Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 500. Melamar Tahap Pertama



V 500. Melamar Tahap Pertama

0"Dengan di restoran yang super romantic dan minum wine bersama? Apa jaman sekarang bertemu rekan kerja harus seperti itu? Cih, itu hanya alasan kamu saja kan?" Bibir perempuan yang merengut membuat Steve semakin gemas dibuatnya.     

"Lusy, percayalah padaku. Aku tidak pernah menemui perempuan lain untuk diajak kencan, setelah bertemu denganmu. Waktu itu murni hanya urusan pekerjaan. Setelah itu dia dijemput oleh kekasihnya di restoran yang sama." Ujar Steve.     

"Oya? Hah sudahlah, aku tidak berhak untuk bertanya apa-apa karena aku kan hanya … sim-pa-nan-mu!" Lusy mendorong tubuh Steve dan perempuan itu duduk di kursi sebelahnya.     

"Heh, begitukah?" Steve tahu betul apa maksud dari perkataan sang kekasih. Sebenarnya dia pun sudah berencana untuk melamar Lusy namun pekerjaannya yang menumpuk membuatnya tidak punya waktu untuk membeli cincin lamaran dan hal lainnya seperti candle light dinner juga momen romantic lainnya.     

"Ikut aku, aku akan membawamu ke satu tempat."     

"Kemana?"     

"Ikut saja, sekarang kamu pindah ke depan. Aku yang akan menyupir mobil ini." Ujar Steve.     

"Tidak mau! Kamu saja yang di depan. Aku di belakang." Jawab Lusy lagi.     

"Atau, bagaimana kalau kamu yang di depan, aku yang di belakang?" Ucap Steve dengan satu mata mengedip.     

"Mana boleh aku yang menyetir, kamu yang duduk di belakang?" Lusy benar-benar tidak mengerti dengan maksud permintaan pria yang suka semaunya sendiri itu.     

"Siapa yang bilang menyetir dan duduk? Maksudku seperti ini depan dan belakang." Steve memeluk tubuh Lusy dari belakang dan perempuan itu pun langsung paham dengan maksud ucapan pria absurd ini.     

"Aaahh hentikan! Baiklah, aku di depan." Lusy menarik tangan kanan Steve yang sudah mencengkeram tubuh bagian bawahnya, sementara kanan kirinya memeluk tepat di atas dadanya. "Steve, hentikan, ini di pinggir jalan. Ahhhh," Tangan kanan Steve yang sudah masuk kedalam panty Lusy mulai merayap menuju kewanitaan sang kekasih.     

"Ahhh hen-tikan," Lusy benar-benar tidak berdaya dibuatnya. Pria ini benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan.     

"Aku sudah bilang untuk pindah tapi kamu yang memancingku." Leher Lusy pun di hisapnya sehingga meninggalkan jejak kemerahan yang terlihat jelas di kulit putih bersihnya.     

"Eugggh, kamu benar-benar …"     

"Aku benar-benar … mencintaimu." Tangan kanan Steve sudah masuk ke dalam kemeja Lusy dan meremas dua gunung kembarnya secara bergantian. Pakaian Lusy pun sudah acak-acakan tidak berbentuk lagi.     

Dengan kelihaiannya, Steve melepaskan rok Lusy dan pantynya hingga jatuh ke bawah kakinya. Dengan gerakan cepat pula, pria itu mengendurkan ikat pinggangnya dan membuka kancing dan zipper celananya.     

"Apa yang kamu lakukan, jangan, please jangan disini." Lusy menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah yang sudah merah merona.     

"Berikan padaku ya, aku sudah menahannya sejak kemarin."     

"Aaaahhhh," Steve benar-benar menghujamkan kejantanannya ke dalam kewanitaan sang kekasih dalam posisi memangku Lusy dengan duduk berhadapan. Lusy mengerang panjang karena Steve selalu mampu membuatnya terpekik kaget setiap senjatanya memasukinya.     

Kini tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Yang ada hanyalah erangan kenikmatan, desahan, dan bunyi clap clap clap yang saling beradu dibawah sana didalam mobil yang bergoyang.     

-----     

Sementara itu di tempat berbeda, tidak ubahnya dengan sepasang kekasih Steve dan Lusy. Di rumah seorang pria lajang yang tidak pernah dimasuki oleh satupun perempuan, terdengar suara-suara erotis dari dalam kamar milik sang pemilik rumah. Dialah Anton dengan bos sekaligus kekasih rahasianya, Ruby.     

Mereka langsung memadu kasih begitu turun dari mobilnya masing-masing dan masuk ke dalam rumah. Anton tidak mengerti bagaimana dia bisa begitu tergila-gila pada perempuan bule ini. Perempuan yang bisa mengimbangi ucapan dan perilakunya, perempuan yang diawal pertemuan terasa menjengkelkan dan sangat cerewet itu, kini menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kesehariannya.     

Tidak ada lagi status bos dan anak buah jika sudah sedang berdua. Anton selalu mendominasi dan Ruby pun hanya bisa pasrah menikmati.     

"Aaahhhh, apa kamu … tidak lelah?" Ruby memeluk leher Anton yang masih terus menghujamnya dari berbagai posisi.     

"Apa kamu lelah? Kamu mau berhenti? Hmm?" Anton menghisap kuncup buah dada Ruby yang menantang.     

"Eughhhh," Ruby merasakan tubuhnya seperti tersetrum listrik tegangan tinggi. Tidak ada yang luput dari jamahan dan hisapan Anton. Pria ini menggila karena tidak mendapatkan jatahnya kemarin.     

"Pria ini staminanya sungguh luar biasa. Aku lelah tapi tubuhku masih ingin meminta terus lagi dan lagi." Gumam Ruby dalam hati. "Aaaahhh," Anton berhasil membuatnya klimaks untuk ketiga kalinya setelah mereka berhubungan intim hampir satu jam. Dan, akhirnya pria itu pun mengalami klimaks dan seperti biasa, dia mengeluarkan semua benih-benihnya didalam kewanitaan sang kekasih dan tanpa alat pengaman juga.     

"Aku … lupa membawa pil. Bagaimana ini?" Ruby dan Anton kelelahan dan akhirnya mereka berdua pun rebahan dalam posisi miring saling berhadapan satu sama lain.     

"Sayang, maukah kamu menikah dengan anak kampung ini? Tapi, aku tidak memiliki perusahaan, rumah yang mewah, dan kehidupan yang high class. Aku hanya …"     

"Mau mau mau! Aku mau menikah denganmu! Kapan kita akan menikah?" Sorot mata Ruby yang semula meredup, kini bahkan sangat cerah seperti lampu bohlam yang baru diganti.     

"Tapi, perbedaan diantara kita sangat besar. Aku tidak yakin aku akan …" Anton memalingkan wajahnya ke samping.     

"Tidak yakin apa? Selama aku dan kamu saling mencintai dan saling persaya, kita pasti bisa melewati ini semua. Ayo, lamarlah aku sekarang juga. Kebetulan mommy ada di negara ini dan aku dengar daddy ku akan datang besok." Jawab Ruby dengan mata berbinar-binar.     

"Apa? Melamar sekarang juga? Tapi, apa yang aku miliki? Aku hanya seorang wakil manajer dan kita juga belum lama berhubungan." Jawab Anton lagi.     

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan semua itu, selama kamu mencintaiku dengan setulus hati kamu, daddy dan mommy pasti menyerah." Perempuan itu mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya. "Atau, kamu tidak ingin menikah denganku? Kamu hanya ingin main-main denganku saja? Begitukah?" Ruby mengerutkan bibirnya dan sorot matanya mendadak berubah sinis.     

"Bukan begitu, aku tidak pernah main-main denganmu. Aku benar-benar ingin menikah denganmu jadi kita bisa terus bersama setiap harinya tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini. Tapi …"     

"Tidak ada tapi-tapian, besok kamu harus langsung kerumah tante Sara sepulang kerja jadi kamu bisa melamarku di hadapan mommy and daddy aku." Ucap Ruby dengan senyum merekah dan sorot mata ceria.     

"Secepat itu? Aku belum beli cincin lamarannya dan aku belum mengajak kedua orangtuaku." Ucap Anton.     

"Ih kamu itu! Besok malam kamu kerumah aku untuk melamar tahap pertama. Tahapan kedua baru kita ajak orangtua kamu ke sini."     

"Melamar juga ada tahapan-tahapannya? Aku baru tahu." Anton mengernyitkan alisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.