Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 498. Pertemuan Tidak Terduga



V 498. Pertemuan Tidak Terduga

0"Nah kan? Pagi ini kamu memberikan wajahmu pada perempuan itu lebih dahulu daripada ke aku." Ruby semakin sungut.     

"Hahaha, aku kesana karena memang ada urusan. Bukan karena sengaja menemui dia, sayang." Anton semakin gemas pada pacar rahasianya itu. "Nanti malam aku mau kerumah kakakku karena sore ini dia sudah bisa pulang kerumah. Apa kamu … mau ikut aku?" Bisik Anton di telinga sang kekasih.     

"Bolehkah? Baiklah, aku ikut denganmu." Senyum lebar mulai terbit di bibir sang perempuan.     

"Nah begitu dong, senyum. Masih pagi jangan cemberut terus. Oya, tadi katanya kamu mau menghirup udara segar?" Anton mengingatkan Ruby akan niatnya semula.     

"Oksigenku ada didepan mata. Kenapa aku harus jauh-jauh mencarinya?" Ruby mengecup bibir Anton namun Anton membalasnya dengan memberikan ciuman lebih dalam dan mereka pun saling memagut lidah satu sama lain dengan nafsu tertahan sejak kemarin.     

Adik dari Calista itu mengecup leher Ruby dan tiba-tiba,     

"Aku tidak bisa disini. Nanti siang aku tunggu dirumahku." Anton menatap mata sendu Ruby yang pikirannya mendadak melayang setelah ciuman panas yang diberikan Anton. Namun, anggukan lemas pun akhirnya diberikan Ruby diiringi senyuman manisnya.     

Anton merapihkan jasnya dan bergegas keluar dari ruangan Ruby sebelum badai memporak porandakan ruangan ini.     

"Aaahhhh, ayo kita menikah." Gumam Ruby lirih sambil menggigit bibirnya dan bersandar pada dinding.     

-----     

Seorang perempuan tampak sedang sibuk mengolah data yang diberikan bosnya. Sejak pagi pekerjaanya seperti tidak ada habisnya. Bahkan untuk meminum kopi pagi saja dia tidak sempat.     

"Lusy, kamu dipanggil bos ke dalam." Salah seorang karyawan yang baru saja keluar dari ruangan bosnya setelah melaporkan hasil kerjanya, berkata pada Lusy yang masih sibuk menatap layer laptop tanpa berkedip.     

"Oh okay, terima kasih." Lusy segera menghentikan pekerjaanya dan mengambil buku jurnal dan pulpen yang selalu dia lakukan setiap kali akan menghadap bosnya.     

TOK TOK TOK!     

"Masuk,"     

"Selamat pagi, pak." Lusy berjalan menghampiri bosnya dengan penuh kesopanan seorang sekretaris.     

"Siang ini temani aku menemui klien. Kamu siapkan berkas yang ada di map biru dan periksa kalau masih ada yang belum saya tanda tangani. Kita akan bawa itu nanti siang." Ujar bos Lusy yang berperawakann tambun dan setengah botak.     

"Baik pak, ada lagi pak?" Lusy berkata.     

"Tidak ada. Oya, kamu sudah kirimkan bingkisan untuk manager baru klien kita, Ruby Judith?" Tanya bos Lusy itu lagi sebelum Lusy keluar ruangan.     

"Sudah pak, tadi pagi."     

"Bagus. Ya sudah, kamu kembali bekerja. Nanti siang kita ke lobi bersama-sama."     

"Siap, pak."     

Lusy kembali ke mejanya untuk membereskan pekerjaan sebelum nanti siang bertemu klien. Namun, baru saja dia hendak mengetik, tiba-tiba telpon masuk. Dilayarnya tertera jelas-jelas nama Steve Correl.     

"Ish, mau apa lagi orang ini?" Lusy memasukkan telponnya ke dalam laci. Dia tidak mau menolak juga menerima telponnya. Sekretaris perempuan ini masih marah karena semalam Steve mengingkari janjinya untuk menjemputnya dengan alas an ada urusan bisnis, tapi ketika Lusy tidak sengaja lihat, justru pria itu sedang berada di restoran sedang menemani seorang wanita minum anggur merah berdua. Lusy sempat melihat karena salah seorang temannya membawanya ke restoran yang sama dengan Steve berada. Steve tanpa sengaja melihat Lusy dan pria itu pun mendadak panik melihat Lusy dengan bibir merengutnya. Sayangnya, Steve tidak bisa mengejarnya karena dia sedang bernegosiasi dengan klien perempuan pemilik perusahaan yang akan menjalin Kerjasama dengan perusahaannya.     

Lusy mengintip lacinya. Panggilan tidak terjawab ada sepuluh kali. Perempuan itu mendecih sinis.     

"Biar tahu rasa, dasar pria pembohong!" Gumam Lusy.     

Lusy kembali menyibukkan dirinya dengan pekerjaan setelah mengambil ponselnya dan meletakkannya kembali ke atas meja.     

Sementara itu di ujung telpon, seorang pria menggenggam ponselnya sambil menghela napas dan mengeraskan rahangnya.     

"Okay, kita lihat nanti siapa yang akan menyerah duluan." Seringai kesal ditunjukkan Steve karena sejak semalam ponselnya diabaikan oleh perempuan yang telah menjerat hatinya.     

Satu jam menjelang jam makan siang pun tiba. Lusy sudah menyiapkan berkas yang akan dibawanya. Sambil menunggu bosnya keluar kantor, Lusy sekali lagi mematut penampilannya yang kini sudah jauh lebih cantik dan modis dibandingkan beberapa waktu yang lalu, meskipun kacamata minus dia pilih karena lebih nyaman dia gunakan sehari-hari dibandingkan contact lens seperti saran teman-temannya.     

"Ayo, kita jalan sekarang." Lusy langsung berjalan mengekori bosnya yang sudah jalan lebih dahulu didampingi manager terkait di samping Lusy. Ketiganya melangkah masuk ke dalam lift dan Lusy menekan tombol tutup dan angka satu.     

"Nanti disana kalian tidak usah bicara apa-apa. Biar aku yang mengatakan semuanya." Ujar bos Lusy.     

"Siap, pak." Sahut keduanya, Lusy dan manager pria yang usianya diatas Lusy.     

"Dion, kamu belum menikah, kan?" Tiba-tiba bos Lusy bertanya yang membuat dia dan manager itu tersenyum mendengarkan.     

"Belum, pak. Hehe,"     

"Kenapa kamu tidak pacaran dengan Lusy saja? Kamu juga belum menikah kan Lus?" Perempuan yang ditanya kaget sembari melebarkan matanya.     

"A-apa, pak? Oh saya memang belum menikah pak, tapi … saya sudah punya pacar. Hehe," Lusy menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.     

"Ah kan baru pacaran, belum serius. Jaman sekarang jangan percaya dengan cinta-cinta kalau tidak mengajak serius ke pernikahan. Kamu perempuan jangan mau dibohongi lelaki." Ujar bos Lusy yang ternyata sangat peduli dengan perempuan.     

"Iya, pak." Jawab Lusy lagi.     

"Kamu dan Dion sama-sama belum menikah. Kalau nanti kalian menikah, aku akan kasih kado paling besar untuk kalian, hahaha,"     

"Hehehe," Lusy dan Dion saling menatap lesu. Keduanya memalingkan wajahnya ke arah lain.     

Perjalanan menuju tempat pertemuan, terasa sangat panjang. Karena tidak ada yang berbicara sama sekali. Lusy yang duduk di sebelah supir sedangkan bosnya duduk di kursi belakang bersama manager Dion. Setelah setengah jam, akhirnya mereka sampai di tempat pertemuan yang merupakan restoran ala Jepang dengan bilik tertutup satu sama lainnya.     

Seorang pria berdiri di pintu luar sebuah bilik dan memastikan rombongan Lusy adalah orang yang sudah memiliki janji dengan orang yang ada di dalamny. Lusy masuk setelah bosnya dan managernya masuk lebih dulu. Namun matanya melotot lebar dan mulutnya menganga lebar ketika melihat pria yang ada didalam ruangan tertutup dan sedang duduk dengan seringai sinisnya menatap Lusy yang baru masuk.     

"Loh, kenapa dia kliennya? Seingatku pak Romy." Gumam Lusy dalam hati.     

"Selamat datang, maaf kalau saya meminta untuk bertemu disini karena kami juga baru saja selesai bertemu dengan klien lainnya." Ujar Steve dengan suara yang membuat Lusy bergidik ngeri.     

"Oh, kami yang meminta maaf karena saya ditugaskan untuk mewakili pertemuan ini. Presdir kami masih disibukkan dengan urusan keluarga jadi …"     

"Yayaya saya bisa mengerti. Darren itu teman kuliah saya. Dan, saya tahu istrinya baru melahirkan." Ucap Steve yang matanya sesekali menatap Lusy yang terus menundukkan wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.