapanpun kita datang. Tinggal kitanya saja bisa atau tidak." Ujar Lewis dengan santainya.     

"Entahlah, aku bilang istriku dulu. Siapa saja yang ikut?" Tanya Darren lagi.     

"Aku, Jack, Kamu, Dave, dan Jhonny. Lima keluarga sudah cukup kan? Atau mau tambah lagi?" Tantang Lewis. Jack tersenyum menyeringai. Darren menghela napasnya.     

"Lihat nanti, aku akan bilang istriku dan aku akan bertanya pada dokternya dulu apakah boleh bepergian satu minggu setelah melahirkan." Ucap Darren lagi. "Ada lagi?" Darren melirik arloji di tangan kirinya. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin, makan siang, rapat kedua, lalu bergegas ke rumah sakit untuk menjemput istri dan anaknya.     

Lewis dan Jack yang menyadarinya, saling bertukar pandang dan menaikkan alis sebagai tanda untuk segera hengkang dari ruangan kerja Darren.     

"Nope, jangan lupa kabar-kabari ya. Aku, Jack, dan Jhonny sudah setuju. Tinggal kalian para bapak-bapak yang baru punya anak bayi lagi."     

"Hahahaha," Jack tertawa lepas, diikuti Lewis yang menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"What? What did you guys laughing at?"     

"Nothing! Selamat bekerja!" Jack dan Lewis melambaikan tangan mereka tanpa melihat wajah Darren yang tidak mengerti.     

"Dasar orang-orang aneh!" Gumam Darren dalam hati.     

-----     

"Jadi, kamu menghadiri pesta ulang tahun Ayu semalam?" Ruby yang sedang melihat dokumen yang dibawa Anton dan meminta tanda tangan darinya itu, berkata tanpa menatap pria yang berdiri di seberang mejanya.     

"Ya, banyak teman-teman kantor disana. Aku tidak enak kalau tidak datang karena diundang." Jawab Anton dengan lugas.     

BRAK!     

Ruby memukul pulpennya ke atas meja. Anton sempat kaget mendengar bos sekaligus kekasih rahasianya itu menggebrak meja dengan pulpen yang digenggamnya.     

"Duh, kelepasan." Ruby menyeringai dengan senyum lebar dan menatap ke arah Anton seolah tidak terjadi apa-apa.     

"Hmm, bagaimana dengan mommy kamu? Apa beliau masih marah padamu atau …,"     

"Mommy ada dalam genggamanku. (Maksud Ruby dalam genggaman adalah Ruby selalu bisa membujuk mommynya semarah apapun mommynya)."     

"Oh bagus kalau begitu. Apa dokumennya sudah selesai diperiksa?" Anton melihat perempuan yang duduk didepannya ini tidak membalik ke halaman berikutnya. Hanya menatap dokumen itu saja dengan ekspresi seperti marah karena tangan cantiknya terkepal erat.     

"Aku lagi malas. Aku mau menghirup udara segar dulu." Ruby berjalan melewati Anton menuju pintu keluar. Namun, dengan sigap Anton menarik lengan Ruby dan mendekapnya dalam dadanya.     

"Apa yang kamu lakukan?" Perempuan bermata biru itu kaget dengan perlakuan Anton yang tiba-tiba.     

"Jangan marah. Aku semalam hanya datang dan memberikan kado untuk Ayu, setengah jam kemudian aku pulang dan menuju tempat fitness di dekat rumah." Jawab Anton berusaha menenangkan sang dewi berambut pirang yang kalau sedang marah tampak sangat menggemaskan, tak terlihat usianya yang jauh diatasnya.     

"Aku tidak marah. Itu terserah kamu mau datang atau tidak. Aku hanya … sedang kesal saja." Jawab Ruby dengan mata melihat ke samping.     

"Kesal? Apa yang membuat pacarku sangat kesal?" Anton menempelkan hidungnya ke hidung mancung Ruby. Sesekali Anton mengecup tipis bibir sang perempuan yang merengut.     

"Kesal karena aku tidak bisa bersamamu kemarin malam dan kesal karena pagi ini kamu tidak menemuiku sebelum jam kantor." Jawab Ruby jujur.     

Anton menyibak helaian rambut yang jatuh di pipi sang perempuan ke belakang telinganya dan menyusuri wajah halus dan mulus Ruby dengan jarinya.     

"Maafkan aku, tadi pagi aku langsung keruangan om Donni begitu sampai kantor. Aku harus menyerahkan laporan untuk bahan rapat om Donni pagi ini." Jawab Anton dengan suara bassnya.     

"Nah kan? Pagi ini kamu memberikan wajahmu pada perempuan itu lebih dahulu daripada ke aku." Ruby semakin sungut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.